News & Events
Kaligrafi Jepang (Shodo) & Tata Cara Melakukannya
- September 3, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Budaya dan kesenian tradisional merupakan dua hal yang selalu menarik untuk dibahas. Setiap negara mempunyai budaya dan kesenian tradisional yang berbeda yang membuatnya menarik untuk dibahas dan dipelajari. Begitu pula dengan negara Jepang. Negeri Sakura ini mempunyai banyak keunikan yang layak untuk diketahui dan dipelajari. Salah satunya yaitu seni kaligrafi Jepang yang disebut dengan shodo. Shodo tidak hanya populer di Jepang tetapi juga di luar Jepang termasuk Indonesia. Begitu populernya, Shodo kini banyak dipelajari dan diperlombakan di sekolah-sekolah menengah hingga perguruan tinggi di Indonesia khususnya sekolah yang khusus mempelajari bahasa dan budaya Jepang.
Apa itu kaligrafi?
Secara umum kaligrafi adalah seni menulis indah. Seni jenis ini tidak hanya sekedar menulis indah tetapi ada perasaan dan kesabaran yang diungkapkan lewat goresan-goresan yang sarat dengan nilai seni. Di sanalah letak keindahan sebuah kaligrafi. Setiap orang dapat menciptakan keindahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakter orang yang membuat kaligrafi tersebut. Kaligrafi tradisional Jepang disebut dengan shodo.
Dilihat dari kanjinya, shodo (書道) berasal dari kanji sho atau kaku (書) yang artinya menulis dan dou (道) yang artinya cara. Jadi dilihat dari kanjinya shodo berarti cara menulis, tetapi cara menulis yang dimaksud bukan hanya sekedar cara menulis melainkan terdapat unsur seni di dalamnya. Kaligrafi Jepang atau shodo tidak hanya berfokus pada huruf kanji melainkan hiragana dan katakana juga bisa dibuat kaligrafi.
Sejarah kaligrafi Jepang
Seperti yang kita ketahui budaya dan seni di Jepang banyak dipengaruhi oleh budaya China termasuk shodo. Shodo diperkirakan masuk ke Jepang sekitar abad ke enam bersamaan dengan diperkenalkannya huruf kanji dan penyebaran agama Budha di Jepang. Pada masa Heian shodo mengalami perkembangan yang luar biasa, banyak seniman kaligrafi yang memiliki kemampuan menulis sangat indah. Salah satu tokoh kaligrafi yang terkenal pada masa itu yaitu kaisar Saga (786-842).
Pada mulanya shodo hanya dipandang sebagai menulis indah, tetapi seiring dengan pencapaian-pencapaian yang diperoleh para praktisi shodo menyebabkan shodo berkembang menjadi sebuah seni. Begitu banyak orang yang tertarik mendalami seni kaligrafi Jepang sehingga dibuat peraturan mengenai kaligrafi. Peraturan tersebut menyangkut tebal tipisnya goresan, ukuran maupun urutan goresan. Ini dilakukan sebagai bentuk penyeragaman bentuk huruf dalam sebuah tulisan. Untuk sisi keindahan tergantung dari jiwa seni yang dimiliki oleh masing-masing penekun shodo.
Untuk menjadi seorang seniman kaligrafi Jepang tidaklah mudah, memerlukan waktu puluhan tahun untuk berlatih sehingga mampu menciptakan sebuah goresan indah dan berkarakter. Sampai sekarang shodo tidak hanya populer di Jepang melainkan di luar Jepang. Di Jepang shodo dipelajari sejak berada di bangku sekolah dasar. Selain sebagai mata pelajaran wajib, shodo juga dijadikan sebagai ekstrakurikuler di sekolah. Sedangkan di Indonesia shodo dipelajari di tingkat sekolah menengah atas sampai tingkat perguruan tinggi.
Jenis-jenis kaligrafi Jepang
Seni merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, baik yang dituangkan melalui goresan, kata-kata dan lain sebagainya. Begitu banyak orang yang mendalami seni kaligrafi Jepang sehingga kaligrafi Jepang dibedakan menjadi tiga macam yaitu kaishou, gyousho dan shousho.
1. Kaishou
Kaishou yaitu cara penulisan yang bentuk hurufnya seperti huruf yang dicetak di surat kabar atau di buku yang goresannya sederhana dan mudah di baca. Gaya penulisan ini biasanya digunakan oleh penulis kaligrafi pemula, seperti anak-anak di sekolah dasar yang baru pertama kali belajar kaligrafi. Meskipun bentuk hurufnya cenderung kaku tetapi sudah terlihat keindahannya. Pada tahap ini tulisan lebih menekankan ke cara penulisan yang benar.
2. Gyousho
Gaya penulisan gyousho bersifat lebih fleksibel dan bentuk hurufnya sedikit miring. Goresan-goresan yang dihasilkan dari gaya penulisan ini lebih terlihat seperti tulisan tangan, walaupun memang dibuat dengan tangan. Di setiap ujung hurufnya berbentuk tumpul. Berbeda dengan gaya penulisan kaishou walaupun sama-sama dibuat dengan tangan tetapi tulisan yang dihasilkan dari kaishou cenderung kaku seperti hasil ketikan komputer.
3. Shousho
Gaya penulisan ini dikenal dengan tulisan rumput. Goresannya lebih bebas dan berbentuk miring seperti tulisan jalan sehingga agak sulit untuk membacanya. Gaya penulisan ini memperlihatkan keindahan pada setiap goresannya.
Alat-alat yang diperlukan dalam kaligrafi Jepang
Salah satu penyebab goresan yang dihasilkan dari seni kaligrafi terlihat berbeda dengan goresan huruf biasa karena alat yang digunakan. Untuk mempelajari shodo memerlukan alat-alat seperti shitajiki, bunchin, hanshi, suzuri, sumi dan fude.
Shitajiki
Shitajiki adalah alas yang digunakan untuk meletakkan kertas yang akan digunakan untuk menulis. Shitajiki terbuat dari kain yang lembut sejenis kain flannel dan umumnya berwarna hitam.
Bunchin
Bunchin yaitu alat yang berfungsi sebagi penjepit kertas sehingga saat menulis kertas tidak mudah bergeser. Bunchin terbuat dari jenis logam berat atau besi.
Hanshi
Hanshi merupakan kertas tipis berwarna putih dan dapat menyerap tinta dengan baik yang digunakan khusus dalam menulis kaligrafi.
Suzuri dan Sumi
yaitu tempat untuk menyimpan tinta, biasanya terbuat dari batu. Sumi merupakan tinta padat yang berbentuk persegi panjang. Cara menggunakannya yaitu dengan cara mencampurkannya dengan air lalu digosokkan ke suzuri sehingga dapat menghasilkan tinta yang siap digunakan untuk menulis.
Fude
Terakhir ada fude yaitu kuas yang digunakan untuk menulis. Fude terbuat dari bambu atau kayu dan bulu binatang seperti bulu domba, bulu rusa dan bulu binatang lainnya. Fude tersedia dalam berbagai ukuran tergantung kaligrafi yang ingin dibuat. Ketika membuat goresan huruf maka digunakan fude yang berukuran besar sedangkan fude yang berukuran kecil digunakan untuk membuat tandatangan pada karya yang dihasilkan.
Tata cara penulisan kaligrafi Jepang
Mendalami shodo tidak hanya tentang seni dan keindahan tetapi juga melibatkan perasaan, kesabaran dan konsentrasi. Membuat sebuah seni kaligrafi juga ada tata caranya. Sebelum memulai membuat kaligrafi semua perlengkapan yang diperlukan harus disusun di atas meja. Kertas (hanshi) diletakkan di atas alas (shitajiki) kemudian dijepit menggunakan bunchin supaya kertas tidak mudah bergeser sehingga menghasilkan goresan yang maksimal. Untuk tempat tinta atau suzuri diletakkan disebelah kanan berseberangan dengan kuas atau fude. Sebelumnya tinta harus dicampur dulu dengan air lalu digosokkan ke suzuri untuk mendapatkan warna hitam kaligrafi yang sempurna.
Selain menyiapkan alat-alat yang digunakan hal terpenting lainnya yaitu menguasai setiap goresan huruf kana dengan benar untuk menghindari kesalahan dalam membuat goresan. Meskipun kita hanya melakukan kesalahan yang sangat kecil akan terlihat sangat jelas pada kertas atau hanshi. Begitu juga cara memegang fude harus diperhatikan karena sangat berpengaruh pada keindahan yang akan dihasilkan pada setiap goresan. Ketika menggoreskan tinta posisi kuas harus tegak lurus dan yang harus diperhatikan juga tangan maupun siku tidak boleh menyentuh meja.
Kesimpulannya, membuat kaligrafi sangat mementingkan kemampuan kita dalam membuat goresan dan juga imajinasi penulisnya untuk memberi karakter pada setiap goresan yang dihasilkan. Dengan kata lain, keindahan tulisan yang dihasilkan dalam seni ini sangat tergantung pada kemampuan, kesabaran dan selera keindahan yang dimiliki oleh pelakunya.