News & Events
Harakiri : Cara para samurai buktikan kesetiaan
- December 24, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Negara Jepang adalah negara yang begitu menjunjung tinggi sebuah nilai kedisiplinan dan ketaatan. Tidak hanya itu, Jepang pun memiliki nilai yang kental dalam kebudayaan. Seperti salah satu kebudayaan yang mungkin sering kali mina san dengar, yaitu harakiri. Orang awam lebih mengenal istilah harakiri, padahal dalam kebudayaan Jepang istilah ini lebih dikenal dengan nama seppuku. Lalu apakah perbedaan dari harakiri dan seppuku? Dan apa yang dimaksud dengan harakiri dan seppuku? Semuanya akan dibahas secara lengkap pada ulasan kali ini.
Sejarah Harakiri (Seppuku)
Seperti yang dijelaskan pada sejarahnya bahwa istilah seppuku lebih sering digunakan daripada istilah harakiri. Namun, makna yang terkandung dari kedua istilah tersebut memiliki arti serupa yaitu pengorbanan diri dengan mengeluarkan isi perut. Seppuku sendiri dimaknai sebagai cara kematian terhormat yang dilakukan oleh para samurai sebagai bentuk penebusan dosa.
Meskipun memiliki arti yang sama, namun orang Jepang asli jarang sekali menggunakan istilah harakiri. Hal ini dikarenakan istilah harakiri tidak memiliki “aturan” yang jelas, sedangkan seppuku memiliki tata cara dan aturan jelas sebagai bentuk ritual suci. Ritual harakiri atau seppuku hanya bisa dilakukan oleh samurai dan tidak bisa dilakukan oleh rakyat biasa, meskipun rakyat biasa bisa melakukannya namun tidak memberikan nilai signifikan sebagai ritual suci.
Ritual harakiri atau Seppuku merupakan cara mati paling menyakitkan bagi seorang samurai. Hal ini karena proses ‘kematian’ terjadi dengan membelah atau memotong bagian perut serta mengeluarkan isinya. Untuk penyebutan harakiri sendiri dimulai pada tahun 1846 dari sebuah tulisan asal barat. Di sisi lain, istilah seppuku hadir pada tahun 1882 yang memiliki arti dalam teks ‘sebuah hukuman bagi para penjahat’.
Etimologi Harakiri (Seppuku)
- Istilah seppuku mulai sering digunakan pada akhir abad ke 15 setelah tercatat sebagai bunuh diri secara terhormat.
- Istilah harakiri lebih sering digunakan oleh orang asing, sedangkan bagi penduduk Jepang istilah seppuku lebih sering digunakan untuk menyebutkan istilah ritual
- Seppuku dan harakiri ditulis dengan huruf China yang sama, hanya saja memiliki cara baca berbeda. Hara (perut) kiri (memotong) dan setsu – puku yang memiliki arti ‘memotong perut’.
- Harakiri memiliki kesan pengorbanan tanpa aturan, sedangkan seppuku identik dengan ritual suci pengorbanan diri dengan disaksikan oleh kehadiran orang lain.
- Seppuku dihubungkan dengan hukuman mati setelah tahun 1600an, tetapi berbeda dengan harakiri yang tidak memiliki kaitan apapun.
- Proses dari seppuku jelas dengan tata aturan kebudayaan yang ada, kemudian akhir dari proses seppuku selalu melibatkan pemenggalan kepala. Sedangkan harakiri sendiri tidak memiliki tata cara dan panduan yang jelas. Biasanya hanya diakhiri dengan melompat ke arah api bersama pedang sang samurai.
Tata Cara Harakiri (Seppuku)
Secara umum, ritual harakiri (seppuku) paling mudah dikenali dengan tanda disaksikan kehadiran banyak penonton. Sebuah ritual bunuh diri yang mulia serta kaya akan seni kebudayaan, khususnya pada tahun 1600 kerap kali digunakan untuk menghukum para bangsawan yang memiliki perilaku tidak terpuji.
Orang yang dihukum akan menggunakan kimono khusus upacara berwarna putih bersih berlambangkan kesucian dan diizinkan mendapatkan makan terakhir, setelah itu diharapkan untuk membuat puisi sebelum menusuk diri sendiri dengan pisau dari bagian perut kiri melebar ke bagian perut kanan. Kemudian diakhiri ke arah atas sehingga membentuk huruf L, setelah proses pemotongan selesai akan ada penanggung jawab (kaishakunin) yang datang guna melancarkan pukulan mematikan ke arah leher. Hal ini bertujuan untuk membuat bagian kepala jatuh ke tangan sang samurai, sehingga bisa melambangkan seakan-akan kepalanya digenggam oleh tangannya sendiri.
Kenapa memotong perut? Mereka percaya bahwa jiwa bersemayam di dalam perut sebagai pusat dari segala pusat. Memotong perut memiliki tujuan sebagai pembebasan bagi jiwa. Selain itu dibutuhkan mental dan keberanian yang teguh, menyeringai atau menunjukkan kelemahan merupakan sebuah tindak pengecut dan tidak terhormat.
Menurut Steve Turnbull, PhD sejarawan, orang pertama yang melakukan seppuku adalah Minamoto no Yorimasa pada tahun 1180 saat kalah dalam petarungan. Seppuku dilakukan tanpa adanya perayaan dan lebih menyakitkan serta berlangsung berlarut-larut. Selain itu, terdapat nama-nama tokoh besar yang telah melakukan seppuku antara lain adalah sebagai berikut.
- Oda Nobunaga pada tahun 1582 saat menghindari penangkapan.
- Sen-No-Rikyuu seorang filsuf sekaligus ahli teh yang diminta untuk melakukan seppuku oleh pemimpin kala itu, Hideyoshi Toyotomi pada tahun 1591 karena memiliki pandangan politik yang berbeda.
- Saigo Takamori pada tahun 1877 melakukan seppuku setelah terluka berat saat pemberontakan Satsuma, kemudian Yukio Mishima pada tahun 1970 setelah gagal kudeta pun melakukan
Selain itu, dalam budaya seppuku terdapat beberapa tipe potongan perut. Di antaranya terdapat empat gaya memotong perut yang ada di Jepang.
- Juumonji : gaya satu ini paling populer. Potongan satu horizontal dengan satu vertikal membentuk kanji angka sepuluh (十) . Potongan pertama mengarah samping dari kiri ke kanan, kemudian goresan kedua mengoyak bagian bawah hingga atas perut.
- Ichimonji : gaya mengoyak perut dengan satu goresan, mengarah samping dari kiri ke kan Kadang para samurai melakukan sobekan diagonal dari arah bawah ke atas.
- Hachimonji : gaya menusuk perut dengan mengikuti kanji angka delapan (八) di Jepang.
- Sanmonji : gaya memotong perut dengan sesuai angka tiga (三) di Jepang.
Aturan Seppuku
Pada dasarnya tata cara aturan harakiri atau seppuku diadaptasi dari beberapa praktik di zaman Edo ketika hukuman mati bagi para samurai, seperti aturan-aturan berikut ini.
- Samurai mengenakan kimono putih setengah hanya bagian bawah saja.
- Sering kali terjadi samurai ketakutan sehingga diharuskan kaki diikat.
- Saat eksekusi akan didirikan tirai putih untuk penonton. Dua tikar tatami diletakkan di lantai bersama keranjang untuk kepala serta ember air untuk dibersihkan nantinya.
- Dalam ajaran agama Shinto, daun pohon sasaki merupakan daun yang sakral. Sebelum ritual dimulai, daun tersebut diletakan di depan samurai. Beriringan dengan itu, sang samurai diberikan sake serta hidangan terakhir. Samurai pun diberikan tanto yang merupakan pisau pendek dan wakizashi yang merupakan katana
- Samurai memegang pedang dengan kedua tangan serta membentuk goresan di perut berbentuk L. Kaishakunin yang merupakan asisten penanggung jawab melakukan pukulan mematikan di akhir upacara. Kemudian, kepala dipenggal dan disimpan pada pangkuan samurai di atas tangannya, kemudian kepala dicuci serta dibersihkan dengan cara hormat kepada sang penguasa.
Seppuku Saat Ini
Tindakan seppuku yang dilakukan oleh orang selain samurai tidak akan ada artinya namun saat ini terdapat perdebatan antara angka bunuh diri dengan budaya seppuku di Jepang. Karena perilaku tidak terhormat harus dibayar dengan pengorbanan pribadi yang masuk ke kategori bunuh diri walaupun bertujuan untuk bertanggung jawab atas kesalahan sosial, politik, atau perusahaan modern. Tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral terkait dengan budaya seppuku atau bunuh diri sebagai hukuman penebusan dosa ini pun cukup memiliki pendapat yang pro dan kontra.
Bagaimana mina san? Apakah sudah bisa membedakan harakiri dan seppuku? Meskipun terdengar mengerikan, namun demikianlah budaya dan tradisi yang harus dijaga oleh masyarakat Jepang. Semoga bisa menambah wawasan mina san dalam mempelajari kebudayaan Jepang.