Blog
Festival Setsubun, Tradisi Pengusir Roh Jahat di Awal Tahun
- October 19, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Setsubun matsuri atau festival ‘pembagian musim’ di Jepang kerap kali digelar pada tanggal 3 Februari, tujuan dari diselenggarakannya perayaan ini merupakan bentuk penanda akhir musim dingin untuk memasuki awal musim semi. Dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah risshun, menurut kalender tradisional yang digunakan di Jepang selama bertahun-tahun lalu.
Setsubun Matsuri
Secara umum, terdapat empat pembagian musim di Jepang selama satu tahun. Dan perayaan ini digelar pada bulan Februari sebagai ‘pembuka’ festival pergantian musim. Melalui sebuah ritual hidup yang mencakup pengusiran roh jahat sebagai simbol, mengonsumsi sushi roll, dan menaburkan kacang kedelai. Hal ini diyakini bisa mengusir nasib buruk di tahun sebelumnya.
Dan menyambut keberuntungan di tahun yang baru, tradisi ini telah bertahan sejak lama di Jepang. Secara teknis acara ini berlangsung pada musim dingin dan dianggap sebagai bagian dari festival musim semi, atau disebut dengan haru matsuri. Di Jepang, terdapat banyak pembersihan yang perlu dilakukan sebelum dan selama periode penyambutan pergantian tahun ini.
Hal ini meliputi perayaan secara fisik dengan membersihkan rumah sendiri dan secara spiritual dengan mengunjungi kuil, ritual ini dikenal dengan nama hatsumode. Pembersihan dan pemurnian merupakan aspek yang penting dari perayaan tahun baru ini. Rangkaian persiapan akhir sebelum musim semi menjadi tahapan akhir dari perayaan ini.
Ritual Setsubun
Sejalan dengan tradisi lainnya yang dilaksanakan sepanjang tahun ini, tujuan perayaan setsubun juga untuk kembali menyucikan diri dari kesalahan dan keburukan di tahun sebelumnya. Pada hari tersebut digunakan untuk mengusir roh jahat keluar dari rumah dengan menggunakan media kacang kedelai, kacang ini dikenal dengan fuku-mame yang memiliki arti ‘kacang keberuntungan’.
Kacang kedelai ini dianggap sebagai alat yang membersihkan rumah dari kejahatan dan mengundang keberuntungan untuk datang, secara tradisional anggota keluarga laki-laki tertua yang memiliki shio Cina yang sama dengan tahun mendatang atau kepala rumah tangga akan berpakaian oni (setan). Karakter ini merupakan antagonis dalam cerita rakyat mitologi Jepang.
Kemudian anggota keluarga lainnya akan melemparkan kacang kedelai panggang ke tanah dan kepada oni tersebut, tindakan ini dilakukan sebagai bentuk pengusiran dirinya dari rumah disertai teriakan (oni wa soto! Fuku wa uchi!) teriakan ini memiliki terjemahan “Setan keluar! Keberuntungan masuk!” dalam bahasa Indonesia.
Teriakan ini biasanya dilantunkan dalam bentuk nyanyian dan diucapkan berkali-kali, untuk mewakili tindakan membersihkan rumah seseorang dari roh jahat dan berbahaya. Namun ada beberapa kuil, tempat pemujaan, dan daerah di mana kalimat ‘oni wa soto!’ tidak diucapkan. Misalnya di kuil Sensoji Asakusa, diyakini bahwa oni tidak muncul di depan para dewa (dewa Kannon).
Namun sebaliknya, kalimat ‘senshu banzai fuku wa uchi!’ harus disebutkan berkali-kali, hal ini memiliki arti dan harapan ‘panjang umur dan nasib baik, masuklah!’. Tata cara menaburkan bijinya adalah sebagai berikut. Pertama, kacang kedelai panggang ditaruh di mangkuk dan dipersembahkan pada bagian depan kuil rumah tangga.
Jika sebuah rumah tidak memiliki tempat pemujaan tersebut, maka kacang kedelai panggang dipersembahkan di lokasi yang lebih tinggi dari pandangan. Seperti di bagian atap atau di atas pohon, pada malam hari bagian jendela akan dibuka dan kalimat ‘oni wa soto!’ akan dibacakan sambil menghadap ke luar rumah dan menaburkan kembali kacang kedelai panggang dua kali.
Segera setelah itu, jendela harus ditutup sambil membacakan ‘ fuku wa uchi!’ dua kali dengan menaburkan kacang kedelai di tengah ruangan pun dua kali. Ritual ini dilakukan mulai dari ruang paling dalam, dengan area terakhir menjadi pintu masuk. Saat menaburkan kacang kedelai, telapak tangan harus menghadap ke atas sebagai lambang doa untuk panen melimpah di tahun depan.
Dewa Keberuntungan
Selain menggunakan topeng oni yang dikenakan selama setsubun, mereka yang melempar kacang kecelah sering kali mengenakan topeng dengan wajah dewa okame atau dewa keberuntungan. Hal ini melambangkan nasib baik dan kemuliaan akan datang, digambarkan dengan wajah putih ramah, pipi kemerahan, dan memiliki senyuman hangat .
Dewa ini bertindak sebagai pembela terhadap kemalangan, menakuti oni dan makhluk jahat lainnya dengan bantuan kacang kedelai. Sementara kacang yang tersebar di sekitar dan di depan rumah akan mengusir setan yang bersembunyi, setelah itu orang-orang sering kali akan makan kacang kedelai panggang dalam jumlah yang sama dengan usianya untuk mengundang keberuntungan.
Kebiasaan lainnya yang dilakukan adalah memakan sejenis sushi gulung (makizushi), atau sering kali dikenal sebagai ehomaki. Meskipun makizushi biasanya dipotong untuk kenyamanan saat dimakan, ehomaki lebih sering disajikan dalam satu gulungan panjang. Ehomaki memiliki arti ‘gulungan arah keberuntungan’, dikatakan bahwa memakan sushi ini dalam situasi hening akan mendatangkan keberuntungan di tahun mendatang.
Setiap sushi ehomaki memiliki isi tujuh bahan, karena angka tujuh dianggap sebagai salah satu angka paling beruntung di Jepang. Kebiasaan ini berasal dari wilayah Kansai, khususnya di sekitar wilayah Osaka namun telah menjadi populer di banyak wilayah Jepang. Pada awal bulan Februari, ehomaki bisa banyak ditemui di supermarket, toko serba ada, restoran sushi untuk merayakan setsubun.
Dekorasi Setsubun
Namun terdapat satu adat dalam perayaan tradisional ini yang tergerus zaman, yaitu sebuah hiasan yang terbuat dari kepala sarden. Campuran yang digunakan dimasak dengan daun pohon holly, hal ini biasa disebut sebagai hiiragi iwashi. Untuk penempatannya biasa disimpan di bagian pintu masuk rumah, dikatakan bahwa setan tidak menyukai bau sarden dan bisa dijadikan sebagai pelindung keluarga.
Saat ini, hiasan hiiragi iwashi menjadi sulit ditemui. Namun terkadang masih dapat terlihat di depan pintu rumah-rumah Jepang sekitar awal bulan Februari pada daerah tertentu. Kuil dan tempat suci di seluruh Jepang juga merayakan festival ini, banyak perayaan yang menampilkan orang-orang yang berpakaian ‘setan’ untuk dilempari kacang kedelai oleh para tamu.
Selain melemparkan kacang kedelai, perayaan di kuil pun biasanya menyertakan pelemparan hadiah kecil seperti amplop berisi uang atau bahkan berbagai manisan berupa permen. Beberapa dari acara ini sangat populer sehingga disiarkan di banyak stasiun televisi nasional Jepang, bahkan banyak media yang meliput kemeriahannya.
Kuil Perayaan
Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan di atas, bahwa selain rumah sendiri. Terdapat kuil-kuil yang merayakan festival ini sebagai lambang pengusiran roh jahat dan mengundang keberuntungan, berikut merupakan kuil-kuil yang biasanya merayakan festival tradisional Jepang ini.
- Kuil Sensoji
Kuil ini merupakan tempat pertama yang mengadakan festival setsubun berskala besar pada periode Edo di Jepang, acara menaburkan kacang kedelai diadakan oleh orang tua di aula utama. Serta anak-anak pun ikut serta dalam perayaan ini di aula depan, selanjutnya di panggung khusus yang tersedia di sebelah timur kuil.
Secara tradisional, ketika menaburkan kacang kedelai seperti biasa terdapat ‘mantra’ khusus yang harus dilafalkan. Yaitu ‘selamat datang keberuntungan dan pergilah setan’, namun karena diyakini setan tidak akan bisa masuk ke daerah kuil Sensoji. Nyanyian ini sedikit diubah menjadi ‘panjang umur dan keberuntungan, datanglah!’.
Selain itu, terdapat juga pertunjukkan Fukuju Mai atau tarian tujuh dewa keberuntungan. Salah satu dari tiga tarian utama di kuil Sensoji, para penari akan menaburkan kacang kedelai sambil menari. Dari hari tahun baru hingga perayaan ini, orang-orang pun akan menerima jimat kertas khusus untuk menangkal malapetaka dan mendatangkan keberuntungan.
- Kuil Takao Yakuou
Selanjutnya adalah kuil Takao Yakuou, perayaan di sini diselenggarakan setiap tahun. Pada saat upacara berlangsung, semua orang akan berdoa untuk keberuntungan, kebahagiaan, dan perlindungan dari bencana. Mereka mengatakan jika berhasil menangkap kacang kedelai yang telah diberkati dari gunung Takao maka akan mendapatkan keberuntungan.
Kacang kedelai pun digunakan sebagai persembahan di tempat-tempat suci seperti altar Buddha, orang-orang berdua untuk tahun yang bahagia di hadapan dewa utama Takao. Yaitu Izuna Daigongen, dengan melafalkan ‘mantra’ dalam hati agar keberuntungan datang, biasanya orang-orang yang berpartisipasi adalah mereka yang memiliki shio serupa pada tahun tersebut.
- Kuil Otori
Terakhir adalah kuil Otori, sebuah tempat yang populer di wilayah Asakusa Tokyo. Selama festival ini berlangsung, kui akan mengadakan dua acara penaburan kacang kedelai. Setsubun Tsuinashiki dan Meigen no Gi di Kagura-den dan Watari-den pada pukul 3 sore dan 4 sore hari. Terdapat pertunjukkan tarian Otori-mai juga yang bisa dinikmati sebagai salah satu acara utama.
Bagaimana apakah teman-teman tertarik untuk datang ke Tokyo guna melihat perayaan setsubun ini? Atau tertarik untuk berpartisipasi melempar kacang kedelai kepada oni? Bila berkesempatan untuk berkunjung pada awal tahun ke Jepang, sayang jika melewatkan perayaan tradisional Jepang ini. Dan untuk pembahasan lainnya, silakan kunjungi www.jepang-indonesia.co.id.