News & Events
Shogi, Catur Jepang yang Melambangkan Karakter Manusia
- September 29, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Permainan Tradisional
Memainkan shogi sangat berbeda dari pengalaman bermain catur biasa, terdapat beberapa cara bermain yang berbeda dari catur biasanya. Hal ini yang membuat hasil akhir tidak bisa ditebak dengan mudah, penempatan dan karakter dari pion pun tidak sama. Oleh karena itu permainan ini menarik untuk diselesaikan sampai akhir.
Sejarah Shogi
Kesamaan antara catur dan shogi adalah berasal dari sebuah permainan bernama chaturanga, muncul di India sekitar abad ke tuju Masehi. Setelah itu berkembang ke negara barat dan melebar ke seluruh dunia, perkembangan ke negara Barat termasuk Arabia dan catur ortodoks di Eropa. Sedangkan perkembangan ke arah Timur mengarah ke negara Thailand dan Myanmar.
Untuk bagian utara permainan ini tiba di negara Cina dan Korea, shogi menunjukkan tanda-tanda varian berbeda di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Khususnya bagi Jepang yang memiliki beragam varian, salah satunya adalah permainan besar dan permainan kecil. Bisa dipastikan bahwa permainan ini mulai dimainkan di Jepang sejak awal abad ke 16.
Permainan Shogi
Permainan ini menggunakan bentuk papan 9×9, setiap pemain mulai dengan satu raja, satu benteng, satu uskup, dua jendral emas, dua jendral perak, dua ksatria, dua lance, dan sembilan pion. Secara tradisional, shogi dimainkan di papan tanpa kotak dan empat titik hitam menggambarkan zona promosi (kotak yang terletak di tiga peringkat akhir).
Potongan catur Jepang tradisional memiliki nama dengan tulisan Kanji, karena potongan memiliki dua sisi. Bukan warna yang membedakan, melainkan nama dari status atau ‘karakter’ bidak. Selain berbahan kayu atau plastik, permainan ini bisa menggunakan kertas yang dinamai secara manual. Untuk urutan posisi penyimpanan, dimulai dari kiri ke kanan.
Bagian paling dalam atau pertama berisi lance, ksatria, jendral perak, jendral emas, raja, jendral emas, jendral perak, ksatria, dan lance. Di peringkat kedua, atau bagian depannya diisi oleh uskup di depan ksatria kiri dan benteng di depan ksatria kanan, karena permainan ini memiliki sistem rotasi. Para uskup mulai di sudut yang berlawanan, dan benteng dimulai dari sudut berlawanan.
Sedangkan peringkat ketiga atau paling depan diisi oleh sembilan pion, permainan ini mirip dengan catur barat. Dimainkan oleh dua pemain di tempat yang berlawanan, bergerak secara bergantian, dan memiliki tujuan untuk mengalahkan raja di penghujung permainan. Namun papan yang digunakan tentu tidak sama, begitu pula dengan bidak yang digunakan.
Potongan Shogi
Raja bergerak sebagai raja dalam catur, satu ruang dalam arah ortogonal atau diagonal apa pun. Seperti raja dalam catur barat, dalam bahasa Jepang raja hitam disebut gyokushou dengan arti “jendral permata”. Sedangkan raja putih disebut dengan “raja jendral”, ini digunakan dalam nama permainan yang melambangkan jendral emas dan jendral perak (penghormatan Jendral Xiangqi).
Benteng bergerak layaknya permainan catur barat, sejumlah ruang kosong lurus ke depan atau ke samping. Bila ada bidak lawan menghalangi bisa dimakan begitu saja, namun tidak bisa bergerak diagonal maupun melompati. Dalam bahasa Jepang, benteng berarti kereta terbang dan memiliki istilah hisha yang merupakan penamaan dari penyebutan kereta.
Karakter yang sama ini digunakan dalam nama untuk tombak dan untuk nama kereta di Xiangqi. Karakter ini berarti terbang, dan digunakan dalam bahasa Jepang untuk pesawat terbang dan penerbangan. Saat benteng berhasil dipromosikan menjadi raja naga, pergerakannya pun bertambah menjadi diagonal.
Untuk uskup pun bergerak seperti catur barat, sejumlah ruang kosong di sepanjang garis diagonal. Baik mendarat di ruang kosong atau menangkap bidak musuh pertama di jalurnya, namun tidak bisa melompati ruang saat sedang terisi. Uskup dalam bahasa Jepang dikenal dengan isitlah kakugy, memiliki arti penonton di bagian sudut.
Tidak ada karakter yang digunakan dalam nama untuk bagian lain, saat uskup berhasil dipromosikan menjadi kuda naga. Pergerakannya menjadi bertambah, bergerak sebagai Uskup atau satu ruang secara ortogonal. Kuda naga adalah terjemahan dari ryma, karakter kuda yang digunakan dalam ksatria dan kuda di Xiangqi.
Jenderal emas dapat bergerak satu kotak secara vertikal, horizontal, atau diagonal ke depan. Berarti bisa ke segala arah kecuali secara diagonal ke arah belakang, jendral emas adalah terjemahan dari istilah kinsha yang memiliki arti emas. Motif catur yang digunakan mewakili simbol astrologi untuk matahari, Jenderal Emas tidak mempromosikan.
Jendral perak dapat bergerak satu persegi secara diagonal atau lurus ke depan, hal ini membuatnya bisa bergerak ke segala arah kecuali horizontal atau lurus ke belakang. Kemampuan yang dimiliki sama sepertii ‘gajah’ dalam permainan Makruk (permainan catur Thailand) dan Sittuyin (permainan catur Myanmar) di Asia Tenggara.
Jendral perak memiliki istilah ginsha dalam bahasa Jepang, dalam bahasa Indonesia pun diterjemahkan sebagai perak. Motif catur yang dimiliki merupakan perwakilan dari bulan sabit dalam astrologi, hal ini membuat jendral emas dan jendral perak merupakan sebuah perwakilan dari keseimbangan antara matahari dan bulan, jendral perak yang dipromosikan menjadi jenderal emas.
Untuk ksatria memiliki dua gerakan paling depan, berbeda dengan sistem yang dimiliki oleh catur barat. Pergerakan ksatria mirip dengan bidak ‘kuda’ dalam catur Indonesia, dalam bahasa Jepang bidak ini dikenal dengan istilah keima dan diterjemahkan secara fleksibel ke dalam bahasa Indonesia menjadi kuda berjaya.
Hal ini mengacu pada pohon katsura yang menjadi tanaman hias asli dari Jepang dan Cina, kata yang mungkin paling tepat untuk menjelaskan dalam bahasa Inggris adalah laurelled. Hal ini dikuatkan oleh karakter yang sama digunakan dalam kata bahasa Jepang baylaurel, artinya kuda dan digunakan untuk kuda Xiangqi dalam bagian kuda naga. Ksatria dipromosikan menjadi jendral emas.
Selanjutnya adalah lance, bidak ini bergerak sebagai benteng tetapi hanya bisa maju saja dan tidak bisa bergerak ke samping atau ke belakang. Bidak ini dikenal dengan nama kyousha dalam bahasa Jepang, memiliki arti kereta dupa dan penamaan ini diambil berdasarkan pergerakannya yang hanya bisa maju satu arah saja. Lance yang dipromosikan bergerak sebagai jenderal emas.
Terakhir adalah pion, untuk satu ini berjalan lurus satu kotak ke depan tidak berbeda jauh dengan catur barat. Pion shogi menangkap dengan cara sama mereka bergerak, hal ini berbeda dengan catur Indonesia atau lainnya yang menangkap secara diagonal. Catur Jepang ini menangkap secara lurus ke arah pion lawan.
Dalam bahasa Jepang, pion dikenal sebagai fuhy yang memiliki arti prajurit. Maka dari itu, hal ini cukup menjelaskan penempatan dan pergerakannya. Paling depan dan terus menyerang lurus aja, karakter yang menjadi tembok di depan guna melindungi bagian penting dalam ‘istana’ catur.
Aturan Shogi
Berbeda dengan catur barat, permainan khas Jepang ini dimulai dengan pergerakan bidak berwarna hitam. Meskipun potongan tidak berwarna atau hanya satu warna, namun mereka yang bergerak pertama disebut hitam dan sisi lain disebut putih. Tujuan dari permainan ini adalah untuk ‘mengambil’ raja musuh, dengan cara checkmate.
Ketika pemain memindahkan raja ke zona promosi atau aman di sisi lapang, akan sulit bagi lawan untuk melakukan checkmate. Karena banyak bidak yang bergerak maju, hal ini pun semakin mempersulit untuk ‘mengambil’ raja. Maka dari itu, cara yang tepat adalah memojokkan dan mengelilingi pihak raja lawan dengan bidak sebanyak mungkin.
Namun bila kondisi ini tetap sulit dilakukan dan lawan raja lawan berpindah ke bagian ujung berlawanan, hal ini menjadi semakin sulit untuk mendapatkan checkmate pada raja. Posisi ini disebut sebagai kebuntuan, jika kedua pemain setuju permainan buntu. Maka hasil permainan dapat ditentukan dengan menghitung pion yang sudah ditangkap.
Menurut John Fairbairn penulis buku Shogi for Beginners, pemain tidak bisa menghitung Raja sebagai poin buah. Benteng dan uskup (baik dipromosikan atau tidak) masing-masing lima poin dan semua bidak lainnya masing-masing satu poin. Jika seorang pemain memiliki setidaknya 24 poin, dia tidak akan kalah. Jika kedua pemain memiliki setidaknya 24 poin, permainannya seri.
Namun, jika salah satu pemain tidak setuju bahwa kebuntuan telah tercapai, permainan dapat dilanjutkan. Jika checkmate masih tidak terjadi, seorang pemain dapat menunjukkan adanya kebuntuan dengan memindahkan semua bidaknya ke dalam zona promosinya. Pada saat itu, potongan harus dihitung untuk menentukan pemenang.
Bagaimana? Apakah tertarik untuk mencoba permainan ini? Kendatipun memiliki beberapa perbedaan dengan cara bermain catur biasa, namun rasanya menarik untuk dicoba. Mengingat penentuan karakter dari bidak begitu diperhatikan maknanya, untuk pembahasan konten kebudayaan lainnya teman-teman bisa mengunjungi www.jepang-indonesia.co.id.