News & Events
Warabe Jizo, Patung Budha Pelindung Anak-Anak
- October 14, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Jepang merupakan salah satu negara yang budaya, tradisi, kepercayaan dan aspek lainnya banyak dipengaruhi oleh negara lain khususnya China. Uniknya, meskipun banyak dipengaruhi oleh China, Jepang tidak mengadopsinya secara mentah-mentah melainkan disesuaikan dengan aturan-aturan yang berlaku pada masyarakat Jepang itu sendiri. Sekitar abad ke enam China memperkenalkan agama Budha di Jepang. Disamping agama, China juga memperkenalkan berbagai kebudayaan China ke Jepang. Sampai saat ini masih banyak masyarakat Jepang yang menganut agama Budha walaupun ada beberapa masyarakat masih memeluk Shinto. Ini dibuktikan dengan banyaknya kuil Budha maupun Shinto di Jepang. Selain banyaknya kuil yang bisa ditemukan di Jepang, terdapat juga patung Budha yang digambarkan dengan bentuk anak kecil. Salah satunya adalah Warabe Jizo.
Patung-patung seperti ini bisa dijumpai di kuil ataupun dipemakaman. Patung yang menyerupai anak kecil di Jepang disebut dengan warabe jizo atau sering di sebut dengan patung Budha pelindung anak-anak.
Warabe Jizo
Dilihat dari asal katanya warabe merupakan bahasa kuno yang artinya anak. Sedangkan jizo adalah Budha yang dimanifestasikan sebagai bhiksu pertapa yang selalu membimbing dan membantu para umat manusia. Jadi warabe jizo adalah Budha pertapa yang menyerupai anak-anak. Bentuknya dibuat menyerupai anak-anak karena ada suatu kisah yang menjadi latar belakang dibuatnya warabe jizo.
Berdasarkan kepercayaan yang berkembang di masyarakat Jepang, jizo diyakini sebagai pelindung anak-anak yang sudah meninggal dan bayi meninggal saat masih di dalam kandungan. Anak-anak dan bayi yang meninggal saat masih di dalam kandungan dipercayai tidak bisa melewati sungai yang harus dilewati oleh orang-orang yang sudah meninggal sebelum mencapai akhirat.
Sungai itu di sebut dengan sungai Sanzu. Karena kesedihan yang mendalam dari para orang tua yang kehilangan anaknya sehingga anak-anak atau bayi yang sudah meninggal tidak bisa melewati sungai Sanzu. Selain itu seseorang yang meninggal di usia muda (anak-anak maupun bayi dalam kandungan) belum sempat mengamalkan perbuatan baik di dunia ini sehingga mengalami kesulitan menuju ke akhirat.
Karena tidak bisa kembali ke akhirat, anak-anak itu harus menyusun batu-batu sehingga membentuk menara kecil. Tetapi sayangnya setiap malam menara kecil yang sudah selesai dibuat dihancurkan oleh iblis sehingga anak-anak itu harus membuatnya lagi, begitu seterusnya. Untuk membantu jiwa anak-anak yang sudah meninggal dari gangguan iblis dan segera dapat pergi ke akhirat maka dibuatlah patung jizo. Karena jizo diyakini mampu melindungi anak-anak dari iblis dan membantu mengantarkan ke akhirat. Cerita di atas merupakan kepercayaan yang berkembang di masyarakat jepang dan asal-usul dibuatnya patung jizo di Jepang.
Keberadaan Warabe Jizo di Jepang
Keberadaan warabe jizo sangat mudah ditemukan di kuil-kuil maupun kuburan yang ada di Jepang. Tetapi ada satu tempat populer untuk melihat warabe jizo. Tempat itu adalah kuil Sanzen-in di Kyoto. Kuil Sanzen-in merupakan salah satu kuil yang megah dan terkenal di Jepang, karena dibangun pada zaman Heian dan memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan kekaisaran Jepang. Yang membuat kuil ini istimewa yaitu pada saat musim gugur para pengunjung bisa melihat pohon maple.
Sedangkan pada musim panas, para pengunjung bisa melihat keindahan pohon aras atau pohon cedar yang dibawahnya terdapat lumut hijau yang membentang seperti karpet. Selain pemandangan yang indah di kuil Sanzen-in para pengunjung bisa melihat banyak patung warabe jizo yang sedang tersenyum sehingga membuat para pengunjung merasakan ketenangan.
Cerita Rakyat Tentang Penjaga Anak-anak
Selain diyakini melindungi anak-anak di Jepang, berkembang berbagai cerita rakyat mengenai patung jizo. Cerita yang paling terkenal yaitu patung jizo bertopi jerami. Cerita rakyat ini menceritakan tentang sepasang kakek nenek baik hati yang miskin. Menjelang tahun baru sepasang kakek nenek membuat topi jerami untuk di jual ke kota. Mereka sangat bersemangat membuat topi jerami dengan harapan bisa terjual di kota sehingga mereka bisa membeli makanan untuk tahun baru. Setelah menyelesaikan lima topi jerami, si nenek menyuruh kakek berangkat ke kota untuk menjualnya.
Malam itu turun salju sangat lebat, di perjalanan kakek melihat enam patung jizo yang tertimbun salju. Kakek merasa sangat kasihan kepada enam patung jizo tersebut, lalu kakek memakaikan topi jerami yang ia bawa di kepala patung jizo tersebut. Karena topinya cuma ada lima, patung ke enam dipakaian topi yang sedang dipakai oleh sang kakek. Setelah memakaikan topi ke patung jizo, kakek kembali ke rumahnya, si nenek sangat terkejut karena kakek kembali secepat itu.
Si nenek bertanya mengapa kembali secepat itu? apa ada yang membeli topinya di perjalanan?. Kakek menjawab dengan jujur jika dia memakaikan kelima topi it uke patung jizo yang ia jumpai di jalan. Mendengar jawaban kakek, nenek pun tersenyum dan memuji perbuatan kakek dan tidak memikirkan lagi tentang makanan di tahun baru. Di tengah malam, kakek dan nenek mendengar suara nyanyian di luar rumah. Kakek dan nenek mengintip dari jendela ternyata enam patung jizo tadi yang menyanyi lalu menghilang. Setelah itu kakek dan nenek keluar rumah dan menemukan berbagai makanan tahun baru. Kakek dan nenek pun sangat bahagia.
Penutup
Begitulah kisah mengenai warabe jizo di Jepang. Kesimpulannya, warabe jizo tidak hanya sebuah patung biasa melainkan patung yang diyakini melindungi jiwa anak-anak yang sudah meninggal dan membantu orang-orang yang ada di dunia ini. Semoga dengan cerita di atas kita bisa mencontoh kebaikan kakek dan nenek apalagi di masa pandemi seperti ini. Tidak harus menunggu menjadi orang kaya baru berbagi. Sekecil apapun itu akan sangat berharga bagi orang-orang yang membutuhkan. Semoga tulisan saya mengenai warabe jizo dapat menanbah wawasan mina san mengenai keberadaan warabe jizo di Jepang. Sampai bertemu di segmen berikutnya.