News & Events
Gion Matsuri, Perayaan Satu Bulan di Jepang
- November 10, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Gion Matsuri berlangsung setiap tahun selama bulan Juli di Kyoto, Jepang. Perayaan ini merupakan salah satu festival paling terkenal dan terbesar di Jepang, secara resmi festival ini dikenal sebagai hari besar ajaran Shinto. Tujuan awalnya untuk memurnikan diri dan membuat diri lebih tenang dari segala bahaya termasuk penyakit.
Gion Matsuri
Terdapat banyak upacara yang diadakan selama festival ini berlangsung, namun yang paling dikenal adalah dua prosesi hias yamaboko junko digelar pada 17 Juli dan 24 Juli. Banyak acara festival berlangsung di pusat kota Kyoto dan kuil Yasaka, kuil ini merupakan sebuah bentuk pelindung dalam perayaan Gion. Namanya pun diambil dari distrik Gion, Kyoto.
Area pusat kota Kyoto dicadangkan untuk lalu lintas pejalan kaki pada tiga malam sebelum perayaan di tanggal 17 Juli, beberapa malam menjelang festival ini disebut dengan yoiyama tepatnya pada 16 Juli dan 23 Juli. Selain itu, terdapat pula upacara yoiyoiyama (宵々山) pada 15 Juli dan 22 Juli, yoiyoyoiyama (宵々々山) digelar pada 14 Juli dan 21 Juli.
Dari tanggal 14 hingga 16 Juli dipenuhi dengan kios-kios malam yang menjual makanan seperti yakitori (ayam panggang dengan tusuk sate), taiyaki (kue isi gula merah berbentuk ikan), takoyaki (bola-bola gurita goreng), okonomiyaki, manisan tradisional Jepang, dan masih banyak lagi jajanan yang bisa teman-teman beli bila berkunjung pada bulan Juli saat perayaan tersebut.
Selama malam menjelang yoiyama, beberapa rumah pribadi tradisional di dekat kendaraan hias membuka pintu masuk mereka untuk umum. Ditambah lagi, pusaka keluarga yang dimiliki pun dipamerkan sebagai kebiasaan. Hal ini dikenal dengan istilah byoubu matsuri atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama festival layar lipat.
Sejarah Gion Matsuri
Parade ini mulai diadakan di Kyoto pada tahun 1920an, festival ini berasal dari epidemi pada tahun 869 sebagai bagian dari ritual penyucian diri untuk menenangkan para dewa yang dianggap menyebabkan kebakaran, banjir, dan gempa bumi. Pada tahun tersebut, ketika orang menderita wabah yang dikaitkan dengan roh pendendam, Kaisar Seiwa memerintahkan doa kepada dewa kuil Yasaka (Susanoo-no-Mikoto.)
Saat perayaan tersebut digelar, enam puluh enam tombak bergaya dan berhias ditampilkan dari satu provinsi tradisional Jepang. Setelah itu didirikan di Shinsen-en, sebuah taman di selatan istana kekaisaran bersama dengan kuil portabel (mikoshi) dari kuil Yasaka. Pelaksanaan ini diulang di mana pun saat wabah terjadi di sebuah desa, pada tahun 1000.
Festival ini menjadi acara tahunan dan sejak itu jarang gagal diadakan, selama perang sipil Onin (di bawah Keshogunan Ashikaga). Pusat Kyoto hancur dan festival tersebut sempat dihentikan selama tiga dekade pada akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16, kemudian pada abad ke 16 tersebut dihidupkan kembali oleh Shogun Oda Nobunga.
Selama berabad-abad, beberapa pelampung telah dihancurkan atau hilang dan dalam beberapa tahun terakhir berhasil dipulihkan kembali. Asosiasi lingkungan apung terkadang membeli permadani antik untuk menggantikan yang sudah rusak, atau meminta replika dari penenun industri di Kyoto. Tidak jarang terdapat orang-orang yang merancang dan memesan dari distrik Nishijin.
Sebuah distrik yang terkenal akan produk kain tenunnya, saat tidak digunakan pelampung dan kapal apung disimpan di gudang khusus di seluruh distrik pusat Kyoto atau di kuil Yasaka. Pada novel Yasunari Kawabata (The Old Capital), festival ini menjadi latar belakang penting di mana menggambarkan festival tersebut bersama dengan Festival of Ages dan Festival Aoi, sebagai “tiga festival besar” di ibu kota lama.
Festival Kapal Gion Matsuri
Kendaraan hias dalam parade yoiyama dibagi menjadi dua kelompok, hoko merupakan yang lebih besar dengan tombak menyertainya. Selain itu, terdapat pula yang disebut dengan yama dengan ukuran yang lebih kecil. Namun secara keseluruhan dikenal dengan nama yamaboko, sepuluh hoko mengingat 66 tombak atau tombak yang digunakan dalam ritual pemurnian asli. Dan 24 kapal yama membawa sosok dari dewa Shinto atau dikenal dengan dewa Buddha disertai dengan tokoh budaya.
Semua kendaraan hias dibuat lebih menarik dengan berbagai permadani, seperti yang sudah dijelaskan bahwa distrik Nishijin merupakan tempat terkenal dengan produk kain tenunnya. Tidak sedikit yang berhasil dikirim keluar negeri, faktanya survei tekstil impor Gion Matsuri pada tahun 1993 menjadi salah satu produk terbaik dalam hal kolektor tekstil internasional.
Para pemain musik duduk di kendaraan hias memainkan alat musik dan seruling, kendaraan hias ditarik dengan tali di jalan dan banyak hadiah yang dilemparkan dari kendaraan hias kepada kerumunan orang-orang. Pada tauh 1979 yamahoko terdaftar di properti budaya rakyat tak benda penting. Dan pada tahun 2009, tamahoko terdaftar sebagai warisan budaya dari Jepang.
Pada malam hari tanggal 17 Juli, ratusan pria membawa dewa-dewa yang tinggal di kuil Yasaka atau di sekitar lingkungan umat beragam di kuil Mikoshi portabel ke Otabisho. Tempat tinggal sementara di pusat Kyoto, diyakini bahwa para dewa memurnikan semua lingkungan di sepanjang jalan. Mereka yang tinggal di Otabisho selama seminggu, di antara dua kendaraan hias.
Pada tanggal 24 Juli, kendaraan tersebut akan dibawa ke kuil Yasaka ke tempat tinggal permanen bagi sosok dewa Shinto yang dihormati. Dalam perjalanan ke kuil tersebut, prosesi akan berhenti di Shinsen-en. Situs asli dari ritual pertama hadir pada tahun 869, bersamaan dengan hadirnya Gion Matsuri. Tempat yang digunakan merupakan taman bekas kekaisaran.
Setiap tahun asosiasi lingkungan yang memelihara serta merawat kendaraan hias, akan menarik undian pada pertemuan khusus di awal bulan Juli untuk menentukan dalam urutan kendaraan hias. Hal ini dilakukan agar barisan kendaraan hias bisa diatur dengan baik pada 17 Juli dan 24 Juli, barisan ini digelar dalam upacara khusus pada awal upacara. Di mana wali kota Kyoto mengenakan jubah.
Naginata Hoko menggambarkan chigo mengenakan jubah upacara dan mengenakan setelan baju phoenik emas, dipilih sebagai halaman suci dewa di antara rumah pedagang di Kyoto. Setelah beberapa minggu upacara pembasuhan khusus dilakukan, tujuannya agar kehidupan bisa terlepas dari makanan buruk, nasib, sial, dan godaan duniawi lainnya. Pada awal yamahoko di tanggal 17 Juli, chigo memotong shimenawa dengan cara mengayunkan pedang.
Rangkaian Gion Matsuri
Tanggal 14 Juli sampai 16 Juli dan 21 Juli sampai 23 Juli :
Digelarnya festival yoiyama, yoiyoiyama, dan yoiyoiyoiyama. Perayaan ini digelar untuk beberapa malam sebelum parade dilakukan, rangkaian ini merupakan upacara dalam Gion Matsuri. Selain bisa menikmati penampilan yang ada, orang-orang pun bisa membeli beraneka ragam jajanan di sepanjang jalur parade.
Keramaian suasana pun semakin meriah disertai dengan alat musik yang dimainkan oleh para seniman, saat digelar teman-teman pun bisa menikmati wisata kapal yang dijalankan di perairan Kyoto. Dengan sorot lampu yang berwarna, suasana semakin menyenangkan dinikmati. Maka dari itu, saat berkunjung ke Jepang jangan sampai terlewatkan untuk menikmati perayaan ini.
30 Juli merupakan penutup dari rangkaian acara Gion Matsuri, kuil Yasaka menyalakan lampu sirine sebagai tanda selesainya acara di Kyoto. Para seniman dan peserta perayaan pun merasa sudah menerima berkah dan harapan dengan melalui tahapan akhir ini, setelah itu orang-orang sebagai pengunjung bisa ikut serta berbaur dengan peserta. Ikuti selalu artikel terbaru dari www.jepang-indonesia.co.id.