News & Events
Baju pernikahan Jepang untuk pria dan wanita
- August 20, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Jika sebelumnya kita telah membahas mengenai pakaian tradisional Jepang, pada kesempatan ini kita akan mengulas khusus mengenai baju pernikahan Jepang. Pernikahan adalah impian semua orang, semua orang ingin terlihat sempurna pada saat menikah dengan pujaan hatinya. Meskipun Jepang merupakan negara modern, mereka tetap melakukan upacara pernikahan dengan cara tradisional. Beberapa tahun belakangan ini upacara pernikahan di Jepang lebih banyak menggunakan cara barat yang dikenal dengan istilah white wedding. Namun demikian, bukan berarti tidak ada orang Jepang yang memakai baju pernikahan Jepang tradisional di hari pentingnya itu.
Perlengkapan baju pernikahan Jepang
Sama seperti di Indonesia, ketika upacara pernikahan baju tradisional Jepang ada beberapa macam sesuai dengan ritual yang sedang dilakukan. Misalnya pada saat ke kuil memakai baju tradisional berwarna putih, pada saat resepsi juga memakai pakaian tradisional yang berbeda. Sebelum membahas mengenai pakaian tradisional pernikahan orang Jepang, saya akan membahas sedikit mengenai pernikahan tradisional orang Jepang. Apa saja jenis-jenis baju pernikahan yang digunakan pada saat melangsungkan pernikahan secara tradisional dikalangan orang jepang? silakan disimak uraian berikut.
Baju pernikahan untuk wanita Jepang
Beberapa tahun belakangan banyak orang Jepang yang melaksanakan pernikahan dengan memilih gereja sebagai chapel dan memilih gaun sebagai pakaian pengantin wanita. Meskipun begitu ada juga beberapa masyarakat Jepang yang masih melaksanakan pernikahan secara tradisional. Pernikahan secara tradisional terdiri dari beberapa ritual. Pertama di sebut dengan omiai atau pertemuan. Ketika melakukan omiai kedua mempelai bertemu didampingi keluarga masing-masing untuk saling mengenal satu sama lain. Jika kedua mempelai merasa cocok maka hubungan akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Pasangan yang melakukan pernikahan dengan sistem omiai biasanya tingkat perpisahannya sangat kecil karena mereka sangat menjaga tradisi dan menghargai suatu hubungan yang sakral.
Shiromuku
Pada saat upacara pernikahan, hal pertama yang dilakukan adalah kedua mempelai mengikat janji suci pernikahan di kuil Shinto. Upacaranya sangat sakral dan tertutup karena hanya dihadiri oleh keluarga inti kedua mempelai. Pada saat upacara pernikahan di kuil pengantin wanita menggunakan kimono jenis furisode yang disebut dengan shiromuku. Pakaian pengantin wanita disebut dengan hanayome ishou.
Shiromuku merupakan jenis furisode yang berwarna putih dan tidak bermotif. Makna warna putih pada shiromuku yang digunakan oleh pengantin wanita yaitu kebersihan, kesucian dan kemurnian dari mempelai wanita. Mempelai wanita juga diibaratkan seperti kertas putih dimana setelah menikah mereka memulai lembaran hidup baru dan mengisi lembaran-lembaran itu dengan cerita yang penuh dengan suka cita bersama suami dan anak-anaknya kelak.
Uchikake
Setelah upacara pernikahan, kedua mempelai akan mengadakan resepsi dengan meriah. Berbeda dengan suasana pernikahan di kuil yang sangat sakral dan tertutup, pada saat resepsi dihadiri oleh para kerabat dan kenalan kedua mempelai. Pakaian yang digunakan pada saat resepsi disebut dengan uchikake. Pada zaman Edo, uchikake hanya digunakan oleh anggota keluarga kerajaan, berbeda dengan sekarang uchikake bisa dipakai oleh semua kalangan masyarakat.
Uchikake terbuat dari sutera dengan motif tenunan yang sangat indah. Uchikake merupakan jenis kimono yang berwarna cerah seperti warna merah, jingga dan keemasan. Warna cerah melambangkan keberuntungan, dengan harapan kehidupan rumah tangga kedua mempelai dipenuhi dengan keberuntungan. Uchikake pada umumnya bermotif bunga sakura, burung bangau dan motif lain yang melambangkan keberuntungan.
Hikifurisode
Selain uchikake, pengantin wanita juga menggunakan kimono jenis hikifurisode. Hikifurisode merupakan kimono berwarna hitam dan sangat elegant. Hikifurisode biasanya digunakan oleh keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi karena harganya yang sangat mahal. Hikifurisode juga digunakan pada saat upacara pemakaman, tetapi motif dari hikifurisode yang digunakan saat menghadiri upacara pemakaman dan yang digunakan pada saat upacara pernikahan berbeda. Makna warna hitam pada hikifurisode yaitu kemauan yang keras dari mempelai wanita untuk mempertahankan pernikahannya.
Pelengkap pakaian tradisional pengantin wanita
Pada bagian ini saya akan membahas mengenai pelengkap pakaian tradisional pengantin wanita.
Tsuno Kakushi
Pada bagian kepala pengantin terdapat kerudung atau penutup kepala berwarna putih yang disebut dengan tsuno kakushi. Kerudung (tsuno kakushi) berasal dari kata tsuno yang artinya tanduk dan kakushi artinya menyembunyikan, jadi tsuno kakushi berarti menyembunyikan tanduk. Tanduk yang dimaksud yaitu 2 buah asesoris emas yang digunakan sebagai hiasan rambut pengantin wanita.
Kanzashi
Asesoris emas yang menghiasi kepala pengantin wanita disebut dengan kanzashi. Kanzashi melambangkan keteguhan hati seorang pengantin wanita. Kerudung atau tsuno kakushi menyiratkan sebuah harapan yaitu setelah menikah wanita hendaknya bisa menyembunyikan keegoisannya dan menjadi istri yang taat terhadap suami.
Obi
Berikutnya ada obi yaitu sabuk pinggang yang terbuat dari kain sutera yang digunakan untuk mengikat kimono atau jenis kimono yang lainnya. Pada umumnya motif dan warna obi sama dengan motif dan warna kimono yang digunakan. Jika pengantin wanita menggunakan shiromuku berarti obi yang digunakan juga berwarna putih dan tanpa motif. Berikutnya ada geta yaitu sandal tradisional Jepang yang terbuat dari kayu.
Asesoris pengantin wanita
Setelah mengetahui pelengkap pakaian tradisional pengantin wanita ada juga asesoris yang di bawa oleh pengantin wanita diantaranya adalah sebagai berikut.
Hakoseko
Hakoseko merupakan sebuah dompet kecil biasanya di bawa ketika pengantin wanita memakai uchikake.
Kaiken
Selain hakoseko pengantin wanita juga membawa kaiken yaitu pedang kecil yang panjangnya sekitar 8 inchi yang dibungkus dengan kain dan ditaruh di saku kimono. Kaiken merupakan simbol dari pertahanan diri seorang wanita di rumah suami.
Suehiro
Asesoris yang terakhir yaitu suehiro, merupakan kipas lipat yang dibawa oleh pengantin wanita.
Baju pernikahan Jepang untuk pengantin pria
Setelah membahas mengenai pakaiang tradisional pengantin wanita, sekarang saya akan membahas pakaian tradisional pengantin pria.
Montsuki
Pengantin pria menggunakan kimono jenis montsuki yang merupakan jenis kimono yang paling formal. Penggunaan montsuki biasanya lengkap dengan haori dan hakama. Montsuki yang digunakan pengantin pria berwarna gelap seperti biru tua dan hitam. Dibagian belakang tepatnya di punggung montsuki terdapat lambang keluarga pengantin pria.
Hakama
Setelah memakai montsuki, pengantin pria memakai hakama sebagai bawahan. Hakama yaitu celana panjang yang digunakan pada saat memakai kimono. Cara pemakaiannya yaitu kimono dimasukkan ke dalam hakama. Warna dan motif hakama yang dipakai selaras dengan montsuki.
Haori
Terakhir ada haori yaitu pakaian tradisional yang berbentuk jaket yang digunakan untuk melapisi montsuki atau kimono yang lain.
Geta
Untuk alas kaki pengantin pria juga menggunakan geta sama seperti pengantin wanita. Pengantin pria tidak membawa asesoris seperti pengantin wanita. Jika pengantin wanita berganti pakaian bisa sampai tiga kali pada saat melangsungkan pernikahan, berbeda dengan pengantin laki-laki yang biasanya hanya memakai montsuki.
Uraian di atas merupakan pakaian tradisional beserta asesoris yang digunakan pengantin di Jepang. Meskipun ada beberapa pasangan yang memadukan pakaian pernikahan tradisional dengan modern. Pada saat ke kuil menggunakan pakaian tradisional selanjutnya ketika resepsi menggunakan gaun ala barat. Meskipun sejak tahun 1990an pernikahan ala barat sangat populer di Jepang, tetapi masih banyak masyarakat orang Jepang yang memegang teguh tradisi mereka sampai sekarang. Selain itu masih banyak masyarakat Jepang yang menganut kepercayaan Shinto dan Budha sampai sekarang. Upacara pernikahan secara tradisional masih bisa dilihat di kuil-kuil yang ada di Jepang. Semoga tulisan saya bermanfaat dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ini. sampai bertemu di segmen berikutnya.