News & Events
Kotatsu di Jepang, Meja Penghangat Serbaguna di Musim Dingin
- October 12, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Istilah kotatsu di Jepang digunakan untuk sebuah bingkai meja kayu rendah yang ditutupi oleh futon, dalam bahasa Indonesia istilah futon mengacu kepada selimut tebal yang digunakan untuk melapisi meja di Jepang. Pada bagian bawahnya terdapat sumber panas yang awalnya menggunakan sebuah arang, namun sekarang sudah menggunakan tenaga listrik untuk dipasang satu paket bersama meja.
Kotatsu
Pada dasarnya, meja penghangat ini memiliki fungsi untuk membuat bagian bawah tubuh tetap hangat dengan pemanas ruangan saat orang sedang makan. Bagian meja dilengkapi dengan pemanas listrik di bagian tengah, sehingga kaki bisa dekat dengan sumber panas. Namun tetap bagian kaki tidak akan menyentuh sumber panas secara langsung (hanya di dekat).
Selimut sepanjang lantai digantung di atas meja untuk menahan panas, kaki berada di bawah selimut sehingga tetap hangat bahkan dalam cuaca dingin. Dalam pengaturan tradisional Jepang, orang-orang akan duduk di lantai baik di atas bantal atau kursi tanpa kaki. Atau teman-teman pun bisa menemukan beberapa kedai yang memiliki meja tinggi, sehingga bisa menggunakan kursi dengan kaki.
Kotatsu telah ada di Jepang sejak abad ke 14, awalnya meja penghangat ini digunakan sebagai perapian arang dan untuk memasak makan. Selain itu, alat ini disebut dengan istilah irori yang memiliki fungsi penghangat ruangan. Penemuan inovasi awal mulai menutupi perapian ini dengan selimut tebal yang dikenal dengan nama kotatsu kakabuten.
Hal ini memungkinkan, panas yang dihasilkan ‘terjebak’ di bawah selimut dan mampu untuk menjaga suhu di ruangan tersebut. Penemuan ini pun berkembang menjadi hori-kotatsu yang bila diterjemahkan menjadi ‘pemanas kaki api unggun’, untuk meja penghangat yang menggunakan listrik ini tiba pada abad ke 20. Di Jepang, beberapa orang memilikinya di kamar atau di ruang keluarga.
Sejarah
Sejarah penemuan meja penghangat ini mulai pada periode Muromachi atau Keshogunan Ashikaga selama abad keempat belas, asal-usulnya dimulai dengan perapian memasak Jepang. Arang merupakan metode utama untuk memasak dan memanaskan ruangan untuk rumah tangga tradisional Jepang saat itu, maka dari itu bisa dipahami dari banyaknya fungsi alat satu ini.
Pada abad ke 14 di Jepang, media tempat duduk yang diperkenalkan dan meja memiliki fungsi terpisah, di atas bingkai meja kayu ditempatkan sebuah selimut yang dikenal dengan oki untuk menahan panas di area bawah meja. Awal kotatsu modern ini dikenal dengan nama hori-gotatsu, kata ini berasal dari kanji hori yang dikenal dengan nama parit atau menggali. Dan ko yang berarti obor, tatsu sendiri bermakna penghangat kaki
Pembentukan hori-gotatsu sedikit berubah pada periode Edo selama abad ke 17, perubahan ini terdiri dari lantai di sekitar meja penghangat yang digali dalam bentuk persegi (digali lebih dalam). Sebuah bingkai kayu ditempatkan di sekitar daerah yang sudah digali ini, kemudian selimut diletakkan di bagian atasnya. Di sinilah orang bisa duduk dengan kaki di bawah dan menjaga tetap hangat.
Selain memiliki alat penghangat yang diam di tempat, terdapat pula meja penghangat yang dapat dipindahkan. Konsep ini masih berasal dari hori-gotatsu, kotatsu ini muncul dengan menggunakan tikar tatami yang populer di rumah-rumah khas Jepang. Bukannya menempatkan arang di atasnya, melainkan ditempatkan di pot tanah di atas tatami sehingga penghangat ini bisa diangkut.
Gaya kotatsu yang lebih modern ini dikenal sebagai oki-gotatsu, kata ini berasal dari kanji oki yang berarti meletakkan. Kanji go yang berarti obor atau api, dan tatsu yang memiliki makna penghangat kaki. Di pertengahan abad ke 20, bahan bakar berupa arang diganti oleh listrik sebagai sumber utama penghasil panas.
Pada tahun 1997, sebagian besar rumah Jepang memiliki meja penghangat modern. Hal ini terlepas dari bahan bakar yang digunakan, yaitu masih dengan arang atau sudah menggunakan listrik. Dengan demikian, kotatsu menjadi benar-benar meluas di Jepang dan menjadi sebuah alat yang umum dalam perlengkapan rumah-rumah di Jepang selama musim dingin.
Jenis Kotatsu
Terdapat dua jenis meja penghangat yang digunakan di Jepang saat ini, berbeda dalam hal konfigurasi dan jenis pemanasnya :
- Gaya listrik modern
Gaya satu ini terdiri dari pemanas listrik yang terpasang di bawah meja, berevolusi dari pot tanah liat dengan bara panas yang ditempatkan di bagian bawah meja. Penghangat ini biasanya diletakkan di atas selimut tipis seperti permadani, kemudian ditutup dengan selimut kedua yang lebih tebal dan disimpan di atasnya. Pemanas listrik disimpan di bawah meja untuk menghangatkan area bawah.
- Gaya arang tradisional
Sama halnya dengan tenaga listrik, untuk satu ini menggunakan arang yang disimpan di bagian bawah meja. Di bagian tengah meja dipotong lubang ke arah lantai sedalam 40 cm, sebuah pemanas berbahan bakar arang ditempatkan di bagian bawah meja. Atau di bagian dinding dalam meja, konsep yang serupa dengan pemanas listrik.
Pada abad ke 21, kotatsu biasanya terdiri dari pemanas listrik yang dipasang pada bingkai persegi dan tidak terbatas oleh kayu. Namun dibuat dari bahan berbeda seperti plastik dan lainnya, secara umum selimut digelar di atas bingkai dan pemanas di bawah meja. Selimut pertama ini ditutupi selimut kedua yang memiliki ukuran lebih berat, dikenal dengan nama kotatsu-gake.
Orang-orang akan duduk di lantai tanpa alas atau menggunakan bantal zabuton dengan kaki di bawah meja, bagian selimut akan menutupi tubuh bagian bawah. Alat ini dirancang untuk orang-orang yang mengenakan pakaian gaya tradisional Jepang. Di mana panas akan masuk melalui bagian bawah jubah, dan keluar di sekitar leher. Sehingga panas akan dirasakan oleh seluruh area tubuh.
Sebagian besar perumahan Jepang tidak selalu dilengkapi dengan pemanas ruangan, hal ini bersamaan dengan biaya untuk pemasangan penghangat ruangan yang terbilang tidak murah karena bentuk rumah di Jepang tidak ramah untuk ventilasi sehingga sirkulasi udara kurang mumpuni. Maka dari itu, meja penghangat ini menjadi solusi relatif murah untuk tetap hangat di musim dingin.
Karena selimut bisa menahan hawa panas dengan baik dan lama, selain bisa menghemat biaya. Area ini bisa digunakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, di musim panas selimut bisa dilepas dan meja penghangat ini bisa digunakan sebagai meja biasa kembali. Untuk beberapa kasus, area bawah meja pun bisa digunakan sebagai tempat tidur.
Meskipun biasanya lebih sering digunakan untuk tidur siang (relatif jangka pendek), alasan kenapa jarang digunakan saat malam hari adalah tubuh seseorang tidak sepenuhnya tertutup, menghasilkan panas yang tidak merata, meja yang rendah, dan berisiko terbakar. Secara tradisional, anak-anak diberitahu bahwa mereka akan masuk angin bila tidur di bawah meja ini.
Namun di bagian bawah meja ini justru menjadi tempat yang cukup nyaman bagi hewan peliharaan beristirahat, selama bulan-bulan musim dingin di Jepang. Meja penghangat ini menjadi area penting, di malam hari anggota keluarga berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama, ditemani camilan dan minuman akan membuat suasana menjadi lebih menyenangkan.
Apakah di Indonesia terdapat meja penghangat seperti ini? Atau justru teman-teman memiliki meja penghangat khas Jepang ini? Sangat menarik untuk dimiliki, bukan? Ikuti selalu pembaharuan mengenai pembahasan konten budaya dari kami www.jepang-indonesia.co.id.