News & Events
Stasiun Shinjuku Tempat Paling Sibuk di Jepang
- March 1, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Stasiun Shinjuku atau lebih dikenal dengan Shinjuku-eki merupakan stasiun kereta api utama di kawasan Shinjuku dan Shibuya di Tokyo, Jepang. Di daerah Shinjuku ini adalah bagian dari distrik Nishi-Shinjuku dan Shinjuku itu sendiri, di Shibuya terletak di distrik Yoyogi dan Sendagaya. Dikatakan bahwa stasiun ini merupakan yang paling sibuk di dunia.
Stasiun Shinjuku
Memiliki fungsi sebagai pusat penghubung utama lalu lintas kereta api antara kawasan khusus Tokyo dan Tokyo Barat pada kereta antar kota, kereta komuter, dan jalur kereta bawah tanah. Stasiun ini digunakan oleh rata-rata 3,59 juta orang per hari terhitung pada tahun 2018. Menjadikannya sejauh ini menjadi yang tersibuk di dunia menurut Guinness World Records.
Stasiun JR utama dan kereta api swasta yang berbatasan langsung memiliki total 35 peron atau jalur, termasuk akses bawah tanah, akses di atas tanah, dan banyak lorong dengan 17 peron lainnya dengan total keseluruhan 53 peron. Bisa diakses melalui lorong ke 5 stasiun yang terhubung langsung tanpa harus keluar, seluruh kompleks atas dan bawah tanah memiliki lebih dari 200 pintu keluar.
Stasiun Shinjuku dibuka secara resmi pada tahun 1885 sebagai perhentian di jalur Akabane-Shinagawa Japan Railway (sekarang menjadi bagian dari jalur Yamanote), Shinjuku masih merupakan komunitas yang sepi pada saat itu dan stasiun ini tidak banyak dilalui oleh banyak orang pada awalnya. Pembukaan Jalur Chuo pada tahun 1889, Jalur Keio tahun 1915, dan Jalur Odakyu pada tahun 1923 menyebabkan peningkatan lalu lintas melalui stasiun ini.
Perencanaan kota yang dibuat oleh pemerintah Jepang Kenzaburo Kondo, menyebabkan adanya perombakan besar-besaran stasiun pada tahun 1933. Termasuk alun-alun umum besar di sisi barat yang diselesaikan pada tahun 1941, Rencana Kondo juga mencakup pada perluasan Jalur Tokyu Toyoko ke terminal bawah tanah baru di sisi barat stasiun.
Bersama dengan membangun jalur bawah tanah timur-barat yang akan dilayani oleh kereta api seibu dan kereta api Tokyo Kosoku, sedangkan Jalur Keio dan Odakyu akan menggunakan terminal di atas tanah pada bagian barat jalur JR. Rencana ini ditangguhkan pada permulaan perang dunia II, namun mempengaruhi tata letak area stasiun saat ini. Untuk pelayanan stasiun dimulai pada tahun 1959.
Jalur Seibu Shinjuku diperpanjang dari Stasiun Takadanobaba ke Stasiun Seibu Shinjuku pada tahun 1952, Seibu Shinjuku dibangun sebagai stasiun sementara sambil menunggu rencana pembangunan kembali sisi timur Stasiun Shinjuku. Tempat ini adalah bangunan stasiun besar yang akan menampung Seibu baru terminal di lantai dua.
Seibu membatalkan rencananya untuk menggunakan gedung tersebut karena kurangnya ruang untuk kereta api yang lebih panjang dari enam gerbong, bangunan ini sekarang dikenal sebagai Lumine Est dan mempertahankan beberapa fitur desain yang semula ditujukan untuk mengakomodasi terminal Seibu seperti langit-langit tinggi di lantai pertama serta langit-langit rendah di lantai dua.
Pada akhir tahun 1980an, Seibu berencana untuk membangun terminal bawah tanah di sisi timur Shinjuku. Namun rencana tersebut ditunda tanpa batas waktu pada tahun 1995 karena permasalahan operasional dan penurunan pertumbuhan penumpang. Hambatan seperti ini memang kerap kali ditemui dalam pembangunan sebuah tempat.
Perkembangan Stasiun Shinjuku
Pada tanggal 8 Agustus tahun 1967, sebuah kereta barang yang membawa bahan bakar jet menuju pangkalan udara AS di Tachikawa dan Yokota mengalami insiden. Mengalami tabrakan dengan kereta barang lain dan terbakar di jalur Chuo Rapid, kejadian tersebut memicu kontroversi politik yang sedang berlangsung di Jepang mengenai Perang Vietnam.
Stasiun tersebut merupakan tempat utama protes mahasiswa pada tahun 1968 dan tahun 1969, puncak kerusuhan sipil di Jepang pasca perang. Pada tanggal 21 Oktober tahun 1968, terdapat kurang lebih 290 ribu parade yang berpartisipasi Hari Anti-Perang Internasional. Mengambil alih stasiun Shinjuku serta memaksa kereta berhenti.
Pada bulan Mei dan Juni tahun 1969, anggota kelompok anti perang Beheiren membawa sebuah gitar dan menyebut diri mereka ‘gerilyawan rakyat’. Memimpin nyanyian mingguan di alun-alun bawah tanah pada bagian luar pintu keluar bagian barat stasiun, menarik ribuan orang untuk menyaksikan. Peserta menggambarkannya sebagai ‘zona bebas’ dan ‘komunitas perjumpaan’.
Terdapat sebuah rencana di berbagai titik dalam sejarah untuk menghubungkan Shinjuku ke jaringan Shinkansen, Rencana Dasar Shinkansen pada tahun 1973 menjadi tema besarnya. Menetapkan bahwa stasiun tersebut harus menjadi ujung selatan jalur Joetsu Shinkansen ke Niigata, meskipun pembangunan jalur Omiya-Shinjuku tidak pernah dimulai dan jalur Joetsu saat ini berakhir di stasiun Tokyo. Hak jalan, termasuk area bawah stasiun tetap dicadangkan.
Sistem penomoran pada stasiun diperkenalkan ke terminal Odakyu pada tahun 2014 dengan Shinjuku diberi nomor stasiun OH01, ekspansi besar terminal JR selesai pada April 2016 menambahkan beberapa aspek seperti perkantoran 32 lantai, terminal bus, terminal taksi, dan sejumlah toko sebagai pusat perbelanjaan serta restoran bagi pengunjung.
Penomoran stasiun mulai diperkenalkan ke peron JR East pada tahun 2016 dengan Shinjuku diberi nomor stasiun JB10 untuk jalur Chuo-Sobu, JS20 untuk jalur Shonan-Shinjuku, JA11 untuk jalur Saikyou, JC05 untuk jalur cepat jalur Chuo, dan JY17 untuk jalur Yamanote. Untuk sekarang, JR East memberikan kode 3 huruf ke stasiun transfer utamanya (Shinjuku diberi kode SJK).
Pada tahun 2020, jalur bebas timur-barat dibuka untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan bagi pejalan kaki guna melewati antara pintu keluar timur dan barat selama 10 menit. Pembangunan kembali stasiun dan area sekitarnya secara besar-besaran dimulai pada Juli 2021, dengan tujuan untuk meningkatkan arus pejalan kaki dan mempermudah serta mempercepat untuk memotong sisi timur dan barat stasiun.
Stasiun Keio Shinjuku
Ketika jalur Keio diperpanjang hingga Shinjuku pada tahun 1915, terminalnya terletak beberapa blok di sebelah timur stasiun kereta api pemerintah yang sekarang disebut dengan JR. Terminal ini pertama kali bernama stasiun Shinjuku-Oiwake dan berada di jalan dekat pusat perbelanjaan Isetan. Pada tahun 1927, stasiun dipindahkan dari jalan raya ke terminal yang baru dibangun di dekat stasiun aslinya.
Bangunan stasiun menampung pusat perbelanjaan dan nama stasiun ini diubah menjadi stasiun Yotsuya-Shinjuku pada tahun 1930, namun diubah kembali menjadi stasiun Keio Shinjuku pada tahun 1937. Jalur dari terminal berada di jalan raya Koshu Kaido yang melintasi jalur Yamanote serta jalur Chuo di depan pintu masuk selatan stasiun Shinjuku melalui sebuah jembatan.
Jalur Keio memiliki stasiun untuk akses ke Stasiun Shinjuku dengan nama stasiun Teishajou-mae dan berganti nama pada tahun 1937 menjadi stasiun Shousen Shinjuku Ekimae. Pada bulan Juli tahun 1945, terminal jalur Keio dipindahkan ke lokasi sekarang, meskipun berada di permukaan tanah pada sisi barat stasiun yang ada.
Stasiun Keio dan stasiun Shousen Ekimae ditutup, hal ini karena kereta menghadapi kesulitan untuk mendaki lereng jembatan di atas rel pemerintah setelah salah satu gardu terdekat dihancurkan oleh serangan udara kala perang. Lokasi stasiun Keio di dekat stasiun bawah tanah Shinjuku-Sanchome sekarang diisi oleh dua gedung milik Keio.
Yaitu gedung Keio Shinjuku Sanchome dan gedung Keio Shinjuku Oiwake, kereta memang memiliki peran penting bagi masyarakat Jepang. Terutama untuk menunjang akomodasi setiap harinya guna menjangkau tempat bekerja, apakah begitu juga dengan Indonesia? Silakan kunjungi www.jepang-indonesia.co.id untuk ulasan menarik tentang budaya Jepang lainnya.