Blog
Izanagi Sang Legenda Dewa Pencipta dari Mitologi Jepang
- September 29, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Sejarah jepang
Izanagi atau dikenal dengan Izanagi no Mikoto merupakan dewa pencipta dari mitologi Jepang, dirinya dan Izanami merupakan sepasang saudara sekaligus pasangan (istri). Kedua pasangan tersebut merupakan yang terakhir dari tujuh generasi dewa, dalam legenda dewa memiliki perwujudan setelah pembentukan langit dan bumi.
Nama Izanagi
Sebagai pencipta kepulauan Jepang dan nenek moyang dari banyak dewa seperti Amaterasu (dewa matahari), Tsukoyomi (dewa bulan), dan Susanoo (dewa badai). Dewa pencipta ini pun dikenal sebagai awal sumber kehidupan manusia, dalam bahasa Jepang penyebutan izanagi memiliki terjemahan “dia yang diundang”, sedangkan Izanami untuk versi lebih feminin.
Digambarkan bahwa kedua pasangan ini muncul sebagai pertama setelah kotoamatsukami (penciptaan dunia), mendapatkan perintah dari para dewa untuk memadatkan dan membentuk kembali lapisan bumi yang cair dengan dominasi perairan (menyerupai minyak terapung seperti ubur-ubur). Pasangan tersebut menggunakan tombak berhias permata untuk menggabungkan.
Air asin yang menetes dari ujung tombak kemudianmembeku dan berubah menjadi pulau bernama Onogoro, keduanya turun ke pulau dan mulai mendirikan tempat tinggal bagi mereka. Izanagi pun mendirikan apa yang disebut sebagai ‘pilar surgawi’ (ame no mihashira) di bagian atasnya, mereka berdua menyadari bahwa harus melahirkan dan memiliki anak.
Hal inilah yang disebut sebagai awal dari ‘pembuatan’ manusia, kemudian mereka merancang sebuah upacara pernikahan di mana mereka akan berjalan berlawanan arah di sekitar pilar yang telah dibuat. Saling menyapa dan mulai untuk berhubungan intim, setelah izanami menyapa sang saudara laki-laki terlebih dahulu.
Sang saudara laki-laki merasa keberatan dan tersinggung, karena dirinya berpikir bahwa seharusnya pria yang terlebih dahulu memulai percakapan. Lalu karena adanya kemelut di hatinya, anak pertama yang dihasilkan disebut sebagai ‘anak lintah’ Hiruko dianggap tidak sempurna dan diasingkan di sebuah perahu alang-alang.
Namun berkat kejadian tersebut, secara tidak sengaja kedua pasangan dewa ini kemudian berhasil melahirkan sebuah pulau bernama Awa 淡島. Sayangnya mereka tidak menganggap bahwa anak pertamanya sebagai keturunan yang sah, tindakan ini berdasarkan alasan karena anak mereka terlahir tidak sempurna.
Selepas kejadian tersebut, delapan pulau besar Jepang atau dikenal dengan 八島berhasil diperanakkan oleh Izanagi dan Izanami, hal ini bisa terjadi karena mereka berdua memutuskan untuk mengulangi kembali ritual tersebut tanpa adanya kemelut dalam hati. Kali ini sang suami berhasil untuk menyapa terlebih dahulu, sehingga keturunan yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Penyatuan yang berhasil ini melahirkan beberapa dari berbagai pulau, terdiri dari kepulauan Jepang (kecuali Shikoku dan Hokkaido) yang meliputi delapan pulau di bawah ini :
- Awaji no Ho no Sawake
- Pulau Iyo dengan nama lain Iyo no Futana no Shima (Shikoku modern)
- Tiga pulau Oki (Oki no Mitsugo no Shima)
- Tsukushi (Kyushu modern)
- Pulau Iki
- Pulau Tsushima
- Pulau Sado
- Yamato Toyoakitsushima (Honshu modern)
Keduanya kemudian melanjutkan untuk melahirkan dewa-dewa berikutnya untuk tinggal di tanah ini, suatu hari Izanami terluka parah dan tidak bisa lagi bertahan. Sehingga dirinya meninggal dunia setelah melahirkan dewa api (Kagutsuchi), dalam kesedihan dan diliputi rasa amarah. Izanagi membunuh kagutsuchi menggunakan sebuah pedang ‘sepuluh genggaman’ miliknya.
Setelah peristiwa tersebut, sang dewa ingin melihat istrinya sekaligus saudara perempuannya lagi. Lalu yang dia lakukan adalah pergi ke Yomi, sebuah negeri bagi orang mati dengan berharap dapat mengambil Izanami kembali hidup. Namun sayangnya, Izanami mengaku bahwa telah memakan sebuah masakan yang terbuat dari sebuah tungku neraka.
Hal ini membuatnya tidak bisa kembali dan hidup lagi, sang saudara laki-laki tidak bisa menahan kesabarannya mendengar hal tersebut. Meskipun dirinya pernah berjanji untuk tidak akan melihat dan menyalakan api lagi (karena kejadian kagutsuchi), namun karena tidak bisa meredam emosi akhirnya jasad Izanami dibakar tanpa sisa.
Untuk membalas rasa malunya, Izanami mengirim dewa petir (dikenal sebagai yakusa no ikazuchi) dan sekelompok prajurit untuk mengejar sang suami. Untuk mengalihkan perhatiannya, sang suami sekaligus saudara laki-laki tersebut melemparkan sebuah sulur yang menahan rambutnya dan sebuah sisir di simpul pada rambut kanannya.
Kemudian benda tersebut berubah menjadi anggur dan makanan yang dimakan oleh para prajurit, setelah mencapai lereng datar Yomi (yomotsu Hirasaka). Dia mengambil tiga buah persik dari pohon terdekat dan mengusir para prajurit yang mengejarnya, lalu dia menyatakan bahwa buah persik itu sebuah keajaiban dan memintanya untuk tumbuh di tanah orang hidup demi membantu manusia.
Ketika Izanami sendiri datang untuk mengejarnya, sang suami menyegel pintu masuk ke Yomi menggunakan sebuah batu yang sangat besar. Kemudian sang istri mengucapkan sebuah kutukan, bersumpah untuk membunuh seribu orang setiap hari. Izanagi menjawab bahwa dia akan mendapatkan seribu lima ratus hari untuk menggagalkannya.
Pemurnian Sang Dewa
Setelah peristiwa besar tersebut, sang dewa pencipta ini berniat untuk memurnikan dirinya dengan melalui sebuah proses misogi. Yaitu membenamkan diri di sebuah sungai (Natori Shunsen), karena dirinya merasa telah terkontaminasi oleh kunjungan ke Yomi dan khawatir mengotori negeri orang hidup. Akhirnya dia pergi ke dataran yang ditutupi dengna awagi di tepi sungai tachibana.
Saat dirinya sedang melakukan proses penyucian diri dan menanggalkan bajunya, berbagai jenis dewa muncul dan ikut membenamkan dirinya ke dalam air. Ketiga dewa tersebut dikatakan yang paling penting dan memiliki peran hingga saat ini, yaitu dewa matahari Amaterasu mikami, dewa bulan Tsukoyomi no mikoto, dan dewa badai Susanoo no mikoto.
Mereka disebut sebagai tiga anak berharga (三貴子 mihashira no uzu no miko atau sankishi), karena menemani sang dewa untuk membersihkan dirinya untuk kembali menjadi suci. Namun kendatipun demikian, sifat dari dewa tidak bisa ditutupi. Keegoisan, keserakahan, dan kekuasaan membuat mereka kerap kali berselisih.
Sang dewa pencipta membagi dunia berdasarkan ketiga anaknya, yaitu seperti yang telah disebutkan Amaterasu diberikan Takamagahara. Tempat ini kerap kali disebut sebagai dataran tinggi surga, sebuah tempat suci yang digambarkan berada di atas langit. Sang adik, Tsukuyomi yang menjadi dewa bulan diberikan kekuasaan malam hari sehingga bisa memberikan cahaya indah.
Terakhir adalah sang adik, Susanoo diberikan kekuasaan untuk mengendalikan seluruh lautan. Namun sayangnya, sang adik terakhir tidak melakukan tugas yang diperintahkan dan malah terus melolong serta menangis karena tidak terima atas perintah sang ayah. Disebutkan bahwa dirinya melolong sampai janggutnya sepanjang delapan tangan terjulur ke bawah dadanya.
Hal ini menyebabkan gunung-gunung menjadi gersang dan sungai-sungai yang ada di dataran mengering, setelah itu Susanoo berkata pada ayahnya ingin pergi ke tanah ibunya. Yaitu Ne no Katasu Kuni, karena Izanami sudah tidak bisa ada lagi di Yomi mengingat kejadian sang ayah yang membakarnya.
Karena merasa kesal memiliki anak pembangkang, ditambah ingin pergi ke tempat yang ditempati istrinya. Susanoo diusir dengan proses ‘pengusiran ilahi’, setelah itu sang anak terakhir menghilang dan tidak dijelaskan lagi bagaimana kelanjutan kehidupannya di dunia ini. Apakah berpindah alam atau diasingkan.
Cerita Mitologi ini merupakan hal yang begitu dipercaya oleh aliran Shinto di Jepang, bahkan tidak sedikit cerita mengenai legenda dewa yang menarik untuk dibaca. Maka dari itu, jika teman-teman penasaran dengan kelanjutan cerita dari para dewa. Tetap ikuti pembahasan menarik dari kami www.jepang-indonesia.co.id.