Blog
Kinkakuji: Kuil Buddha yang Megah di Kyoto Jepang
- October 15, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Tempat wisata di jepang
Kinkakuji secara resmi bernama rokuoun-ji, bila diterjemahkan secara harfiah memiliki arti ‘kuil taman rusa’. Kuil ini merupakan sebuah tempat suci bagi ajaran Buddha Zen di Kyoto, Jepang. Bangunan yang paling populer di Kyoto ini banyak didatangi pengunjung setiap tahunnya, ditambah lagi kuil ini dijadikan sebagai situs bersejarah khusus Nasional Jepang.
Sejarah
Sebagai situs bersejarah khusus Nasional Jepang dan merupakan salah satu dari 17 lokasi yang membentuk monumen Kyoto kuno, kuil ini pun ditetapkan sebagai situs warisan dunia. Pada awalnya kuil ini merupakan sebuah vila dengan nama Kitayama-dai milik seorang negarawan yang kuat, Saionji Kinstsune.
Sejarah dibangunnya kuil ini dimulai pada tahun 1397, ketika vila tersebut dibeli dari keluarga Saionji oleh Shougun Ashikaga Yoshimitsu dan diubah menjadi sebuah kompleks Kinkakuji. Ketika Yoshimitsu meninggal, bangunan ini diubah menjadi sebuah kuil Zen oleh putranya. Seusai dengan keinginannya sendiri.
Selama perang tahun 1467-1477, semua bangunan di kompleks selain paviliun habis dibakar. Pada tanggal 2 Juli 1950 pukul 2:30 pagi, barulah paviliun ikut habis terbakar oleh seorang biksu pemula muda berusia 22 tahun bernama Hayashi Yoken. Kemudian mencoba untuk bunuh diri di bukit Daimon-ji di belakang gedung, dia selamat kemudian ditahan.
Biksu tersebut dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara, tapi dibebaskan karena penyakit mental (penganiayaan dan skizofrenia) pada 29 September 1955. Dirinya meninggal karena TBC pada Maret 1956, selama kebakaran terjadi patung asli Ashikaga Yoshimitsu hilang terbakar (sudah diperbaiki sekarang). Sebuah versi fiksi dari peristiwa ini ada di pusat buku Yukio Mishima pada tahun 1956.
Struktur paviliun saat ini berasal dari tahun 1955, ketika dibangun kembali. Paviliun ini setinggi tiga lantai dengan tinggi 12,5 meter atau 40 kaki. Struktur asli pada tahun 1984 lapisan pernis Jepang ditemukan sedikit membusuk dan lapisan baru, serta penyepuhan dengan daun emas jauh lebih tebal daripada lapisan asli selesai pada tahun 1987.
Selain itu, interior bangunan termasuk lukisan dan patung Yoshimitsu pun dipugar. Akhirnya, atapnya dipugar pada tahun 2003. Nama Kinkaku berasal dari daun emas yang menutupi bagian paviliun, emas merupakan tambahan penting pada bagian paviliun karena makna yang mendasarinya. Emas yang digunakan memiliki maksud untuk mengurangi dan memurnikan polusi.
Makna dari polusi adalah perasaan dan pikiran negatif terhadap memandang sesuatu, seperti kematian misalnya. Selain makna simbolis di balik daun emas, periode Muromachi sangat bergantung pada akses visual. Dengan fokus pada paviliun emas, struktur yang sebagian besar tertutup material tersebut menciptakan kesan yang menonjol karena pantulan sinar matahari dan efek pantulan tercipta pada kolam.
Desain dan Arsitektur Kinkakuji
Paviliun emas (kinkakuji) merupakan sebuah bangunan tiga lantai di kompleks kuil Rokuon-ji, dua lantai teratas paviliun ditutupi dengan daun berwarna emas murni. Paviliun berfungsi sebagai shariden tempat tinggal relik sang Buddha atau Abu Buddha. Bangunan ini merupakan model penting untuk ginkakuji (kuil paviliun perak) dan shoukokuji yang terletak di Kyoto.
Ketika bangunan ini dibangun, Ashikaga Yoshimasa menggunakan gaya yang digunakan kinkakuji dan bahkan meminjam nama lantai kedua dan ketiganya. Paviliun berhasil menggabungkan tiga gaya arsitektur yang berbeda, yaitu shinden, samurai, dan zen. khususnya di setiap lantai tidak ada gaya arsitektur yang sama.
Lantai pertama, disebut kamar perairan dharma atau dikenal dengan hou-sui-in. Dibuat dengan gaya shinden-zukuri mengingatkan pada gaya hunian aristokrasi kekaisaran Heian abad ke 11. Hal ini menggugah gaya istana shinden, ini dirancang sebagai ruang terbuka dengan beranda yang berdekatan dan menggunakan kayu alami tidak dicat dan menggunakan plester putih.
Hal ini membantu untuk menekankan beberapa bagian di sekitar lantai, dinding dan perombakan bagian lantai mempengaruhi pemandangan dari dalam paviliun. Sebagian besar dinding terbuat dari daun jendela yang dapat memvariasikan jumlah cahaya dan udara ke dalam paviliun, ditambah lagi untuk mengubah tampilan dengan mengontrol ketinggian daun jendela.
Lantai kedua disebut sebagai menara gelombang suara atau chou-on-dou, dibangun dengan gaya prajurit bangsawan atau buke-zukuri. Di lantai ini, pintu kayu geser dan jendela berkisi menciptakan perasaan tidak kekal. Lantai kedua juga berisi aula Buddha dan kuil yang didedikasikan untuk dewi belas kasih, Kannon.
Hal ini disebut dengan Cupola of The Ultimate atau kukkyou, tipologi zen menggambarkan suasana yang lebih religius di paviliun. Seperti yang populer selama periode Muromachi, bagian atapnya berbentuk piramida dengan sirap. Bangunan di atasnya dengan ornamen burung phoenix perunggu, dari luar para pengunjung bisa melihat lapisan emas di bagian atas paviliun.
Daun emas yang menutupi lantai atas mengisyaratkan apa yang ada di dalam kuil, bagian luar adalah cerminan dari dalam. Unsur-unsur alam, kematian, agama yang dibentuk bersama untuk menciptakan hubungan antara paviliun serta gangguan luar. Paviliun emas terletak di taman jalan-jalan Jepang (kaiyuu-shiki-teien), secara harfiah berarti taman dengan gaya keliling.
Lokasi ini menerapkan gagasan ‘meminjam’ makna pemandangan shakkei yang melambangkan bagian luar dan dalam, menciptakan perluasan pemandangan di sekitar paviliun dan menghubungkannya dengan dunia luar. Paviliun memanjang di atas kolam yang disebut kyouko-chi atau disebut dengan kolam cermin memiliki fungsi memantulkan bangunan.
Kolam berisi 10 pulau kecil, tipologi zen dilihat melalui komposisi buatan seperti jembatan dan tanaman diatur dengan cara tertentu untuk mewakili tempat-tempat terkenal dalam sastra Cina serta sastra Jepang. Titik pandang dan titik fokus dibuat karena penempatan paviliun yang strategis untuk melihat taman di sekitar area paviliun.
Aula pemancingan kecil atau dikenal dengan nama tsuri-dono dan dek beratap terpasang di bagian belakang bangunan paviliun, memungkinkan perahu kecil ditambatkan di bagian bawahnya. Dasar paviliun dibangun sesuai dengan deskripsi surga barat Buddha Amida, dengan maksud untuk menggambarkan keharmonisan antara langit dan bumi.
Pulau terbesar di kolam mewakili pulau-pulau di wilayah Jepang, empat batu yang membentuk garis lurus di kolam dekat dengan paviliun memiliki tujuan untuk mewakili perahu layar. Perahu ini kerap kali berlabuh di malam hari dan akan menuju pulau kehidupan abadi dalam mitologi Cina, bukan hal yang baru bila mitologi Jepang memiliki kaitan erat dengan mitologi Cina.
Taman Kinkakuji
Kompleks taman merupakan contoh yang sangat baik dari desain taman pada periode Muromachi, periode Muromachi dianggap sebagai zaman klasik dalam hal tata letak taman Jepang. Korelasi antara bangunan dan pengaturannya begitu ditekankan selama periode ini, hal ini merupakan cara menginterpretasikan struktur dalam cakupan dengan cara artistik.
Desain taman ini ditandai dengan pengurangan skala, tujuannya untuk membuat lebih sentral dan pengaturan yang berbeda. Pendekatan yang sederhana ini dibawa ke desain taman dengan menciptakan wilayah lebih besar dengan skala lebih kecil pada sekitar struktur. Hal ini membuat wilayah ini menjadi lebih menarik untuk dinikmati.
Begitulah fasilitas yang dimiliki oleh kuil kinkakuji di Kyoto, Jepang. Apakah teman-teman tertarik untuk datang ke Kyoto untuk berkunjung? Untuk mengetahui pembahasan budaya Jepang apa saja yang ada, silakan kunjungi www.jepang-indonesia.co.id.