Blog
Net Cafe Japan, Sewa Rumah di Warnet!
- March 6, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Hiburan
Net Cafe Japan merupakan tempat yang menawarkan segala macam layanan internet dengan konektivitas umum, jenis kafe ini dapat ditemukan terutama di kota-kota besar di Jepang. Orang-orang mengunjungi tempat ini untuk menggunakan komputer, mengisi daya ponsel, atau bahkan hanya ingin beristirahat. Dalam beberapa tahun terakhir, kafe internet menawarkan banyak fasilitas menarik.
Net Cafe Japan
Kafe seperti ini memiliki beberapa jenis di Jepang, seperti misalnya kafe manga yang menawarkan minuman gratis beserta biaya masuknya. Semakin banyak ‘warnet’ yang dilengkapi dengan ruangan pribadi juga. Pengunjung tempat ini juga dikenal sebagai tunawisma maya atau dikenal dengan istilah (サイバーホームレス, saibā hōmuresu), kelas tunawisma di Jepang yang tidak memiliki atau menyewa tempat tinggal (tidak memiliki alamat tetap).
Tidak hanya itu, namun untuk beberapa orang bisa menghabiskan waktu selama 24 jam hanya untuk menikmati suasana seorang diri di kedai seperti ini. Meskipun kedai internet ini awalnya hanya menyediakan layanan internet saja, beberapa telah memperluas layanannya hingga menyediakan makanan, minuman, dan kamar mandi.
Istilah Net Cafe Japan mulai hadir pada tahun 2007 oleh acara dokumenter dari stasiun televisi Nippon Dokumen NNN, tren ‘pengungsi’ kafe ini menjadi semakin meluas dan menggunakan tempat ini layaknya rumah mereka sendiri. Pergeseran makna definisi industri ini sebagian besar mencerminkan sisi gelap ekonomi Jepang, hal ini terlihat karena keberlangsungan kejatuhan ekonomi nasional Jepang.
Sebuah studi pemerintah Jepang memperkirakan bahwa lebih dari 5.400 orang menghabiskan setidaknya setengah dari minggu mereka untuk tinggal di kafe internet, diduga bahwa fenomena ini merupakan bagian dari kesenjangan sosial yang meningkat di Jepang. Secara historis, menariknya di sisi lain Jepang justru mengusung kesetaraan ekonomi untuk masyarakatnya.
Sudut pandang antropologi budaya menunjukkan bahwa ‘pengungsi’ warnet adalah salah satu fenomena yang muncul di tengah ‘dekade hilang’ di Jepang, hal ini berkaitan dengan Bubble Burst pada tahun 1989 atau kala Jepang menutup diri dari dunia Internasional. Ditambah dengan Triple Disaster pada tahun 2011 yang menyisakan rasa ‘kerentanan’, krisis pemuda seperti pekerjaan bebas dan tidak teratur.
Orang-orang yang ‘memindahkan’ rumah mereka ke warnet ini bisa dilihat sebagai contoh ketidakamanan dan keputusasaan kolektif yang dimiliki oleh masyarakat Jepang kontemporer. Pada tahun 2020, diperkirakan 15.000 orang menginap di kafe internet yang ada di Tokyo. Sebagian besar adalah laki-laki muda, ada pula mereka yang berasal dari kelas pekerja perkotaan didorong oleh biaya hidup di kota besar.
Kala pandemi Covid melanda, tidak sedikit kafe internet ini memutuskan untuk gulung tikar. Dan masalah bagi mereka yang tidak memiliki rumah terlihat jelas, seakan kehilangan arah para ‘pengungsi’ ini semakin kesulitan untuk mendapatkan tempat singgah bahkan untuk sekedar istirahat saat gelap datang. Ada pun kafe internet yang buka menjadikan kesan negatif, karena terlihat seperti tempat penampungan saja.
Perkembangan Net Cafe Japan
Menurut survei pemerintah Jepang, para tunawisma pada dasarnya memiliki sedikit minat pada manga atau internet. Maka dari itu, dibandingkan memanfaatkan fasilitas berupa internet. Kebanyakan orang justru menjadikan perumahan sementara karena kafe internet dinilai memiliki harga lebih terjangkau, bila dibandingkan dengan hotel, hostel, bahkan penginapan yang ada di kota-kota besar.
Pilihan ini diambil dibandingkan mereka hidup dan tidur di jalan, diperkirakan juga bahwa sekitar setengah dari mereka yang tinggal tidak memiliki pekerjaan. Sementara separuh lainya bekerja di pekerjaan sementara mereka dengan bayaran rendah, rata-rata bayaran yang didapatkan hanya sebesar 100.000 Yen saja perbulan. Lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menyewa apartemen dan membayar biaya transportasi di kota besar seperti Tokyo.
Sementara Net Cafe Japan pada dasarnya mengenakan tarif per jam, sebagian besar tempat memberikan paket satu malam dengan diskon. Harganya pun bervariasi di berbeda kota, tetapi paket yang biasanya selalu tersedia adalah paket 9 jam dengan tarif standar 1.500 Yen. Dibandingkan hotel kapsul dan asrama penginapan yang memiliki harga lebih mahal (2.500 Yen).
Harga yang relatif murah menjadikan kafe internet ini sebagai pilihan untuk tempat tinggal, meskipun mereka tidak secara resmi dianggap sebagai fasilitas akomodasi. Namun fungsi seperti asrama mereka telah mengambil alih tujuan utama dari pembukaan cafe ini, yaitu menyediakan layanan internet dan manga. Istilah Net Maru populer untuk mencontohkan fenomena ini yang berasal dari kata Netto dan Tomaru (menginap).
Beberapa warung internet menawarkan fasilitas berupa mandi gratis dan menjual pakaian dalam serta barang-barang pribadi lainnya, hal ini memungkinkan bagi mereka yang tinggal di kafe ini benar-benar bisa menggunakannya layaknya hotel. Sebagian besar tempat bahkan menawarkan minuman ringan dan sup gratis, makanan yang ditawarkan pun memiliki rasa layaknya di hotel bintang lima.
Net Cafe Japan ini menawarkan jenis kursi berbeda dengan tarif yang tidak sama, terdapat jenis kursi biasa, kursi malah yang dipisahkan dengan bilik, dan kursi datar. Selain paket malam dan akomodasi, hal ini menyiratkan bahwa industri ini berkembang sesuai dengan permintaan para pelanggan. Secara singkat, bisa disimpulkan bahwa industri ini bergerak menjauh dari niat awal dan berusaha untuk menarik pelanggan dengan anggaran rendah.
Penyebutan lain dari ‘pengungsi’ kafe net adalah cyber-homeless, sebuah kata Jepang yang diadaptasi dari Bahasa Inggris. Tidak jarang para tunawisma dunia maya ini bahkan tidak memiliki pekerjaan dan tidak mampu untuk menyewa apartemen murah, maka dari itu mayoritas dari mereka lebih memilih untuk menyewa bilik internet setiap harinya.
Uniknya para ‘pengungsi’ ini mampu untuk menggunakan alamat kafe internet di resume saat melamar pekerjaan, dan menyembunyikan bentuk akomodasi mereka dengan baik. Tidak bisa dipungkiri, kreativitas macam ini bisa datang dari mana saja. Atau justru tindakan seperti ini bisa dibilang sebagai trik yang licik? Tergantung teman-teman memaknainya.
Biaya yang ditawarkan sekitar 1.400 Yen hingga 2.400 untuk satu malam ini sudah termasuk minuman ringan gratis, televisi, komik, dan akses internet. Beberapa tunawisma dunia maya ini juga kerap kali menjadi freeters, atau orang dengan pendapatan rendah yang diperoleh melalui kerja bebas mereka. Namun hal ini tidak menghalangi mereka untuk menetap di tempat tinggal asalnya, melainkan justru berpindah ke kafe internet di kota besar.
-
Wi-fi dan Printer
Layaknya seperti warnet yang seharusnya, di kafe internet tersedia jaringan Wi-Fi di segala area. Para pengunjung hanya tinggal memasukan ID dan kata sandi yang diberikan, selain itu sebagian besar warnet memiliki fasilitas printer yang tersedia untuk tamu.
-
Menggunakan Net Cafe Japan
Di sebagian besar warnet di daerah Tokyo, pemeriksaan ID dan pendaftaran anggota diperlukan saat layanan internet diakses untuk pertama kali. Beberapa kafe internet membagi lantai menjadi tempat bagi para perokok dan mereka yang tidak merokok atau area bebas rokok.
-
Net Cafe Bergaya
Baru-baru ini, kafe internet yang mengingatkan pada suasana tradisional Kyoto hadir. Memberikan pemandangan alam dan desain pemandangan malam yang menyenangkan ini semakin memberikan daya tarik pada para pengunjung.
Seperti itulah kiranya pembahasan singkat yang menarik mengenai Net Cafe di Jepang, selain kedai internet seperti itu masih banyak lagi jenis lainnya yang memberikan fasilitas menarik. Seperti misalnya kafe yang memberikan kesempatan pengunjung untuk berkomunikasi dengan binatang, hingga memberikan kesempatan pengunjung untuk berinteraksi dengan robot. Penasaran? Kunjungi www.jepang-indonesia.co.id untuk membaca ulasannya!