News & Events
Era Showa yang Merupakan Garis Sejarah Penting Jepang
- October 7, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Sejarah jepang
Era Showa mengacu pada periode sejarah Jepang yang sesuai dengan masa pemerintahan kaisar Showa pada masanya, Kaisar Hirohito mulai menduduki kekuasaannya sejak 25 Desember tahun 1926 hingga kematiannya pada tanggal 7 Januari 1989. Sebelum era ini, periode sebelumnya disebut dengan Taisho. Periode Showa sebelum tahun 1945 dan setelah perang merupakan negara yang sama sekali berbeda.
Era Showa
Era Showa sebelum tahun 1945 (1926-1945) memiliki keterikatan erat dengan kekaisaran Jepang, sedangkan Showa setelah tahun 1945 (1945-1989) lebih memiliki bentuk negara Jepang dibandingkan kekaisaran. Sebelum tahun 1945, Jepang memiliki ideologi totalitarianisme, ultranasionalisme, dan statisme dalam hal politik yang memiliki puncak invasi Jepang ke Cina pada tahun 1937.
Bagian dari periode global pergolakan sosial dan konflik seperti depresi besar dan puncaknya pada perang dunia ke II, kekalahan dalam perang dunia kedua ini membawa perubahan yang cukup radikal di Jepang. Untuk pertama kali dan satu-satunya dalam sejarah, Jepang diduduki oleh kekuatan asing yang berasal dari Amerika selama tujuh tahun.
Pendudukan sekutu ini melahirkan reformasi demokrasi yang kuat, hal ini menyebabkan berakhirnya status kaisar secara resmi sebagai setengah dewa dan transformasi Jepang dari bentuk monarki konstitusional dan absolut campuran. Menjadi monarki konstitusional dengan demokrasi liberal, pada tahun 1952 dengan adanya perjanjian San Fransisco Jepang berhasil menjadi negara berdaulat lagi.
Periode Showa setelah perang ditandai dengan kebijakan ekonomi Jepang, era Showa memiliki masa yang lebih lama dari pemerintahan kekaisaran Jepang sebelumnya. Kaisar Showa adalah kaisar Jepang yang memiliki sejarah hidup panjang dan paling lama memerintah pada masanya, bahkan untuk ukuran pemerintahan di dunia.
Pada tanggal 7 Januari 1989, putra mahkota Akihito menggantikan kedudukan Krisan setelah kematiannya ayahnya Kaisar Showa. Hal ini menandai dimulainya periode Heisei, Kaisar Hirohito dilayani oleh total 33 perdana menteri. Mulai dari Wakatsuki Reijiro hingga diakhiri oleh Noboru Takeshita, pemerintahan baru ini menemui banyak rintangan yang pada akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan kanji Showa 昭和, terdapat dua karakter yang berasal dari sebuah bagian buku dokumen Tiongkok. Bila diterjemahkan secara fleksibel artinya menjadi “wilayah yang cerdas”, hal ini disertai dengan tujuan untuk menyatukan dan menyelaraskan banyak wilayah negara bagian yang ada. Pada Jepang era Meiwa pun mengadopsi filosofi serupa, selama periode Edo pada akhir abad ke 18.
Makna yang diusung secara kasar dapat dipahami sebagai “perdamaian yang menjadi cerah”, dalam beberapa istilah dapat dipahami menjadi “Jepang yang bersinar”. Maka dari itu, kutipan “Jepang cahaya Asia” yang populer berasal dari pembahasan ini. Sehingga menjadi pemahaman yang meluas hingga saat ini, mulai dari saat era Showa ada.
Era Showa dan Demokrasi Taisho
Terpilihnya Kato Takaaki sebagai perdana menteri Jepang melanjutkan reformasi demokrasi yang telah dijalankan oleh orang-orang berpengaruh “kiri”, hal ini memuncak dalam pengesahan hak pilih universal kedewasaan pada Mei 1925. Rancangan undang-undang ini memberikan semua laki-laki di atas usia 25 tahun mendapatkan hak pilih, dengan syarat tinggal di daerah pemilihan selama satu tahun.
Degan kebijakan tersebut, jumlah pemilih hampir empat kali lipat yang asalnya 3,3 juta menjadi 12,5 juta. Namun kekuatan reaksi tumbuh lebih kuat dan membaik, setelah pada tahun 1925 terdapat kemunduran dari reformasi dalam kebijakan liberal dan demokrasi. Tekanan dari sayap kanan konservatif memaksa pengesahan undang-undang pelestarian perdamaian pada tahun 1925.
Hal ini beriringan dengan undang-undang anti sayap kiri, hanya saja sepuluh hari sebelum berlalu hak pilih kedewasaan universal. Undang-undang pelestarian perdamaian membatasi aktivitas di sebelah kiri dan mendapatkan banyak tekanan, kebijakan ini melarang kelompok yang berusaha mengubah sistem pemerintahan atau menghapus kepemilikan pribadi atas aset pemerintah.
Gerakan-gerakan kecil kiri yang telah digalakkan oleh revolusi Rusia kemudian dihancurkan dan dipisahkan, hal ini merupakan dampak dari undang-undang pelestarian perdamaian. Ditambah dengan fragmentasi umum kaum kiri, golongan konservatif memaksa pengesahan undang-undang pelestarian perdamaian karena para pemimpin partai dan politisi di era Taisho merasa terancam.
Pemikiran ini hadir setelah perang dunia I, negara dalam bahaya karena gerakan revolusioner. Negara jepang tidak pernah secara jelas mendefinisikan batas antara urusan dan publik, hal ini pun berlaku dalam ideologi seperti misalnya usulan reformasi sosialis dipandang sebagai serangan terhadap keberadaan negara.
Makna undang-undang secara bertahap diperluas ke bidang akademik, setelah pengesahan undang-undang pelestarian perdamaian dan undang-undang terkait. Berkat hal ini kokutai muncul sebagai simbol negara, kokutai adalah badan negara yang bertugas mengurus pemerintahan. Di Jepang, struktur ini dipandang sebagai penghalang terhadap gerakan komunis dan sosialis.
Hari libur nasional dan hari peringatan di Jepang selalu menjadi hal yang ditunggu, begitu pun dengan Jepang. Salah satu hari libur nasional yang patut diperhatikan adalah hari Showa. Perayaan ini biasanya bertepatan dengan golden week atau satu minggu yang dipenuhi dengan hari libur, dengan ikatan penting dengan rumah kekaisaran Jepang dan sejarah abad ke 20.
Hari Showa
Hari Showa atau showa no hi merupakan hari libur tahunan di Jepang yang dirayakan pada tanggal 29 April, peringatan ini pun sekaligus bentuk penghormatan untuk ulang tahun Kaisar Hirohito yang terkenal sebagai Kaisar Showa. Sebagai kaisar ke 124 Jepang selama beberapa periode, Kaisar Hirohito berhasil membawa semboyan “perdamaian yang mencerahkan” bagi pemerintahan Jepang.
Salah satu dari banyak tradisi di Jepang adalah merayakan ulang tahun Kaisar, setelah kematiannya pada 7 Januari 1989. Hari libur dipindahkan untuk mencerminkan hari ulang tahun penggantinya Kaisar Akihito. Sebuah bentuk penghormatan tertinggi dari sebuah negara kepada pemimpinnya, meskipun begitu Kaisar Jepang memang selalu memberikan yang terbaik bagi rakyatnya.
Namun hari libur yang digunakan bertepatan untuk mengenang kaisar ini baru saja ditetapkan, awalnya hari libur ini dikenal dengan greenery day atau hari penghijauan atas dasar kecintaan kaisar terhadap alam. Hari Showa baru saja ditetapkan sejak tahu 2007, meskipun begitu peringatan hari penghijauan tetap berlangsung dan dirayakan pada tanggal 4 Mei setiap tahun.
Hal menarik dari peringatan ini adalah pesan penting yang selalu disampaikan, yaitu alih-alih menjadi perayaan langsung bagi sang Kaisar Showa. Perayaan ini justru memberikan alasan oleh pemerintah untuk memberikan liburan kepada orang-orang, sehingga bisa merenungi sejarah dan peristiwa yang terjadi selama pemerintahan Kaisar.
Karena hari Showa lebih terkesan hari peringatan daripada sebuah perayaan belaka, maka acara yang digelar pun cenderung tidak mengambil suasana penuh warna atau meriah. Kegiatan pada hari tersebut cenderung bersifat lebih santai dan lembut mulai dari mengagumi bunga sakura, hingga piknik atau mengunjungi kuil untuk memanjatkan doa kepada para dewa dan leluhur.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu pada perayaan ini adalah dengan mengunjungi Mausoleum Kekaisaran Musashino di Tokyo, tempat sang Kaisar Showa dikebumikan. Kegiatan umum lainnya pada hari tersebut adalah menghadiri National Showa Memorial Museum di Tokyo, sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari momen penting dalam sejarah.
Bila dibandingkan dengan Indonesia, apakah teman-teman selalu melakukan hal tersebut kala hari Kemerdekaan tiba? Seperti yang dikatakan oleh sang Presiden pertama “jas merah”, jangan pernah sekali pun meninggalkan sejarah. Karena negara hari ini merupakan hasil kerja keras para pemimpin dan pahlawan di masa lalu, ikuti selalu perkembangan artikel kami di www.jepang-indonesia.co.id.