Blog
Rumah tradisional Jepang & elemen di dalamnya
- September 7, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Rumah merupakan tempat kita pulang, berlindung dan berkumpul bersama keluarga. Tidak ada tempat yang lebih aman dan nyaman selain rumah kita sendiri. Rumah tempat kita menghabiskan banyak waktu dan melakukan berbagai kegiatan bersama orang-orang yang kita kasihi. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai rumah tradisional Jepang. Ketika membaca dan mendengar mengenai rumah tradisional Jepang, apa yang terlintas dalam pikiran mina san?. Seperti yang kita ketahui Jepang merupakan negara modern, apakah masih ada rumah gaya tradisional di Jepang?. Tentu saja masih, meskipun di perkotaan rata-rata masyarakat Jepang menempati rumah yang minimalis dan bergaya modern tetapi di pedesaan rumah gaya tradisional Jepang masih bisa kita jumpai.
Setiap bangunan di masing-masing negara tentunya memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan keadaan di negara tersebut. Di lihat dari letak geografisnya, di Jepang sangat sering terjadi gempa bumi dan angin topan (taifu) jadi bangunan di Jepang sudah tentu disesuaikan dengan keadaan letak geografisnya. Selain itu di Jepang juga terdapat empat musim dan ini sangat berpengaruh pada bentuk dan material yang digunakan dalam membangun rumah. Seperti apa rumah gaya tradisional Jepang, silakan disimak pemaparan berikut.
Rumah tradisional Jepang
Rumah gaya tradisional di Jepang dikenal dengan sebutan minka. Jika dilihat dari asal katanya yaitu min artinya rakyat, dan ka artinya rumah. Jadi minka bisa diartikan sebagai rumah rakyat. Minka merupakan rumah tradisional yang dihuni oleh kalangan masyarakat bawah hingga menengah di Jepang. Rumah gaya tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat Jepang sekitar tahun 1800. Setelah itu design rumah-rumah di Jepang sudah mulai dipengaruhi gaya barat meskipun masih menggunakan konsep yang sama.
Gaya rumah tradisional Jepang
Meskipun masih satu negara, gaya rumah Jepang selatan dengan Jepang bagian utara sedikit berbeda. Di Jepang utara merupakan wilayah yang dingin dan musim salju lebih lama dibandingkan dengan Jepang selatan. Oleh karena itu rumah di wilayah Jepang bagian selatan menggunakan atap jerami untuk menjaga kehangatan di musim dingin. Sedangkan bubungan (bagian puncak rumah) dibuat terjal atau curam untuk menghindari penumpukan salju di atap rumah.
Begitu juga di Jepang bagian selatan, merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dan angin topan atau taifu. Bangunan di sini dirancang sedemikian rupa agar tidak mudah rusak ketika terjadi gempa bumi dan angin topan. Rumah di Jepang bagian selatan dibuat lebih kecil dan rendah untuk mengurangi resiko kerusakan saat terjadi topan. Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sering terjadi rumah di Jepang selatan dibuat berbentuk panggung. Atap rumah di Jepang kebanyakan menggunakan jerami atau ilalang, sirap atau kepingan papan tipis, dan genteng keramik.
Tata ruang rumah tradisional Jepang
Tata ruang rumah tradisional Jepang pada umumnya dibagi menjadi empat yaitu washitsu (ruang serba guna), genkan (pintu masuk), daidokoro (dapur) dan washiki (toilet).
Washitsu
Washitsu merupakan ruang serba guna atau tempat melakukan berbagai aktifitas. Washitsu bisa digunakan sebagai tempat makan, tempat belajar maupun tempat tidur. Lantai rumah di Jepang terbuat dari kayu dan di atasnya dipasang tatami. Tatami merupakan sejenis tikar yang terbuat dari anyaman jerami yang digunakan sebagai alas lantai. Tatami sudah ada di Jepang sekitar abad ke 17. Karena washitsu merupakan ruang serba guna maka masyarakat Jepang hanya menggunakan barang-barang yang mudah dipindahkan dan barang-barang tersebut disimpan diruang penyimpanan barang. Barang-barang yang sering digunakan pada washitsu yaitu futon atau selimut tebal untuk tidur menyerupai matras, meja untuk belajar ataupun makan.
Selain itu pada washitsu terdapat fusuma dan shoji sebagai penyekat dengan ruangan lain. Fusuma merupakan pintu berbentuk persegi panjang, untuk membuka atau menutup dilakukan dengan cara mendorong atau menggeser. Fungsi utama fusuma yaitu sebagai dinding penyekat antara washitsu dengan ruangan yang lain. Fusuma dilapisi kertas bergambar yang bisa diganti kapan saja. Shoji merupakan pintu geser tetapi tidak berfungsi sebagai dinding seperti fusuma. Shoji terbuat dari kayu dan bentuknya seperti jendela yang dilapisi kertas. Fusuma dilapisi kertas bergambar sedangkan shoji dilapisi kertas transparan sehingga dapat ditembus cahaya dan melihat bayangan orang yang berada di luar.
Genkan
Genkan merupakan bagian yang harus ada pada setiap rumah di Jepang. Genkan merupakan ruang kecil atau serambi yang berada pada pintu masuk. Genkan berfungsi sebagai tempat melepas sepatu atau alas kaki para penghuni rumah maupun tamu yang berkunjung. Lemari yang digunakan untuk menyimpan alas kaki pada genkan disebut dengan getabako. Genkan memiliki peran yang sangat penting pada rumah tradisional Jepang dikarenakan memiliki nilai-nilai yang berhubungan dengan psikologi dan spiritual.
Genkan merupakan perbatasan antara bagian dalam dengan bagian luar rumah. Dari segi psikologi keberadaan genkan dapat mencerminkan karakter si pemilik rumah. Bentuk genkan antara rumah satu dengan yang lainnya tentu berbeda meskipun memiliki konsep yang sama. Dari segi spiritual nilai-nilai yang terkandung pada genkan mengarah pada pembatas antara kesucian dan ketidaksucian. Seperti yang saya jelaskan di atas genkan merupakan pembatas bagian dalam dan luar rumah. Oleh karena itu masyarakat Jepang selalu melepaskan alas kaki ketika akan masuk ke dalam rumah. Bagian dalam rumah digambarkan sebagai kesucian dan bagian luar rumah digambarkan sebagai ketidaksucian.
Daidokoro
Sama seperti di Indonesia dapur atau daidokoro digunakan sebagai tempat memasak, bukan tempat makan. Daidokoro pada rumah tradisional Jepang menggunakan tungku dan kayu bakar sebagai bahan bakar. Sebelum menggunakan tungku, masyarakat Jepang membuat lubang kecil yang dikelilingi oleh batu-batu kecil untuk memasak. Seiring perkembangan zaman lubang kecil di gantikan oleh tungku yang terbuat dari tanah liat.
Washiki
Washiki adalah toilet tradisional Jepang yang menggunakan kloset jongkok sama seperti yang digunakan di Indonesia. Perbedaannya terletak pada cara penggunaannya yaitu jika kloset di Indonesia menghadap ke depan, sedangkan washiki menghadap ke dinding dan bentuknya lebih panjang dari kloset di Indonesia. Sampai saat ini beberapa masyarakat Jepang masih menggunakan kloset jongkok karena dinilai lebih bersih dari kloset duduk. Lebih bersih karena digunakan dengan cara berjongkok jadi kulit tidak bersentuhan langsung dengan kloset.
Selain keempat tata ruang di atas ada satu bagian yang harus ada dalam rumah tradisional Jepang yaitu taman. Keberadaan taman sangat penting jika dilihat dari sisi spiritual karena pada sebuah taman terdapat keseimbangan antara unsur alam, kehidupan dan keabadian. Unsur alam dilambangkan dengan bebatuan, unsur kehidupan dilambangkan dengan air dan unsur keabadian dilambangkan dengan tanaman.
Komponen dasar rumah tradisional Jepang
Ciri khas rumah tradisional Jepang yaitu komponen dasar yang digunakan dalam membangun rumah tersebut. Komponen dasar tersebut adalah bahan-bahan yang berasal dari alam seperti kayu. Negara Jepang merupakan negara yang memiliki empat musim dan curah hujan yang cukup tinggi. Sesuai dengan keadaan iklim dan letak geografis maka komponen dasar yang paling cocok untuk membangun rumah tradisional di Jepang adalah kayu. Kayu merupakan bahan yang sangat bersahabat dengan berbagai musim juga sangat stabil ketika terkena guncangan gempa bumi dan serangan angin topan.
Selain dikarenakan kayu sangat cocok dengan keadaan iklim dan letak geografis di Jepang, penggunaan kayu sangat cocok dengan konsep yang diterapkan oleh kepercayaan Shinto. Konsep yang dimaksud adalah kesucian atau kemurnian diciptakan oleh alam. Dari konsep itulah rumah tradisional Jepang dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Seperti misalnya lantai yang terbuat dari kayu, tatami yang terbuat dari jerami, pintu (shoji) dan dinding penyekat (fusuma) juga terbuat dari kayu, tiang rumah dibuat menggunakan kayu, atap menggunakan jerami, dan masih banyak lagi komponen-komponen rumah yang berasal dari alam.
Dari uraian di atas dapat diketahui selain dikarenakan keadaan iklim dan letak geografis, pembuatan rumah tradisional di Jepang juga tidak terlepas dari konsep religius. Konsep religius yang dianut oleh kepercayaan Shinto sangat berperan penting dalam penataan ruang maupun komponen-komponen dalam rumah tradisional Jepang. Semoga tulisan saya bermanfaat dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ini.