News & Events
Jan ken pon : permainan ompimpa ala Jepang
- April 9, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Permainan Tradisional
Kalian generasi milenial pasti pernah bermain hom pim pa sewaktu kecil kan? Permainan ini kita mainkan untuk tujuan bertaruh dan lain sebagainya. Permainan “Gunting batu kertas” atau hom pim pa ini ternyata juga ada di Jepang lo. Orang Jepang menyebut permainan ini sebagai “Jan ken pon” atau kadang disebut “Janken” saja. Kenapa di Jepang juga ada permainan yang serupa ini ya?
Sejarah jan ken pon
Sebenarnya permainan yang dikenal dengan hompimpah ala Jepang ini sudah ada sejak lama, disebutkan bahwa jan ken pon berasal dari negara tirai bambu, Cina. Sekitar tahun 206-220 SM, terdapat sebuah permainan dengan nama sansukumi-ken atau disebut dengan ken (tinju). Permainan ini melibatkan tiga orang dengan pemain A mengalahkan B, pemain B mengalahkan C, dan pemain C mengalahkan A.
Pada intinya ketiga orang ini saling mengalahkan satu sama lainnya, dalam perkembangannya masuk ke Jepang. Permainan ini dikenal dengan nama mushi-ken dengan simbolisasi berbeda, yaitu diwakilkan dengan ‘katak’ yang mewakili ibu jari dan dikalahkan oleh ‘siput’, ‘siput’ yang mewakili jari kelingking dikalahkan oleh ‘ular’, ‘ular’ yang mewakili jari telunjuk dikalahkan oleh ‘katak’.
Sedangkan versi lain menyebutkan bahwa terdapat permainan serupa dengan nama kitsune-ken, hal ini tentu sudah jelas merujuk kepada seekor rubah spiritual. Kitsune (rubah) mampu untuk mengalahkan kepala desa, kepala desa mampu mengalahkan pemburu, dan pemburu mampu untuk mengalahkan kitsune (rubah). Meskipun begitu permainan ini diceritakan tidak dimainkan dengan gerakan tangan.
Saat ini sansukumi-ken paling populer dikenal dengan nama jan ken pon, permainan yang diperkenalkan pada abad ke 17. Hal ini melambangkan tiga elemen yang saling bertentangan, yaitu batu, gunting, dan kertas. Permainan yang dibuat pada abad 19 pada masa periode antara periode Edo dan periode Meiji, hingga saat ini masih sering dimainkan oleh orang Jepang.
Cara bermain jan ken pon
Untuk lebih memudahkan dalam penyebutan, mari kita sebut dengan permainan janken. Dalam permainan ini aturan dan gerakan yang tersedia adalah batu, gunting, dan kertas. Lebih dari itu tentu tidak dianggap ‘sah’ pada permainan ini, gerakan ‘batu’ adalah dengan mengepalkan tangan, gerakan ‘gunting’ adalah dua jari terentang, dan ‘kertas’ adalah telapak tangan terbuka ke bawah.
Kemudian cara bermain sederhananya adalah ‘gunting’ memotong ‘kertas, ‘batu’ menghancurkan ‘gunting’, dan ‘kertas’ menutupi batu. Dalam bahasa Jepang, ‘batu’ disebut dengan guu, ‘gunting’ disebut dengan choki, dan ‘kertas’ disebut dengan paa. Tentu dari penamaan tersebut bukan tanpa alasan, namun yang menjadi menarik adalah sebutan tersebut bukan berdasarkan arti sebenarnya.
Melainkan berdasarkan suara yang dihasilkan dari benda-benda tersebut, guu merupakan suara yang berasal dari mengepalkan tangan atau saat meremas tangan. Choki diibaratkan suara saat sedang menggunting atau memotong sesuatu, dan paa merupakan hasil suara dari saat pemain membuka tangan untuk memposisikan ke arah bawah.
Cara untuk memulai permainan ini dengan melakukan gerakan ‘batu’ yang mengepal dan mengucapkan ‘saisho guu’. Kalimat tersebut memiliki arti ‘pertama batu’, kemudian kalimat selanjutnya yang harus diucapkan adalah ‘jan ken pon’. Saat mengucapkan kata ‘pon’, kedua pemain harus segera mengeluarkan satu dari tiga gerakan antara guu, choki, dan paa.
Jika imbang (kedua pemain mengeluarkan gerakan sama), kedua pemain akan mengucapkan kalimat ‘aiko desho’ yang memiliki arti ‘ini imbang,kan?’ Pada giliran ini pemain harus mengeluarkan gerakan bersamaan saat mengucapkan kata ‘sho’, dan kalimat ‘aiko desho’ harus terus diucapkan secara berulang hingga salah satu dari kedua pemain memenangkan permainan.
Cara bermain jan ken pon beregu
Permainan batu, gunting, kertas di Jepang bisa dimainkan secara beregu atau dimainkan tiga orang hingga lebih dan aturan yang dimiliki sedikit lebih rumit dari permainan biasanya. Orang Jepang menggunakan jan ken pon untuk mempertaruhkan sesuatu, misalnya siapa yang akan membayar makanan, siapa yang akan tampil dahulu saat presentasi, atau untuk menentukan hal-hal lainnya.
Cara bermain dengan banyak orang mungkin sedikit sulit untuk dijelaskan, namun berikut merupakan contoh kasus sederhana dari cara bermain jan ken pon secara beregu.
Kasus A
Pemain 1 : mengeluarkan ‘batu’
Pemain 2 : mengeluarkan ‘gunting’
Pemain 3 : mengeluarkan ‘gunting’
Hasil : pemain 1 menang
Kasus B
Pemain 1 : mengeluarkan ‘batu’
Pemain 2 : mengeluarkan ‘kertas’
Pemain 3 : mengeluarkan ‘kertas’
Hasil : pemain 2 dan pemain 3 menang
Kasus C
Pemain 1 : mengeluarkan ‘batu’
Pemain 2 : mengeluarkan ‘gunting’
Pemain 3 : mengeluarkan ‘kertas’
Hasil : imbang dan diulang hingga pemenang didapatkan.
Dalam permainan janken beregu jika ketiga pemain melakukan semua gerakan secara berbeda, maka hasil akan imbang (tidak peduli berapa jumlah pemain yang ikut). Misalnya dalam satu permainan berisi empat pemain, hasilnya dua pemain mengeluarkan ‘gunting’, satu pemain mengeluarkan ‘batu’, dan satu oemain mengeluarkan ‘kertas’. Maka permainan berakhir dengan imbang tanpa pemenang.
Hal ini bisa terjadi karena ketiga gerakan keluar secara bersamaan, secara umum permainan ini dilakukan dengan dua hingga lima pemain. Semakin banyak pemain yang ikut serta, maka semakin tinggi kemungkinan ketiga gerakan berbeda akan muncul.
Namun terdapat alternatif lain yang bisa digunakan untuk lebih efisien dalam hal ini, yaitu membagi menjadi dua grup kemudian para pemenang akan melawan orang ketiga. Sehingga nantinya akan berakhir dengan tiga pemain dan akan dimainkan dengan lebih mudah karena pemenang akan ditemukan lebih cepat.
Cara bermain jan ken pon yang berbeda
Salah satu hal yang berkaitan antara permainan ini dengan kehidupan adalah belajar untuk bisa menerima hasil akhir. Dari sini teman-teman bisa mengerti untuk bertanggung jawab dan cara memahami arti menerima kekalahan.
Di Jepang, orang-orang yang memainkan jan ken pon tidak peduli hasil menang atau kalah. Atau apa hadiah yang akan didapatkan, namun selama hasilnya kalah harus bisa untuk menerima kekalahan dengan lapang dada. Meskipun tidak ada peraturan tertulis, namun semua orang yang bermain jan ken pon memahami konsekuensi dalam permainan ini.
Hasilnya permainan hompimpah Jepang ini tidak hanya dimaknai oleh anak-anak saja, namun tidak sedikit orang dewasa yang melakukan permainan ini untuk mengambil keputusan. Sebuah cara yang efektif untuk menentukan sesuatu dan adil tentunya, Jepang selalu memiliki cara untuk menghubungkan banyak hal ke dalam kehidupan dan memiliki makna mendalam.
Jan ken pon dan anak-anak
Tidak sedikit anak-anak merasa bingung saat bertemu orang asing atau bertemu dengan guru dari luar Jepang yang tidak memahami ‘arti’ jan ken pon, hal ini karena di Jepang hampir semua lapisan masyarakat memainkan permainan ini mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Inilah yang menjadi pembeda, karena permainan janken di Jepang begitu lazim dan memiliki makna lebih dari sekedar permainan.
Mungkin di negara lain, permainan ini hanya dimainkan oleh anak-anak saja dan hanya sekedar permainan tanpa arti mendalam. Meskipun begitu, setiap orang pasti memiliki pendapat sendiri akan sebuah hal tanpa bisa disamakan satu dengan lainnya.
Janken dalam dunia bisnis
Tidak semua orang memahami esensi sebenarnya dari permainan janken dan menganggap permainan ini hanya mengandalkan keberuntungan saja, namun tidak bagi masyarakat di Jepang. Permainan ini sudah melekat pada kehidupan sehari-hari mereka, bahkan tidak jarang dilakukan untuk menentukan hal penting.
Seperti siapa orang yang akan melakukan perjalanan bisnis, siapa yang akan melaporkan anggaran bulanan, siapa yang akan melapor kepada atasan saat berbuat kesalahan, dan lain-lain. Cerita menarik pernah ditemukan di Jepang pada tahun 2005, seorang CEO dari perusaahan elektronik bernama Takashi Hashiyama ingin menjual sebuah lukisan terkenal karya Van Gogh, Picasso, dan Gezanne.
Namun untun menentukan pemenangnya, Takashi meminta kedua rumah lelang untuk melakukan permainan janken. Pemenang bisa menjual lukisan tersebut dengan harga 20 juta Dollar, sebuah harga yang luar biasa tentunya. Dan ingat, mereka mempertaruhkan ini menggunakan sebuah permainan janken yang biasanya dimainkan oleh anak-anak.
Janken dan penelitian
Jan ken pon pun merambah ke berbagai bidang yang lebih luas lagi, misalnya dalam hal teknologi. Terbukti dengan adanya sebuah robot janken yang dikembangkan oleh laboratorium Ishikawa Obu dari Universitas Tokyo dengan memiliki presentasi 100 persen kemenangan. Hal menarik yang bisa didapatkan adalah pemain sama-sama memiliki peluang menang secara adil.
Sebuah permainan yang menjelma menjadi kebudyaaan, begitu hebatnya Jepang dalam memaknai semua hal secara bijaksana. Apakah teman-teman tertarik untuk melibatkan jan ken pon dalam kehidupan sehari-hari? Atau terlalu takut untuk menerima kekalahan? Ingat teman-teman lebih baik menyesal karena sudah melakukan daripada menyesal tanpa melakukan apapun!