News & Events
Aokigahara Hutan Penuh Misteri dan Menyeramkan Asal Jepang
- October 12, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Tempat wisata di jepang
Aokigahara memiliki istilah Meadow atau pohon biru, dalam bahasa Jepang ditulis dengan kanji 青木ヶ原. Sebutan lain dari hutan belantara ini adalah lautan pohon ‘jukai’ (樹海), berada di sebuah pulau bernama Honshu dan tumbuh sebagai hutan subur di luas 30 kilometer persegi. Lava yang mengeras akibat letusan besar gunung Fuji tahun 564 M, merupakan sejarah hutan ini hadir.
Aokigahara
Bagian tepi barat hutan ini terdapat beberapa gua yang dipenuhi dengan es musim dingin, lokasi ini merupakan tujuan populer bagi para turis dan favorit bagi kunjungan beberapa sekolah. Struktur dari hutan ini sangat padat dan batu lava berpori mampu untuk meredam suara kencang, memberikan rasa kesendirian bila teman-teman masuk ke wilayah hutan ini.
Reputasi yang dimiliki oleh hutan belantara ini sama halnya dengan yuurei atau hantu orang mati dalam mitologi Jepang, setidaknya sejak tahun 1960. Aokigahara telah dikaitkan dengan banyak peristiwa bunuh diri, pada akhirnya sebuah istilah tercetus dengan julukan ‘Hutan bunuh diri’ atau suicide forest dalam bahasa Inggris.
Julukan ini datang dengan reputasi sebagai salah satu situs bunuh diri yang paling sering digunakan di dunia, karena itu terdapat banyak tanda peringatan bila teman-teman pernah berkunjung ke hutan ini. Seperti kalimat penyematan, saran untuk mempertimbangkan sekali lagi memikirkan keluarga mereka dan menghubungi asosiasi pencegahan bunuh diri.
Geografi
Lapisan dari hutan ini sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik, jalur yang tersedia pada dasarnya mengarah ke beberapa tempat wisata seperti gua es Narusawa, gua angin Fugaku, dan gua kelelawar danau Sai. Ketiga tempat tersebut adalah gua lava terbesar yang berada di dekat gunung Fuji, gua es yang membeku sepanjang tahun.
Aokigahara sering membuat orang yang memasukinya tersesat, bahkan bila teman-teman menggunakan navigasi kompas di sana pun tidak akan berarti (rusak). Jarum kompas yang berupa magnet akan bergerak jika ditempatkan langsung di lava, sejajar dengan magnet alami batuan yang bervariasi dalam kandungan besi dan kekuatan berdasarkan lokasi.
Namun penggunaan navigasi kompas akan kembali normal bila digunakan pada ketinggian normal, diketahui bahwa Pasukan Bela Diri Darat Jepang telah mengadakan sebuah pelatihan navigasi di hutan sejak tahun 1956. Maka dari itu, tidak sembarang orang bisa mengetahui letak pasti arah terlebih untuk di hutan Aokigahara.
Hutan ini dikenal sebagai situs paling populer untuk bunuh diri di Jepang bahkan untuk dunia, pada tahun 2003 ditemukan kurang lebih 105 mayat di hutan ini. Melebihi jumlah sebelumnya, yaitu 78 mayat pada tahu 2002. Kemudian pada tahun 2010, polisi Jepang mencatat terdapat lebih dari 200 kasus orang melakukan percobaan bunuh diri di hutan.
54 di antaranya ‘berhasil’ mengeksekusi percobaan tersebut, bunuh diri dikatakan meningkat selama bulan Maret (perhitungan akhir tahun di Jepang). Pada 2011, cara bunuh diri yang paling umum di hutan ini adalah gantung diri atau karena penggunaan obat-obatan secara berlebihan. Beberapa tahun terakhir, pemerintah berhenti melaporkan angka kematian demi kebaikan masyakarat.
Level bunuh diri telah menyebabkan pemerintah untuk menempatkan banyak tanda di pintu masuk, hal ini bertujuan untuk mendesak para ‘pengunjung’ yang ingin bunuh diri mencari bantuan dan mengurungkan niatnya tersebut. Pencarian tubuh setiap tahunya telah dilakukan oleh pihak kepolisian, sukarelawan, dan jurnalis tercatat dimulai sejak tahun 1970.
Popularitas hutan ini sebagai situs bunuh diri dikaitkan dengan novel Seichou Matsumoto pada tahun 1961 (Nami no T). Namun sejarah bunuh diri di Aokigahara justru dimulai sebelum publikasi novel ini, karena hutan ini telah dikaitkan dengan praktik obasute (membuang orang tua ke hutan). Sehingga konon dihantui oleh yuurei atau orang-orang yang dibiarkan meninggal begitu saja.
Aokigahara dalam Media
Di Jepang, tidak sedikit media yang merujuk hutan ini dalam anime, manga, film, sastra, musik, dan video game. Salah satu contohnya adalah film The Sea of Trees pada tahun 2015 yang diperankan oleh Matthew McConaughey, Ken Watanabe, dan Naomi Watts. Menceritakan kisah yang ada di hutan menyeramkan ini, seperti halnya film pada tahun 2016 dengan judul The Forest.
Penyair Arai Takako, Jordan A. Y. Smith, Osaki Sayaka, dan Yotsumoto Yasuhiro turut menulis antologi dua bahasa (Jepang-Inggris) dari pusisi dan tulisan pendek tentang Aokigahara. Tulisan ini berjudul Sea of Trees : Poetic Gateways to Aokigahara 2019. Seorang keturunan Jepang Amerika, Kristine Haruna Lee pun menulis sebuah drama dengan judul Suicide Forest di New York Maret 2019.
Dengan memiliki sejarah yang panjang dan reputasi menyeramkan, membuat hutan ini menjadi lokasi yang sesuai untuk film horor. Banyak orang yang memilih tempat ini sebagai tempat istirahat terakhir mereka, berjalan masuk tanpa ada niat kembali. Berikut merupakan fakta-fakta dibalik hutan bunuh diri Jepang ini.
- Jepang dan Tradisi Bunuh Diri
Kematian yang disebabkan oleh diri sendiri memiliki akar yang panjang di Jepang, berbeda dengan negara lain. Hal ini bisa dilihat dari praktik seppuku (upacara bunuh diri terhormat bagi samurai) pada era Feodal Jepang, sementara tradisi ini tidak lagi menjadi landasan norma. Karena keputusan untuk bunuh diri justru menandakan tidak adanya tanggung jawab atas nyawa yang dipikul.
- Tingkat Bunuh Diri yang Tinggi
Pada tahun 2008, terdapat krisis keuangan global di Jepang. Keadaan ekonomi yang tidak stabil ini berujung pada angka bunuh diri yang meningkat hingga 15 persen, Insiden ini memuncak pada Maret 2009. Pada akhir tahun 2011, direktur eksekutif pelayanan pencegahan bunuh diri mengatakan bahwa “penelepon sering akli menyebutkan masalah mental dan keluarga untuk pertimbangan”.
- Tidak Dapat Meminta Bantuan
Seperti yang disebutkan bahwa sekali masuk ke hutan ini maka teman-teman tidak akan bisa keluar lagi, hal ini bukan hanya sebagai kata-kata kiasan semata. Karena aktivitas yang terjadi di hutan belantara tersebut pun akan kedap suara, mengingat struktur tanah dan batuan yang dimiliki memungkinkan keadaan menjadi sangat sunyi.
Bahkan untuk ukuran magnet dalam navigasi kompas saja sulit untuk bekerja, hal ini tentu mengganggu kepada sinyal telepon seluler, sistim GPS, dan alat elektronik lainnya. Maka dari itu, bagaimana orang-orang bisa mengetahui keadaan di sana, atau bahkan mungkin saja beberapa orang memutuskan ingin kembali namun tidak bisa dilakukan karena tidak ada bantuan.
- Tidak Semua Orang Memikirkan Bunuh Diri
Penduduk Jepang menyesali reputasi buruk yang ada dari hutan Aokigahara ini, banyak turis berkunjung hanya untuk menikmati pemandangan gunung Fuji yang indah dan menikmati pemandangan alam. Seperti dataran tinggi bukit, pepohonan berusia ratusan tahun, dan gua es yang menakjubkan di sana.
- Jalur Hutan Bunuh Diri
Di Internet, banyak tersebar gambar-gambar ilustrasi dari hutan bunuh diri ini. Dari barang-barang pribadi yang ditinggalkan, gambaran jenis pohon di sana, semak-semak hingga tulang-tulang manusia. Jika teman-teman berminat untuk menjelajahi tempat ini, pastikan untuk mengikuti petunjuk yang disarankan dan tetap berada di dalam jalur demi keselamatan.
Masih banyak hal yang bisa dijelajahi dari hutan menyeramkan ini, meskipun begitu pandangan terhadap hutan ini dikembalikan kepada masing-masing individu. Pandangan mengenai hutan ini menjadi tempat bunuh diri adalah stigma semata, kendatipun kenyataannya demikian namun tidak selalu harus terealisasikan. Penasaran dengan konten menyeramkan lainnya? Kunjungi www.jepang-indonesia.co.id.