News & Events
Wabi Sabi : Indahnya Ketidaksempurnaan Jepang
- August 19, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Setiap orang di berbagai negara memiliki pandangan hidup yang berbeda. Seseorang memiliki pandangan hidup sesuai dengan keyakinan dan pengalaman yang didapatkan dalam menjalani hidup. Tidak ada yang benar maupun salah, setiap pandangan hidup yang dimiliki seseorang unik serta memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu tergantung dari sudut mana kita memandang. Jika kita melihatnya dari sisi kebaikan maka akan terlihat baik, jika kita melihatnya dari sisi yang buruk maka akan terlihat buruk. Di Jepang terkenal dengan konsep Wabi Sabi. Apa itu konsep wabi sabi dan bagaimana perannya dalam kehidupan masyarakat Jepang? Mari simak ulasan berikut.
Apa itu konsep wabi sabi?
Wabi Sabi bagi masyarakat Jepang merupakan konsep keindahan atau estetika yang dipengaruhi oleh nilai-nilai dari ajaran Zen Buddhisme. Konsep wabi sabi begitu menarik perhatian para ahli sehingga ada banyak pendapat yang mengungkapkan pengertian mengenai wabi sabi.
Wabi sabi menurut Itoh Teiji
Itoh Teiji dalam bukunya yang berjudul The Essence of Japanese Beauty mengungkapkan bahwa wabi sabi berasal dari kata wabishii dan sabishii. Wabishii menurutnya memiliki dua pengertian, pertama mengenai kemelaratan dan kesengsaraan sedangkan yang kedua diartikan sebagai keheningan yang anggun dan sederhana. Selanjutnya sabishii diartikan sebagai kesepian, kesedihan dan berlalunya waktu.
Dari pengertian di atas kita bisa melihat jika wabi lebih menekankan ke konteks ruang yaitu keindahan terlihat pada suatu kesederhanaan dan kealamian. Sedangkan sabi lebih menekankan ke konteks waktu. Konteks waktu yang dimaksud yaitu sesuatu yang terlihat tua atau usang, bisa juga sesuai dengan asal katanya yaitu penggambaran suasana yang sepi.
Kesimpulannya, wabi sabi adalah suatu keindahan yang terdapat pada sesuatu yang terlihat sederhana dan pudar seiring dengan berlalunya waktu. Secara umum wabi sabi merupakan sebuah konsep estetika yang lebih menekankan pada cara kita memandang sebuah keindahan dalam ketidaksempurnaan. Dari ketidaksempurnaan itulah kita belajar untuk memahami banyak hal. Pengertian wabi sabi sangatlah luas dan mengandung filosofi yang mendalam.
Wabi sabi dari kacamata spiritual
Jika dihubungkan dengan spiritualisme, wabi sabi merupakan suatu konsep bahwa ketidaksempurnaan dan kekosongan dapat menuntun kita pada pencerahan. Ajaran Budha lebih menekankan bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang dimaksud yaitu tidak terikat dengan materi dan pikiran-pikiran negatif. Sehingga kehidupan yang dijalani terbebas dari tekanan material dan lebih terpusat ke penerimaan dan rasa syukur.
Di dunia ini kita tidak bisa menghindari tiga hal yaitu ketidakabadian, ketidaksempurnaan dan ketidaklengkapan. Ketiga konsep ini terdapat dalam ajaran Buddha yaitu mengenai tiga tanda keberadaan yaitu sanbouin (kefanaan), mujou (penderitaan) dan ku (kekosongan). Segala benda termasuk mahluk hidup tidak ada yang abadi dan sempurna, semuanya memiliki kekurangan. Semua akan usang dan rusak seiring dengan berjalannya waktu.
Pengertian wabi sabi tidaklah sederhana karena dipengaruhi oleh sudut pandang spiritualisme. Pada intinya konsep wabi sabi merupakan suatu konsep keindahan yang terdapat pada kesederhanaan dan ketidaksempurnaan.
Sejarah munculnya konsep Wabi Sabi
Budaya Jepang begitu unik karena banyak dipengaruhi oleh budaya dari China. Konsep wabi sabi sendiri pada mulanya merupakan salah satu ajaran Zen Budhisme dari China. Zen merupakan salah satu aliran Budha Mahayana. Masyarakat Jepang pertama kali mengenal Zen Budhisme pada zaman Kamakura (1186-1333). Ajaran zen berkembang sangat pesat pada zaman ini. Karena begitu populernya sehingga sangat mempengaruhi kesenian dan budaya di jepang. Sampai sekarang ini seni dan budaya Jepang banyak mendapat pengaruh dari ajaran Zen.
Begitu pula konsep wabi sabi merupakan salah satu pandangan hidup ajaran zen yang berkembang di Jepang. Ajaran zen lebih banyak menekankan pada kesederhanaan dan hal-hal yang menyangkut kemurnian dan ketenangan. Sehingga pada mulanya ajaran zen hanya digunakan sebagai tuntunan pribadi masyarakat Jepang.
Seiring dengan berjalannya waktu penerimaan akan ketidaksempurnaan dan ketidakabadian semakin banyak dirasakan oleh masyarakat Jepang. Semakin banyak orang yang merasakan ketenangan dari kesederhanaan, konsep wabi sabi berkembang menjadi pandangan hidup dikalangan orang Jepang. Sampai sekarang konsep wabi sabi sangat mempengaruhi seni dan budaya masyarakat Jepang.
Penerapan Wabi Sabi di kehidupan masyarakat Jepang
Konsep wabi sabi sangat penting di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Anda tentunya tidak asing dengan gaya bangunan atau berpakaian orang Jepang yang cenderung sederhana namun tetap elegan. Hal ini sepertinya memang tidak lepas dari cara mereka memandang keindahan.
Budaya minum teh
Dari segi budaya, pengaruh konsep wabi sabi sangat jelas terlihat pada perayaan minum teh atau chanoyu atau sadou. Pada saat perayaan upacara minum menggunakan alat-alat yang sengaja dibentuk dengan tidak sempurna. Seperti kendi, mangkuk dan cangkir sengaja dibuat sederhana tanpa tambahan hiasan apapun dan bentuknya yang tidak rata. Konsep wabi sabi membuat orang Jepang mampu melihat keindahan yang terdapat pada peralatan tersebut meskipun bentuknya sederhana dan tidak sempurna.
Selain melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan, juga menunjukkan penerimaan terhadap sesuatu yang tidak sempurna. Begitu pula orang yang melayani para tamu dalam menuangkan teh, mereka terlihat begitu tenang dan melakukan semua tugasnya dengan senang hati. Dalam pelaksanaan perayaan minum teh konsep wabi sabi sangat jelas terlihat dari peralatan yang digunakan dan kondisi psikologi orang yang melayani para tamu dalam menyajikan teh.
Seni kaligrafi
Selain pada perayaan minum teh atau sadou, dalam kaligrafi pun menggunakan konsep wabi sabi. Ada gaya penulisan huruf Jepang yang disebut dengan sousho atau disebut juga dengan tulisan rumput. Coretan dalam sousho bersifat acak dan abstrak. Bagi seseorang yang tidak memahami penulisan gaya sousho mungkin akan mengira jika tulisan yang dibuat tidak lebih dari coretan anak-anak yang begitu bersemangat.
Tulisan yang dibuat dengan gaya sousho hurufnya tidak rata, dan bentuknya tidak sama. Gaya sousho juga mengutamakan kesederhanaan yang bisa dilihat dari garis yang membentuk tulisan dan warna yang digunakan. Orang-orang yang memahami konsep wabi sabi akan sangat menikmati keindahan dari kesederhanaan dan ketidaksempurnaan bentuk huruf yang ditulis dengan gaya sousho.
Gaya arsitektur bangunan Jepang
Tidak hanya mempengaruhi seni dan budaya penerapannya juga dalam pendirian bangunan di Jepang. Beberapa arsitektur bangunan di Jepang juga dibuat dengan konsep wabi sabi. Contoh bangunan yang menggunakan gaya sederhana nan indah yaitu gereja Kasugaoka Ibaraki. Gereja ini berada di prefektur Osaka tepatnya di kota Ibaraki dan dibangun pada tahun 1989. Gereja Kasugaoka ini sengaja dibangun dengan bentuk yang tidak beraturan, lantainya dibuat menurun menuju ke arah altar, bangku dan segala yang ada di dalamnya terdiri dari barang-barang yang harganya murah.
Lantainya pun dibuat dengan tekstur yang kasar sehingga gereja Kasugaoka menekankan konsep kesederhanaan dan ketidaksempurnaan. Masyarakat yang berdoa di gereja ini akan merasakan suasana kesederhanaan dan kejujuran dari sebuah bangunan. Dari konsep ini masyarakat yang berdoa di gereja semakin merasakan kedamaian dalam kesederhanaan dan kealamian dari suatu objek.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jepang berpegang teguh pada konsep wabi sabi. Meskipun Jepang merupakan negara yang modern tetapi dalam budaya tetap menekankan kesederhanaan dan kealamian. Begitu pula dengan penerimaan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, tidak ada yang sempurna dan ketidaklengkapan. Semoga tulisan saya bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini. sampai bertemu di segmen berikutnya.