News & Events
5 Hal Penting dalam Pernikahan Adat Jepang
- December 3, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Pernikahan adat Jepang biasanya dilaksanakan di kuil yang tenang, dilengkapi dengan kimono yang anggun, dan dipandu dengan pendeta agar terlaksana dengan khusyuk. Teman- teman akan sering menjumpai hal-hal tersebut di pernikahan Jepang, meskipun banyak pasangan modern yang menikah dalam tradisi Shinto. Namun tidak jarang adanya percampuran kebudayaan antara Jepang dan Barat.
Pernikahan Adat Jepang
Menurut survey yang ada di Jepang, pernikahan gaya Barat memiliki presentase tinggi sebanyak 50% dalam menggelar pestanya. Sedangkan untuk acara pernikahan menggunakan gaya Shinto dan tradisional masing-masing menyumbang sebanyak 30% dan 20%. Terlepas dari gaya pernikahan, terdapat kebiasaan yang kerap kali digunakan, seperti pemilihan tanggal dan pemberian hadiah.
Ritual lain dilaksanakan tergantung kepada jenis upacara yang digunakan, misalnya seperti pengantin wanita menggunakan gaun putih dan kimono pengantin untuk berbagai upacara pernikahan. Selain itu, terdapat 5 hal penting yang ada dalam pernikahan adat Jepang. Berikut merupakan pembahasan yang akan dikupas tuntas pada kesempatan kali ini.
-
Rencana Pernikahan
Sebelum pernikahan dilangsungkan, sepasang kekasih akan mengatur acara makan malam bersama keluarga. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan berbaur antara dua keluarga, selain itu kesan formal menjadi pembalut yang sesuai sehingga nuansa tercipta akrab namun tetap dalam suasana rapi serta resmi.
Saat menentukan tanggal, sebagian besar pasangan melihat patokan kalender lunisolar atau dikenal dengan istilah rokuyo dalam bahasa Jepang. Tindakan ini dilakukan tidak lain untuk mendapatkan keberuntungan untuk pasangan yang akan melaksanakan pernikahan, tanggal yang dipilih mayoritas pada akhir pekan sehingga bisa memberikan kesempatan lebih besar tamu untuk datang.
Namun pihak penyelenggara kadang memiliki sikap cerdik dengan memberikan potongan harga gedung dan servis pada hari-hari kurang beruntung, anggapan ini memang tergantung masing-masing orang. Menariknya pengambilan keputusan ada di antara harga lebih murah pada hari-hari kurang beruntung, atau harga lebih mahal pada hari-hari keberuntungan.
-
Pakaian Tradisional
Pakaian cenderung dipilih sesuai dengan selera dari pasangan, seperti gaun putih bagi mempelai wanita dan setelan jas untuk mempelai pria. Kimono biasanya digunakan pada saat pengucapan janji suci bersama dengan pendeta kuil, gaya Shinto tidak bisa terlepas dari balutan pakaian pernikahan tradisional Jepang. Namun seiring dengan zaman modern semakin banyak pasangan yang mencampurkan budaya.
Sejumlah perubahan kostum dalam pernikahan formal lazim dilakukan, gaun yang berwarna serta kimono dengan berbagai corak pun kerap kali digunakan di sejumlah pernikahan Jepang. Pemilihan tempat pun semakin beragam, tidak hanya harus dilaksanakan di kuil Shinto saja. Dewasa ini, kimono mempelai pria terdiri dari lima lapis dengan lapisan dalam berwarna putih dan jubah luar berwarna hitam.
Lambang keluarga tidak lupa disulam sebagai identitas, untuk pengantin wanita dapat mengenakan shiromuku (kimono pernikahan berwrana putih). Untuk alternatifnya bisa menggunakan iro-uchikake atau dikenal dengan jubah berwarna, kesan cerah akan memberikan nuansa ceria bagi pasangan maupun tamu yang datang.
Warna merah yang disulam dengan gabungan warna emas dan perak lazim digunakan, kimono ini dilengkapi dengan hiasan unik yang dikenal dengan nama tsunokakushi atau ‘tanduk tersembunyi’. Konon hal ini dilakukan untuk mencegah kecemburuan atau wataboshi dalam budaya Jepang, topi berkubah menjadi penutup untuk hiasan kepala ini.
-
Lokasi Pernikahan
Upacara pernikahan adat Jepang selalu dilakukan di kuil Shinto, agama asli yang ada di Jepang dan diresmikan oleh pendeta dalam upacara tersebut atau dikenal dengan nama shinzenshiki. Istilah ini memiliki arti ‘pernikahan di hadapan para dewa’, pilihan populer lainnya adalah mengadakan pernikahan di hotel atau gedung pilihan dari pasangan.
Dalam upcara pernikahan gaya barat, petugas dan pengurus tempat sering diatur menyerupai pendeta atau gereja. Meskipun pilihan ini terbilang tergantung kepada agama dan kepercayaanyang dimiliki oleh kedua mempelai. Upacara pernikahan sering kali disaksikan hanya oleh keluarga dan teman dekat, kemudian dilanjutkan dengan resepsi untuk sesi perjamuan.
Resepsi ini biasanya dihadiri oleh kalangan tamu, keluarga, dan orang-orang penting yang diundang. Sering ada pesta lain yang hadir setelah resepsi, pesta ini disebut dengan nijikai atau pesta kedua dengan nuansa lebih santai serta melibatkan kerabat dekat. Biasanya tempat untuk menggelar acara ini bisa berpindah ke bar atau restoran dekat, di sini terjadi tarian, minum-minum, dan kemeriahan terjadi.
-
Ajaran Shinto
Sistem kepercayaan Shinto menyatakan bahwa pada awal keberadaan Jepang, dewa Shinto Izanagi dan Izanami turun dari surga ke sebuah pulau yang baru dibuat di bumi. Di sini mereka mendirikan tempat tinggal dan melakukan upacara perkawinan untuk menandai kebersamaan mereka, setelah itu Izanami melahirkan pulau-pulau Jepang bersama dengan banyak dewa lainnya.
Dewa-dewa inilah yang menyaksikan pernikahan di shinzenshiki, koneksi antara pasangan dan kuil penting adanya. Pendeta memimpin upacara pemurnian, kemudian makanan dan alkohol digunakan sebagai persembahan kepada dewa. Selanjutnya pendeta akan meminta perlindungan kepada dewa untuk pasangan tersebut.
Selepas itu, pasangan akan melakukan ritual sansankudo atau cangkir pernikahan. Dalam ritual ini pasangan meminum tiga teguk sake masing-masing dari tiga cangkir, cangkir pertama yang paling kecil mewakili masa lalu dan rasa terima kasih kepada leluhur. Kemudian, cangkir kedua memiliki ukuran sedikit lebih besar melambangkan masa kini.
Setelah itu, cawan paling besar yang terakhir memiliki perlambangan untuk masa depan serta kesehatan bagi sepasang mempelai. Setelah cawan pernikahan terdapat ritual tukar cincin, meski begitu tahapan ini tidak termasuk kepada upacara pernikahan adat Jepang tradisional. Sesi ini merupakan tambahan dari budaya modern, terakhir persembahan berupa dahan pohon keramat dan menikmati hidangan.
-
Hadiah pernikahan
Dalam pernikahan adat Jepang, para tamu diwajibkan memberikan hadiah berupa bingkisan atau dalam bentuk apa pun itu. Biasanya dilambangkan sebagai uang hadiah, disajikan dengan amplop khusus yang disebut dengan shugibukuro. Terdapat hiasan mewah dengan emas atau logam, kemudian diikat dengan hiasan lainnya.
Jumlah standar dari hadiah ini sekitar 30.000 Yen atau Rp 3.000.000. Semakin tinggi pangkat seseorang maka jumlahnya bisa lebih besar, para tamu juga akan menerima buah tangan. Bingkisan ini dikenal dengan nama hikidemono yang merupakan hadiah seperti keramik, barang pecah belah, atau handuk mewah. Dalam beberapa tahun terakhir teman-teman mungkin bisa mendapatkan ceret teh yang khas.
Terakhir merupakan kebiasaan bagi pasangan untuk memberikan hadiah sebagai rasa terima kasih kepada orang tua, tujuannya karena mereka telah dibesarkan dan dididik oleh orang tua hingga sebesar sekarang. Hadiah dapat bervariasi dari barang sehari-hari hingga tiket liburan, pemberian hadiah ini biasanya diiringi dengan surat ucapan terima kasih yang terkadang dibacakan di depan para tamu.
Begitulah rangkaian upacara pernikahan adat Jepang, menarik untuk disaksikan bukan? Bagaimana dengan upacara pernikahan yang biasanya teman-teman saksikan di Indonesia? Apakah sama atau sama sekali berberda? Maka dari itu, untuk lebih mengenal kebudayaan Jepang. Tetap ikuti pembahasan mengenai budaya Jepang dari www.jepang-indonesia.co.id.