Blog
Dango adalah : Makanan Penutup Tradisional Jepang
- May 21, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Makanan Jepang
Dango adalah suguhan kecil yang sering dinikmati oleh orang Jepang. Pangsit kecil ini terbuat dari tepung beras, dilumuri saus manis, dan ditusuk di atas batang bambu kecil layaknya sate. Dango merupakan bagian dari keluarga makanan ringan mochiko, dango terkenal di seluruh negeri sebagai suguhan keberuntungan dan persembahan kepada para dewa. Mengapa demikian? Mari kita bahas.
Sejarah kue Dango
Camilan manis dango yang kita kenal sekarang konon berasal dari toko teh kecil di Kyoto bernama Kamo Mitarashi, yang awalnya ditemukan di dekat kuil Shimogamo. Nama kue berbentuk bola ini konon berasal dari gambar pangsit dan gelembung yang berasal dari air yang bening, bola gelembung bening ini disebut mitarashi. Biasanya bisa ditemukan di pintu masuk kuil.
Jajanan tradisional Jepang ini awalnya dibuat sebagai persembahan kecil untuk para dewa dan dewi yang ditemukan di kuil. Dango Mitarashi asli awalnya dibuat berdasarkan gambaran seseorang, kemudian ditusuk dalam kelompok lima bagian. Bagian bulatan paling atas akan mewakili kepala, dua berikutnya akan mewakili lengan dan dua sisanya akan mewakili kaki seseorang.
Warna tradisional dango Mitarashi adalah merah, putih, dan hijau. Dango modern telah dibuat oleh Jepang sejak awal periode Jomon, masa ini berlangsung kira-kira dari 1400 hingga 300 SM. Dango versi ini dibuat dengan menggunakan kacang yang diambil dari hutan Jepang, kacang ini kemudian akan ditumbuk menjadi bubuk halus hingga berbentuk seperti tepung.
Kacang bubuk kemudian akan dicampur dengan bubur yang dibuat dengan merebus nasi dalam air, langkah ini penting untuk kelangsungan hidup mereka pada masa tersebut. Karena makanan ini akan bertahan selama berhari-hari saat musim dingin, campuran tersebut lalu digabungkan dengan pangsit dan dibentuk menjadi sebuah dango.
Selama periode Muromachi yang dimulai pada tahun 1336 dan berakhir pada tahun 1573, tren penusukan lima pangsit di atas tongkat di mulai. Pada awal Zaman Edo yang dimulai pada tahun 1603 dan berakhir pada tahun 1868, terlihat peningkatan besar dalam konsumsi makanan ringan pangsit manis. Hal ini adalah masa ketika pepatah populer hana yori dango di Jepang.
Pepatah tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi “lebih menikmati pangsit daripada bunga sakura,” ungkapan tersebut tentu memberikan kesan bahwa dango memiliki rasa nikmat tiada banding. Baru pada pertengahan abad ke-18, empat pangsit yang ditusuk dengan tongkat menjadi populer.
Selama Festival Aoi dan Festival Mitarashi yang diselenggarakan di Kuil Shimogamo, pangsit ini paling populer. Kawanan orang datang ke kuil selama masa-masa ini untuk mempersembahkan pangsit yang mereka bawa, apakah mereka membelinya dari toko kelontong atau membuatnya sendiri. Hal ini dianggap sebagai persembahan untuk para dewa.
Festival Aoi dikatakan sebagai salah satu festival tahunan terbesar dan paling ditunggu-tunggu di kota Kyoto. Festival ini dikunjungi oleh orang Jepang dari seluruh negeri karena dianggap sebagai festival paling bermartabat, formal, dan elegan di negara ini. Festival ini sudah memiliki sejarah panjang pada abad kedelapan dan berubah nama menjadi festival Aoi.
Selama periode Edo karena pengunjung festival akan berparade di sekitar area dengan daun hollyhock. Popularitas festival ini terlihat dari banyaknya orang yang berparade di dalamnya, sebuah arak-arakan yang terdiri dari 500 orang serta mengenakan pakaian tradisional yang indah dan berhias menyerupai pakaian istana kekaisaran.
Parade menggunakan sebuh gerbong yang ditarik oleh lembu, festival dimulai dengan layanan pribadi untuk keluarga kekaisaran. Selanjutnya diikuti dengan ritual Shinto yang dimulai dari Istana Kekaisaran Kyoto, kemudian berakhir di kuil Kamigamo. Festival Aoi sering digambarkan oleh banyak orang Jepang melalui pawai, musik tradisional kekaisaran, tarian kuno dan anggun.
Tidak lupa dengan dango yang dikonsumsi masyarakat secara tradisi, dango adalah makanan yang begitu penting saat itu. Festival Aoi dimulai selama periode Heian yang berada pada tahun 794 dan berakhir pada tahun 1185, para petinggi istana pada waktu itu telah melakukan perjalanan untuk mempersembahkan doa mereka di kuil Kamigamo dan kuil Shimogamo.
Parade ini telah menarik minat banyak orang dan acara ini sejak saat itu menjadi pemandangan yang wajib dilihat, festival ini sangat populer sehingga telah direferensikan dalam banyak karya seni dan sastra tradisional berkali-kali. Dikatakan bahwa pejabat pengadilan ini juga menawarkan dango kepada para dewa. Perayaan diselenggarakan pada setiap tanggal 15 Mei.
Festival Mitarashi diadakan setiap bulan Juli, festival ini adalah perayaan musim panas yang sangat populer. Musim ini di Kyoto sering digambarkan dengan panas dan lembap, Festival Mitarashi memungkinkan orang untuk menikmati perayaan sambil tetap sejuk, tujuan dari festival ini adalah untuk menyucikan masyarakat Jepang sekaligus memberikan persembahan kepada para Dewa.
Dengan ‘membersihkan’ diri dari segala hal-hal tercela, orang-orang percaya bahwa mereka akan dikembalikan ke keadaan sehat dan hidup. Kepercayaan Shinto mengajarkan bahwa air akan membersihkan jiwa dan pada gilirannya akan membuat bersinar lebih terang baik secara fisik maupun spiritual. Festival ini sangat populer karena menjanjikan tahun bebas penyakit.
Air pemurnian yang digunakan dalam festival ini berasal dari aliran bawah tanah, aliran air ini sangat dingin dan penuh dengan mineral. Mereka yang berpartisipasi dalam ritual festival ini membayar sekitar dua ratus yen untuk membeli lilin dan menyeberang ke hulu, kemudian mereka berjalan melalui air sedingin es untuk menyalakan lilin di depan kuil Inoue.
Di kuil tersebut dipercaya bahwa tempat yang menampung dewa pemurnian, ritual penyucian ini berlangsung selama empat hari di mana ribuan pengunjung festival mengarungi perairan setinggi lutut dan sangat dingin dengan kimono atau dalam beberapa kasus melipat celana. Mereka yang melewati air penyucian dapat meminum secangkir air penyucian.
Orang juga dapat menemukan batu hitam di ujung sungai yang memiliki sifat spiritual khusus yang memberikan perlindungan dari kekuatan, batu-batu ini dipercaya dapat meredakan amarah pada anak-anak karena dapat mengusir energi negatif dari mereka. Untuk mendapatkan batu-batu ini, sumbangan dengan nilai yang setara harus diberikan ke kuil.
Hal ini adalah bagian dari pengalaman festival bagi mereka yang melakukan ritual penyucian untuk membeli mitarashi dango di kios-kios yang terletak di dekat kuil karena dango adalah benda menyerupai gelembung yang melayang keluar dari air.
Cara membuat saus dango adalah
Saus manis dan asin klasik yang kemudian dikenal sebagai pelengkap sempurna untuk dango Jepang relatif mudah dibuat. Bahan-bahan yang perlu Anda siapkan adalah gula, kecap, mirin, air, dan tepung maizena. Berikut merupakan cara sederhana untuk membuat saus dango.
- Tempatkan sekitar lima sendok makan gula pasir putih, satu sendok makan kecap asin, satu sendok makan mirin, dan empat sendok makan air dalam panci. Campur bahan dan didihkan.
- Pastikan untuk sesekali mengaduk campuran agar tidak gosong. Setelah campuran mulai mendidih tambahkan satu sendok makan air lagi dan satu sendok makan tepung maizena.
- Campur semuanya dengan baik untuk memastikan bahwa semua bahan tergabung dan larut dengan baik. Campur saus sampai kental, setelah itu matikan api.
Untuk menyajikan jajanan tradisional Jepang ini cukup tusuk 4 dango di atas stik dan tata tusuk sate di piring sesuai keinginan dengan menggunakan kuas, oleskan saus manis dan asin dalam jumlah banyak pada dango. Terakhir, hidangan ini hampir selalu disajikan dengan teh hijau. Teman-teman dapat mencoba resep dango yang berbeda setiap bulannya.
Teman-teman dapat mencoba Mitarashi Dango pada bulan Februari untuk hari Valentine, Hanami Dango untuk merayakan awal musim Sakura, Shiratama Dango pada bulan Juni untuk menandai dimulainya musim hujan, dan Anda dapat menikmati Goma Dango sebagai hidangan musim panas selama bulan Agustus. Teman-teman bisa merasakan semua jenis dango pada setiap saat.
Kesimpulan
Apakah teman-teman tertarik untuk mencoba membuat variasi menu dango? Atau teman-teman justru memiliki resep sendiri dalam membuat kue dango? Pilihan tersebut tentu sesuai dengan kebutuhan dan selera teman-teman, hal terpenting pada dango adalah sebuah kudapan manis yang sudah lama ada dan memiliki peran penting untuk menjadi persembahan para Dewa di Jepang. Yuk simak dan kunjungi terus situs kami dan dapatkan update terbaru seputar Jepang setiap harinya!