Blog
5 Pakaian Tradisional Jepang Selain Kimono
- June 27, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Secara umum, masyarakat Jepang biasanya mengenakan dua jenis pakaian tradisional. Jenis pakaian ini dikenal dengan nama wafuku (和服) termasuk kimono yang biasanya disebut sebagai pakaian nasional di Jepang, dan youfuku (洋服) yang tidak ada kaitannya dengan baju nasional Jepang. Youfuku sendiri merupakan nama dari jenis pakaian barat yang dikenakan di Jepang.
Busana tradisional Jepang sudah menjadi perwakilan sejarah budaya sejak zaman dahulu kala, hal ini meliputi perpaduan warna yang dikembangkan pada periode Heian. Sebuah siluet diadaptasi dari pakaian tradisi budaya pada Dinasti Tang, motif yang ada sekarang diambil dari kebudayaan alam dan gaya pakaian zaman dahulu.
Salah satu pakaian tradisional khas Jepang yang paling terkenal adalah kimono, kimono merupakan perpaduan dari dua kata ki (着る) yang memiliki arti menggunakan pakaian. Kemudian dari kata mono (物), maka dari itu kimono 着物memiliki terjemahan harafiah, pakaian untuk dikenakan atau pakaian yang dikenakan di bahu.
Pakaian tradisional Jepang selain kimono lainnya adalah busana khas orang Ainu yang dikenal dengan attus, serta pakaian orang Ryukyuan yang dikenal sebagai ryusou. Kain tradisional yang digunakan adalah bingata dan bashoufu, bahan dasar ini bisa ditemukan dan diproduksi di kepulauan Ryukyu yang berada di pulau Kyuushuu hingga Taiwan.
Model busana Jepang masa kini meliputi youfuku atau pakaian budaya barat, meskipun banyak perancang busana Jepang terkenal seperti Issey Miyake, Yohji Yamamoto, dan Rei kawakubo. Namun terkadang mereka kerap kali memadukan busana khas Jepang dengan budaya barat, hal ini berdampak pada perkembangan industri busana di Jepang.
Sejarah Pakaian di Jepang
Sejarah perkembangan pakaian di Jepang dimulai pada periode Yayoi pada abad ke 3, deskripsi pakaian yang dikenakan di Jepang meliputi kain lebar yang dilipat dua. Kemudian dilipatkan pada keseluruhan tubuh, pakaian ini memang tidak memiliki bentuk. Karena tujuannya adalah untuk melindungi tubuh, serta menutupi bagian tubuh dengan diikat pada bagian pinggang dan bahu.
- Periode Kofun (abad ke 5)
Setelah itu, perkembangan pakaian semakin membaik pada abad ke 5. Meskipun masih belum menemukan bentuk yang artistik, namun pakaian pada periode kofun dikenal dari pahatan tanah liat yang digunakan di atas silinder untuk persembahan haniwa. Busana ini meliputi gaun berkuda dengan menyertakan baju besi.
Pada periode ini, bagian kain dililitkan dari sisi kanan ke sisi kiri dan tepi yang tumpang tindih diikat dengan ikatan di sisi kanan. Lengan dan celana terbentuk seperti tabung, wanita sendiri sering mengenakan rok. Sedangkan untuk pria lebih sering mengenakan celana panjang yang diikat tepat di daerah betis.
- Periode Asuka
Pada periode ini dimulai dengan pengenalan agama Budha dan sistem penulisan karakter Cina ke Jepang, pada masa ini pengaruh Cina masih kuat untuk Jepang. Busana pria dan wanita cukup mirip pada masa ini, mengenakan sebuah pengikat depan leher dengan kerah yang tidak tumpang tindih. Kain bagian depan dan kerah memiliki kain dengan warna kontras.
Untuk bagian bawah mengenakan rok di atas lutut, kemudian dilapisi lagi dengan rok memanjang hingga lutut sehingga rok ini menjadi berlipat. Makam Takamatsuzuka merupakan sumber informasi utama untuk pakaian kelas atas pada periode ini, kanmuri yang merupakan topi kasa hitam biasanya dikenakan oleh pria.
- Periode Nara
Pakaian pada periode ini jauh lebih sederhana, kebebasan bergerak menjadi salah satu fungsi dari busana pada saat ini. Gaun kelas atas wanita terdiri dari atasan pangkuan dan rok yang berlipat, terkadang wanita pun mengenakan rompi. Untuk gaun kelas atas pria mengenakan celana panjang sempit dan mantel berkerah, topi pun disertakan sebagai pelengkap.
Secara umum, pakaian wanita periode Nara dipengaruhi oleh Dinasti Tang Cina, wanita mengadopsi kerah tarikubi atau kerah tumpang tindih seperti kerah kimono modern. Pembagian kelas atas terlihat pada Nara (710-784), orang-orang status sosial tinggi akan mengenakan pakaian yang menutupi tubuh mereka “semakin tinggi statusnya, semakin sedikit orang yang terbuka”.
- Periode Heian
Selama periode Heian, barang-barang impor dari Tiongkok diberhentikan termasuk pakaian. Hal ini berdampak pada pencarian identitas kebudayaan di Jepang, kekosongan budaya ini membuat budaya busana Jepang menjadi berkembang. Perkembangan independen ini dikenal dengan istilah budaya nasional atau budaya kokufu, sebuah istilah yang merujuk budaya pada periode Heian.
Pakaian khusus wanita masih melibatkan rok, namun kapasitasnya menjadi semakin kecil dan untuk acara resmi saja. Untuk ukurannya pun tidak sebesar pada periode sebelumnya, begitu pula dengan pakaian pria menjadi lebih sederhana dan efisien. Terdapat sebuah konsep tersembunyi yang menyatakan bahwa “perlindungan roh jahat merupakan sebuah refleksi pakaian”
Perkembangan busana menjadi lebih moderen pada periode Meiji hingga saat ini, penggunaan kimono menjadi lazim untuk digunakan untuk kegiatan sehari-hari maupun acara resmi. Bahkan pada periode Reiwa (2019-sekarang), masyarkat Jepang mengenakan pakaian barat untuk kehidupan sehari-hari dan kimono untuk acara formal saja.
Dengan adanya berbagai macam perkembangan busana dari periode satu ke lainnya, kimono merupakan salah satu yang sering disebutkan. Padahal masih terdapat banyak Pakaian tradisional Jepang selain kimono, seperti beberapa jenis yang ada di bawah ini.
1. Yukata
Bila kimono merupakan pakaian yang kerap kali dikenakan pada acara formal pada masa kini, yukata sendiri lebih sering dikenakan pada acara non formal. Terlebih pada musim panas, karena kain dari yukata sendiri lebih tipis dan bisa dipadukan dengan berbagai macam jenis pakaian. Yukata pun memiliki harga yang lebih terjangkau daripada kimono.
2. Jinbei
Bahan penyusun dari busana ini adalah kain katun, jinbei biasanya disebut sebagai pakaian santai dari masyarkat Jepang. Hal ini karena desain yang dibuat begitu sederhana dan mudah dikenakan, pada saat perayaan biasanya para wanita akan mengenakan yukata dan pria akan mengenakan jinbei. Tidak jarang juga yang mengatakan jinbei sebagai baju tidur.
3. Hanori
Pakaian tradisional Jepang selain kimono selanjutnya dikenal dengan nama hanori, pada dasarnya busana ini merupakan bagian pelengkap atau aksesoris pada kimono. Sehingga hanori memiliki bentuk lebih longgar dan besar, fungsinya kurang lebih sepeti mantel sehingga kimono yang dikenakan menjadi lebih bersih dan rapi.
4. Irotomesode
Saat masyarakat Jepang mendapatkan undangan dari kekaisaran Jepang, maka irotomesode merupakan pakaian yang sesuai. Selain memiliki bentuk yang menarik, busana ini memiliki ‘identitas’ berupa tanda keluarga yang biasanya berada di belakang kedua lengan dan bagian belakang pakaian. Busana ini biasa juga disebut sebagai pakaian bagi wanita yang belum menikah.
5. Kurotomesode
Jenis pakaian ini biasanya dikenakan oleh para wanita yang sudah menikah, karena terdapat kuro di awal kata maka pakaian ini pada dasarnya memiliki warna hitam (kuro adalah warna hitam dalam bahasa Indonesia). Busana ini pun termasuk ke dalam pakaian formal yang biasanya dikenakan dalam acara resmi.
Nah, itulah beberapa penjelasan dari asal usul dan pakaian tradisional Jepang selain kimono. Bagaimana teman-teman apakah menarik untun mengikuti sejarah perkembangan pakaian di Jepang? Atau justru teman-teman mengoleksi yukata yang dibeli di Jepang? Rasanya akan lebih menyenangkan saat bisa mengenakan yukata sambil menikmati matsuri di Jepang, bukan?
Terus kunjungi situs https://jepang-indonesia.co.id/ untuk dapatkan informasi menarik lainnya seputar budaya Jepang.