News & Events
Kumadori Riasan Wajah Sang Aktor Kabuki yang Eksentrik
- October 15, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Kumadori merupakan tata rias panggung yang melekat pada aktor kabuki, terutama saat mereka menampilkan drama berupa kabuki dengan gaya aragoto. Istilah ini pun dikenal sebagai metode melukis dengan menggunakan dua kuas secara bersamaan, satu untuk memberikan warna dan satunya untuk memberikan bayangan detail pada riasan.
Kumadori
Riasan ini secara umum terdiri dari garis-garis atau pola berwarna cerah di atas dasar warna putih, warna dan pola yang melambangkan sebuah karakter. Meskipun riasan ini dikembangkan secara meluar oleh seorang anggota keluarga aktor, Ichikawa Danjuur. Namun untuk beberapa gaya riasan dan aspek-aspek tertentu berdasarkan kreasi dari Onoe Kikugorou.
Hanya terdapat sedikit warna yang digunakan dalam riasan kumadori, yaitu warna merah, biru, coklat, dan hitam. Sementara warna gelap (hitam) hanya digunakan untuk memberikan aksen seperti alis dan garis mulut, warna lain digunakan untuk simbol emosi yang dimiliki oleh sebuah karakter. Sehingga penonton bisa dengan mudah mengetahui sifat dari sang karakter.
Kumadori merah menunjukkan peran pahlawan yang kuat, sering kali karakter dengan kebajikan dan keberanian. Peran paling terkenal untuk menggunakannya adalah karakter pahlawan di shibaraku, kamakura gongoro, dan secara stereotip mewakili aliran kabuki di barat. Riasan warna biru digunakan untuk mewakili karakter jahat, hal ini berlaku untuk karakter manusia atau lainnya.
Intinya riasan warna biru ini mewakili emosi negatif seperti ketakutan dan kecemburuan, hantu dalam drama tradisional Jepang sering terjebak oleh keterkaitan dalam emosi seperti ini dan kerap kali memakai riasan berwarna biru. Kitsune (roh rubah) seperti karakter genkur di Yoshitsune Senbon Zakura pun memakai riasan bernuansa biru.
Untuk warna coklat sendiri mewakili karakter monster dan roh non-manusia, seperti oni (setan). Salah satu penggunaan dari riasan warna coklat ini adalah tsuchigumo (laba-laba tanah) yang diperangi oleh Minamoto no Raik di Tsuchigumo Soushi. Meskipun biasanya hanya empat warna yang digunakan untuk melambangkan sebuah sifat karakter.
Namun terdapat kurang lebih 50 pola dari kumadori yang berbeda, riasan ini dikenakan secara simetris di kedua sisi. Beberapa pola digunakan untuk sejumlah peran, karena pola tersebut mewakili tipe karakter tertentu dari waktu ke waktu, terlepas dari peran yang dimainkan. Berikut pembagian dari garis dalam riasan :
- Ni-hon-guma (Dua garis)
Gaya satu ini memiliki dua garis merah yang mengarah ke garis rambut, satu di sisi depan alis dan satu lagi di luar garis mata. Pola ini digunakan untuk memberikan kesan ekspresi kekuatan berupa ketenangan dari pahlawan.
- Sugi-guma (Riasan merah)
Untuk riasan satu ini terbilang paling terkenal di Jepang, seperti yang sudah dijelaskan beberapa karakter kerap kali mengenakan riasan warna ini. Garis merahnya yang dramatis mewakili kekuatan sang karakter dan kemarahan yang terlihat jelas.
- Mukimi kuma
Bentuk riasan ini digunakan untuk karakter pahlawan muda, tampan, dan memiliki budi luhur. Contohnya adalah karakter Sukeroku di Sukeroku Yukari no Edo Zakura mengenakan mukimi kuma, dan merupakan sebuah lambang pahlawan kabuki tampan yang berusaha memenangkan cinta seorang wanita berpangkat tinggi.
- Zare-guma
Gaya riasan ini digunakan untuk seorang penjahat di komik, meskipun memiliki ciri khas warna merah dan garis yang digunakan membuat karakter terlihat seperti binatang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak boleh dianggap serius, beberapa bentuk dari jenis riasan ini membuat karakter seperti monyet atau kepiting.
- Kuge kuma
Bentuk dramatis dari riasan berwarna biru yang digunakan untuk menunjukkan bangsawan istana, memiliki niat jahat untuk menggulingkan mereka yang sedang berkuasa. Desain yang digunakan sangat mirip dengan karakter sugi-guma. Kesan riasan wajah aktor kabuki yang diawetkan pada selembar kain, dikenal sebagai oshiguma.
- Namazuguma
Jenis ini digunakan untuk peran yang bodoh dan membuat penonton tertawa meskipun mereka jahat. Mirip dengan kagekiyo no kuma, namazuguma menggunakan kombinasi merah di bagian atas wajah dan biru nila di bagian bawah. Riasan ini adalah salah satu jenis mirip dengan zareguma, dan dikenal sebagai namazuguma (“kuma lele”) karena memiliki kumis seperti lele di sekitar mulutnya.
Makna Kumadori
Asal dari riasan ini dibuat oleh Danjuro Ichikawa, seorang generasi pertama yang mengambil petunjuk dari boneka joruri (narasi dramatis yang dilantunkan dengan iringan shamisen). Riasan yang dipakai berupa cat menyala untuk menunjukkan bagian-bagian kecil seperti pembuluh darah dan otot wajah. Warnanya pun sesuai dengan peran dari karakternya.
Ippon-guma merupakan sebuah bayangan merah dengan menggunakan satu garis dari riasan kabuki, tetapi lebih memberikan kesan tenang dari pada karakter sujikuma dengan warna merah tua (gaya mencolok dari riasan warna merah). Keduanya digunakan untuk sebuah peran pahlawan yang masih muda dan penuh dengan moral kuat, digunakan secara terpisah tergantung adegan dalam drama.
Salah satu karakter yang terkenal dari kumadori ini adalah Umeomaru dari Sugawara Denju Tenarai Kagami dan karakter utama Shibaraku, mukimi yang menggunakan warna riasan merah tua di sepanjang kelopak mata bawah digunakan untuk laki-laki cantik. Kesan yang diberikan seperti air mengalir, meskipun memiliki warna merah tua yang sama.
Warna riasan hitam dan biru gelap digunakan untuk riasan Kugeare (bangsawan), yang merupakan penjahat. Karakter yang populer juga biasanya dimainkan oleh perempuan menjadi raksasa dengan cemburu (hannya-guma) atau dikenal dengan iblis kecemburuan wanita, kadang disertai dengan tarian tradisional Jepang yang dinamakan Shirabyoshi.
Hanako dari Musume Dojoji (Wanita Muda) yang bernama asli Kiyohime (Putri Kiyo) merupakan monster wanita kijo-kuma (berdandan seperti ogre wanita) ogre wanita yang mengumpulkan dedaunan musim gugur atau ogre menyamar sebagai wanita jembatan Modori-bashi. Borei-guma (make-up hantu) yang mengekspresikan dendam roh jahat gila.
(TAIRA no Tomomori dari Funa Benkei) yang kekasarannya setara dengan kumadori berwarna merah, tetapi digunakan pada penjahat yang kejam atau menggunakan kekuatan spiritual. Warna coklat digunakan dalam peran kuno dan kejam seperti tsuchigumo (Laba-laba Setan), tetapi memiliki variasi yang lebih sedikit.
Beberapa penggemar dari kesenian kabuki akan membawa kempon (sebuah lukisan atau kaligrafi yang dibuat di atas sutra) ke belakang panggung, serta membuat aktor meniru riasan mereka sendiri untuk menjadikan koleksi pribadi. Riasan dari kabuki mengambil bentuk wajah manusia dan umumnya hanya digunakan untuk manusia (kaen-guma) riasan seperti api.
Riasan ini merujuk kepada Genkuro Gitsune yang muncul dalam Yoshitune dan seribu pohon Sakura, bukannya mewakili hewan tapi sebuah kekuatan spiritual. Ada pun beberapa riasan yang mengambil peran hewan mulai dengan riasan dari Son Goku dalam peran teater, tata rias panggung Asia memang memiliki warna mencolok sebagai pembeda.
Sebagai seni tradisional yang lama bertahan di Jepang hingga saat ini, kumadori dalam seni peran begitu dianggap bernilai dan memiliki peran penting. Karena kekuatan para aktor berasal dari sini, maka dari itu tidak bisa dianggap sebelah mata begitu saja. Kemampuan merias bukanlah hal yang bisa dipelajari dengan mudah, jangan sampai tertinggal pembahasan dari www.jepang-indonesia.co.id.