Blog
Bunraku: Menonton teater boneka di Jepang
- November 22, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Salah satu budaya seni tradisional Indonesia dalam bidang pagelaran pertunjukan adalah wayang. Wayang yang memiliki jenis yang beragam dan kaya akan nilai-nilai budaya membuat pertunjukan ini selalu ditampilkan dalam pentas kebudayaan nasional maupun internasional. Jepang pun memiliki kebudayaan yang mirip seperti wayang bernama Bunraku. Bunraku adalah sandiwara boneka tradisional Jepang. Apakah mina san sudah tahu bagaimanakah pertunjukan Bunraku ini? Dan apa saja yang membuat pertunjukan ini menarik? Yuk, kita simak ulasannya!
Pengertian Bunraku
Bunraku adalah seni tradisional yang mementaskan sandiwara boneka. Bunraku memiliki kanji berupa 文楽. Pertunjukan satu ini erat dengan cerita bersejarah di baliknya. Bunraku atau dikenal dengan istilah ningyou joururi ini memiliki instrumen-instrumen pelengkap guna mendukung penampilan sandiwara. Seperti naskah yang berupa nyanyian dan musik dengan istilah shamisen.
Teater tradisional Jepang ini begitu berkembang di wilayah Osaka, Jepang. Pada awalnya nama dari bunraku adalah ayatsuri joururi shibai atau memiliki terjemahan sandiwara johruri ayatsuri. Nama ini dikenal pada perkembangan zaman Meiji di Jepang. Pada pertunjukan bunraku, boneka akan dimainkan oleh tiga orang dalang. Tiga orang ini memiliki peran masing-masing dalam memainkan kepala, lengan, jari, mulut, dan semua bagian tubuh boneka.
Tingkatan dalam menggerakkan boneka bunraku begitu ketat. Hal ini didasari oleh pengetahuan dan keterampilan dari sang penggerak. Bagi mereka yang memiliki tingkatan senior bertugas menggerakkan bagian kepala hingga leher dan lengan bagian kanan. Kemudian, mereka yang memiliki pengalaman kurang dari itu akan menggerakkan bagian lengan kiri. Dan untuk mereka yang paling junior bertugas menggerakkan bagian kaki dari boneka.
Penggerak bunraku menggunakan sebuah alas kaki dengan memiliki hak tinggi seukuran 20 hingga 50 cm. Tentu membuat mereka yang menggerakkan boneka bunraku diharuskan memiliki ketahanan tubuh prima serta pengalaman yang baik. Pada tahun 2003, bunraku dijadikan sebagai warisan asli Jepang oleh UNESCO. Maka dari itu, hingga saat ini bunraku masih dijaga sebagai kekayaan budaya tradisional Jepang.
Instrumen Bunraku
Bunraku adalah sebuah pertunjukan yang membutuhkan kemampuan kerja sama kelompok yang baik, mengingat terdapat tiga bagian penting dalam pertunjukannya. Tiga bagian penting ini dikenal dengan istilah sangyou pada teater Bunraku. Ketiga bagian penting tersebut mencakup tayuu, pemain musik shamisen, dan ningyou tsukai. Sangyou memerlukan kerja sama yang optimal agar pertunjukan bisa berjalan dengan baik. Tugas yang dilakukan pada ketiga unsur penting Bunraku adalah sebagai berikut.
-
Tayuu
Dalam teater Jepang bunraku, istilah tayuu dikenal memiliki tugas untuk membacakan keseluruhan naskah dialog dengan nyanyian. Pemeran tayuu biasanya tidak cukup diemban oleh satu orang saja, mengingat dialog dilakukan secara bersahut-sahutan serta durasi waktu pertunjukan yang tidak sebentar. Maka dari itu, biasanya terdapat dua orang atau lebih tayuu duduk di atas panggung.
-
Pemain musik shamisen
Kemudian selanjutnya adalah pemain musik shamisen. Istilah yang kerap kali digunakan pada bagian ini adalah futozao shamisen. Hal ini karena pemusik menggunakan alat musik dengan suara menggema dan besar, sehingga latar musik pengiring akan memenuhi seisi ruangan teater. Posisi duduk dari pemain musik ini adalah dengan cara melipat kedua kaki ke belakang dengan membuka lutut secara lebar.
-
Ningyou tsukai
Unsur penting terakhir pada bunraku adalah dalang atau dikenal dengan nama ningyou tsukai. Orang yang bertugas menggerakkan boneka sesuai tingkatan pengalaman ini berisi tiga bagian. Mereka yang sudah berpengalaman atau senior, kemudian mereka yang tingkatan menengah menuju senior, dan mereka yang masih junior berada di paling bawah.
Pada zaman dahulu kala, dalam teater tradisional Jepang ini hanya menggunakan satu dalang saja sebagai penggerak keseluruhan boneka. Konsep tiga dalang baru diterapkan pada tahun 1734 pada pertunjukan dengan judul “ashiya douman ouchi kagami”. Hingga saat itu sampai sekarang konsep dalam tiga orang terus digunakan. Mereka menggunakan pakaian hitam (kuroko) agar tidak terlihat oleh penonton. Kendatipun biasanya sang dalang penggerak kepala sesekali muncul sebagai bentuk ekspresi, atau dikenal dengan teknik dezukai.
Boneka bunraku
Dalam pertunjukan bunraku adalah hal biasa terjadinya pergantian konsep boneka. Hal ini didasari oleh bentuk ekspresi, usia, tingkatan sosial, dan pekerjaan yang berbeda. Sehingga boneka yang dimainkan bisa menjiwai pertunjukan dengan baik. Terdapat beragam jenis kepala boneka yang digunakan dan dibedakan untuk laki-laki dan perempuan.
- Bunshichi : ekspresi maskulin laki-laki tampan yang biasanya menjadi pemeran utama dan telah menderita sekian lama.
- Kenbishi : kepala boneka yang memiliki garis mulut tegas dan memiliki sifat ambisius. Biasanya digunakan untuk memerankan samurai dan orang kaya.
- Oudan shichi : kepala boneka yang memiliki sifat pemberani untuk menantang apapun.
- Darasuke : kepala boneka dengan ekspresi mengejek, biasanya digunakan untuk pemeran jahat.
- Yokanpei : memiliki wajah yang buruk rupa dan memerankan penjahat.
- Kiichi : kepala boneka untuk samurai tua yang penuh cinta kasih.
- Matahei : kepala boneka untuk memerankan rakyat biasa.
- Genda : kepala boneka yang memerankan laki-laki usia 20 tahun-an.
- Waka otoko : kepala boneka laki-laki untuk pertunjukan romansa cinta.
- Koumei : untuk memerankan samurai umur 40 tahun-an dengan memiliki sifat bijaksana.
- Kintoki : memerankan samurai kuat dan berperasaan halus.
- Musume : kepala boneka untuk perempuan usia 14 hingga 15 tahun, memiliki sifat polos dan baik hati.
- Fuke oyama : kepala boneka untuk perempuan usia 20 hingga 40 tahun.
- Keisei : kepala boneka paling cantik sebagai penghibur kelas atas yang memiliki penampilan sensual.
- Ofuku : kepala boneka berbentuk perempuan lucu dan komikal.
Itulah kiranya kenapa boneka atau kashira yang kerap digunakan dalam penampilan bunraku adalah beragam. Maka dari itu, pertunjukan ini tidak akan pernah bosan dinikmati. Apalagi bagi mina san yang berkunjung ke Jepang. Untuk pakaian, mereka menggunakan kimono sebagai simbol kemegahan kekaisaran Jepang.
- Juban : pakaian dalam (untuk kimono)
- Haori : mantel
- Uchi kake : mantel wanita
- Eri : kerah
- Obi : sabuk
Menonton bunraku
Setelah mengetahui asal dari seni sandiwara boneka tradisional Jepang ini, apakah mina san tertarik untuk menikmati pertunjukan bunraku? Karena Bunraku adalah sebuah aset kekayaan budaya milik Jepang, maka dari itu terdapat dua tempat spesial untuk pertunjukan sandiwara boneka tradisional Jepang ini.
-
National bunraku theater
Memiliki lokasi di Osaka, yaitu tempat dimana semua sandiwara boneka tradisional boneka ini berasal. Teater satu ini sering kali menampilkan pertunjukan dalam seminggu sebanyak tiga hingga enam kali. Bahkan ada pertunjukan yang dilakukan dua kali, yaitu saat siang hari dan malam hari. Harga tiket beragam antara kisaran 1500 yen hingga 6500 yen, tergantung tempat duduk yang ingin mina san tempati.
-
National Theater
Tempat pertunjukan satu ini berada di Tokyo, Jepang. Dengan banyaknya turis asing yang berkunjung, disediakanlah sebuah headset penunjang terjemahan bahasa Inggris. Pertunjukan di National Theater digelar dalam jangka waktu dua hingga tiga kali seminggu. Menarik untuk datang menyaksikan bukan?
Mempelajari budaya baru selalu memberikan sudut pandang dan wawasan berbeda. Maka dari itu, sayang rasanya bagi mina san yang berada di Jepang atau saat ini sedang berlibur di Jepang tidak menyempatkan waktu untuk berkunjung menikmati penampilan bunraku. Karena dipastikan mina san akan terhibur dengan alunan musik khas Jepang serta ekspresi muka boneka yang ditampilkan sepanjang pagelaran.