News & Events
Juunihitoe: Cantiknya kimono termahal Jepang
- March 22, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Bila Indonesia memiliki berbagai macam pakaian tradisional, Jepang pun memiliki pakaian tradisional yang banyak dikenal orang. Seperti yukata, kimono, dan masih banyak lainnya. Namun pernahkah teman-teman mendengar pakaian tradisional Jepang juunihitoe? Juunihitoe dikenal sebagai jenis kimono yang paling mahal di Jepang, lalu apakah keistimewaan dari pakaian tradisional ini?
Apa itu Juunihitoe?
Juunihitoe kimono merupakan salah satu jenis kimono yang biasanya digunakan untuk acara formal di Jepang, menurut arti harafiahnya juunihitoe adalah pakaian dengan kain 12 lapis. Masyarakat Jepang biasanya menyebut dengan istilah itsutsuginu (jubah kecil di atas rok yang terbelah) atau karaginumo (mantel Cina di atas rok seperti celemek yang terbelah).
Juunihitoe bisa dibilang layaknya jubah kimono karena memiliki lapisan dalam dan luar, juuni memiliki arti 12 dan hitoe memiliki arti jubah. Jubah terdalam dikenakan sebagai pakaian untuk melapisi kulit. Bagian ini disebut dengan kosode dan hakama, namun seiring berjalannya waktu hingga saat ini. Pakaian dalam tersebut berubah menjadi sebuah kimono yang modern.
Pakaian tradisional Jepang ini kerap kali digunakan oleh permaisuri, dayang, dan para bangsawan di kerajaan. Juunihitoe memiliki beragam jumlah lapisan, tidak hanya itu saja namun dilengkapi dengan aksesoris berupa obi (ikat pinggang) yang terbuat dari kain tipis. Sayangnya dengan banyaknya aksesoris ini terkadang mengubah makna formalitas juunihitoe.
Mantel dan rok pun biasanya digunakan untuk mempercantik tampilan dalam acara tertentu, sebagai jenis pakaian tradisional yang muncul pada era Heian. Juunihitoe memiliki warna yang menjadi sebuah identitas dan warna yang dimiliki pun begitu mencolok, istilah ini dikenal dengan nama kasane no irome atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti kombinasi warna berlapis untuk pakaian wanita.
Kombinasi warna ini disesuaikan dengan musim yang sedang berlaku, hal ini mencerminkan bahwa sang pengguna bisa ‘merasakan’ nuansa musim tersebut. Menurut sejarah Jepang, abad 10 merupakan awal kemunculan juunihitoe kimono. Dari saat itu hingga sekarang, jumlah lapisan yang dimiliki oleh juunihitoe semakin berkurang dan lebih mudah untuk digunakan.
Bahan Juunihitoe
Lapisan yang dimiliki oleh juunihitoe terdiri dari sutera murni, sedangkan pakaian dalam (kosode) terbuat dari sutera putih polos diikuti dengan lapisan warna dan kain lainnya. Untuk penutup luarnya bisa dilengkapi dengan mantel atau lainnya sesuai selera, bobot yang dimiliki oleh juunihitoe diperkirakan total 20 kg. Maka dari itu, bagi mereka yang mengenakan juunihitoe akan sulit bergerak.
Para wanita di masa Heian terbiasa tidur dengan menggunakan bagian dalamnya (kosode dan hakama) dalam bentuk piyama, memasuki periode Muromachi lapisan yang dimiliki untuk pakaian ini telah berkurang secara signifikan hingga saat ini, terdapat sebuah cerita menarik dalam penggunaan dan perkembangan juunihitoe pada zamannya.
Pada zaman dahulu kala pakaian berlapis merupakan benda yang praktis untuk dikenakan, hal ini diadaptasi dari berbagai aspek seperti arsitektur pengadilan formal di Jepang hingga istana tua di Jepang memiliki dinding luar nyata tapi terbuka lebar pada bagian sisi. Bagian dalam pun dilengkapi dengan tenda, tirai lipat, dan bisa dibuka tutup untuk menyesuaikan cuaca di Jepang.
Inilah salah satu filosofi yang mempengaruhi lapisan juunihitoe, salah satu bagian yang paling rumit terdapat pada bagian luar pakaian. Maka dari itu tidak heran harga dari juunihitoe begitu mahal bagi kalangan biasa dan diperuntukkan bagi kalangan bangsawan atau kekaisaran Jepang saja.
Tempat Juunihitoe
Upacara penobatan kaisar biasanya menjadi acara enting bagi sang permaisuri untuk mengenakan juunihitoe, terdapat pula festival dengan nama Saiou matsuri pun menjadi salah satu acara lainnya bagi para wanita guna mengenakan juunihitoe. Acara ini digelar di salah satu kota, Meiwa, Jepang. Pada festival ini, pakaian periode Heian diperlihatkan untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang.
Bila teman-teman berkesempatan untuk berkunjung ke Jepang, cobalah untuk berkunjung ke Heian Costume Experience Studio di Kyoto, Jepang. Biaya untuk menyewa juunihitoe memang terbilang cukup mahal, yaitu 280 ribu Yen atau kurang lebih 30 juta Rupiah! Tidak sampai situ saja, teman-teman hanya bisa berfoto saja dengan mengenakan juunihitoe. Hal ini bisa dimengerti karena kualitas yang dimiliki.
Lapisan Juunihitoe
Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf awal bahwa juunihitoe memiliki lapisan bagian luar dan dalam, namun tidak hanya itu saja. Pakaian tradisional Jepang ini memiliki beragam lapisan dalam lainnya, kurang lebih terapat enam bagian. Berikut merupakan penjelasan sederhana dari bagian lapisan dalam juunihitoe kimono.
1. Kosode
Jubah sutra yang memiliki ukuran pendek serta biasanya dilengkapi dengan warna merah atau putih, maka dari itu kosode biasanya memiliki panjang sampai mata kaki atau hingga bawah betis saja.
2. Nagabakama
Bagian ini merupakan versi formal dari hakama, biasanya dikenakan oleh wanita bangsawan bersama rok merah yang panjang. Bagian ini biasanya dijahit secara teliti dan dibuat dalam bentuk celana atau potongan dua kaki yang terbelah.
3. Hitoe
Kemudian bagian selanjutnya adalah hitoe, jubah sutra yang tidak bergaris biasanya berwarna merah, putih, atau biru-hijau. Adapun warna lain yang tersedia adalah merah-ungu tua atau hijau tua, namun warna ini jarang sekali digunakan karena kepentingan tertentu.
4. Itsutsuginu
Pada bagian ini sudah dijelaskan secara singkat pada paragraf atas (apa itu juunihitoe), serangkaian jubah berwarna cerah atau uchigi. Biasanya memiliki jumlah lima atau enam, membuat penampilan yang berlapis dari juunihitoe kimono.
5. Uchiginu
Selanjutnya adalah bagian dalam bernama uchiginu, pada bagian ini termasuk bagian luar yang melengkapi juunihitoe. Jumlah sutra berwarna merah yang dikenakan sebagai pelengkap ini layaknya sentuhan akhir untuk pemanis penampilan para wanita saat mengenakan juunihitoe.
6. Uwagi
Jubah sutra bermotif dan biasanya dibuat layaknya anyaman lebih pendek dan lebih sempit dari uchiginu, warna dan kain yang digunakan untuk uwagi menunjukkan status, identitas, dan pangkat dari sang pengguna.
7. Karaginu
Bagian ini pun sudah dijelaskan secara sederhana pada bagian paragraf awal (apa itu juunihitoe), pakaian ini merupakan jaket dengan gaya Cina sepanjang punggung.
8. Mo
Bentuk dari bagian dalam ini menyerupai sepeti celemek, dikenakan pada bagian belakang jubah. Biasanya memiliki warna putih dengan hiasan atau warna yang dibordir, sehingga memberikan kesan elegan bagi sang pengguna.
Lapisan-lapisan di atas biasanya digunakan tergantung situasi dan kondisi acara yang diselenggarakan, namun secara umum juunihitoe harus memiliki bagian lapisan luar dan lapisan dalam. Sisanya tergantung kebutuhan dan selera dari sang pengguna, mungkin teman-teman bisa mencari referensi dengan bentuk yang lebih menarik untuk digunakan.
Bagaimana teman-teman? Apakah tertarik untuk mencoba juunihitoe yang merupakan pakaian tradisional Jepang? Memang pakaian satu ini tidak bisa sembarangan ditemukan di semua tempat, terdapat tempat khusus yang tersedia untuk teman-teman sewa. Bila teman-teman sedang berada di Jepang dan memiliki rencana ke Jepang, cobalah untuk mengenakan pakaian elegan khas kaisar Jepang ini.