News & Events
Sawara, Kota Kecil dengan Tata Letak Khas Zaman Edo
- February 1, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang Sejarah jepang
Sawara merupakan kota kecil di bagian timur laut kota Narita yang makmur selama periode Edo, tepatnya pada tahun 1603 hingga tahun 1868 sebagai pusat transportasi pengiriman beras ke kota Edo (sekarang dikenal dengan Tokyo). Pusat bersejarah kota ini terletak di sepanjang kanal, dan dikenal sebagai Little Edo karena distrik kecil ini merupakan tempat tinggal tradisional yang dipugar.
Sawara Kota Sejarah
Kanal ini dilintasi oleh sejumlah jembatan, bagian yang paling menarik adalah jembatan Ja Ja. Jembatan yang menyemburkan air terjun dua kali per jamnya dari benteng ke kanal di bagian bawahnya. Tur perahu dengan alas datar pun bisa ditemui di kanal ini, teman-teman bisa menikmati suasana kota ini dengan mengikuti tur ini.
Di dekat jembatan Ja Ja terdapat sebuah museum Ino Tadataka dan bekas kediamannya pada zaman Edo, lahir di kota Sawara. Ino Tadataka merupakan seorang surveyor di zaman Edo yang membuat peta sangat akurat dari seluruh kepulauan Jepang untuk Keshogunan Tokugawa. Museum ini didedikasikan untuk memamerkan karya dan tekniknya dengan tampilan dan deskripsi mumpuni dalam Bahasa Inggris.
Selain berhasil mempertahankan bangunan dan suasana zaman Edo, di kota ini pun terkenal dengan sejumlah festival yang sering kali dilaksanakan. Sawara Matsuri merupakan kendaraan hias dengan boneka raksasa di bagian atasnya mewakili prajurit dan pahlawan mitologi dari Jepang, setelah itu kendaraan ini akan dijadikan parade untuk dibawa keliling kota.
Festival ini diadakan dua kali dalam satu tahun, tepatnya pada bulan Juli dan bulan Oktober. Beberapa kendaraan hias dan barang-barang festival lainnya dapat dilihat pada sepanjang tahun di museum Dashi Kaikan dengan berjalan kaki menyusuri bagian kanal, hal ini akan menjadi alternatif lain selain tur menggunakan kanal. Teman-teman bisa berjalan kaki untuk menikmati suasana kota dengan santai.
Sawara Grand Festival merupakan perayaan tradisional yang sudah ada sejak 300 tahun lalu, diadakan dua kali dalam satu tahun di musim panas dan musim gugur. Festival musim panas besar ini juga dikenal sebagai festival Gion, diadakan untuk menenangkan para dewa yang diabadikan di kuil Yasaka. Orang-orang Jepang meyakini hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit serta menarik nasib baik.
Karena wabah penyakit merupakan salah satu hal yang kerap kali hadir pada bulan Juli dengan curah hujan tinggi, festival Gion diadakan pada bulan Juli. Sebaliknya untuk musim gugur Agung Sawara diadakan pada bulan Oktober untuk menyampaikan rasa syukur serta terima kasih kepada para dewa di Kuil Suwa atas hasil panen yang baik.
Sawara Festival
Pucak Sawara Grand Festival adalah pawai kendaraan hias, praktik ini telah ditetapkan sebagai Properti Budaya Rakyat Tidak Berwujud Penting. Di musim panas, terdapat sepuluh pelampung. Sedangkan pada musim gugur terdapat empat belas pelampung. Kendaraan hias ini menampilkan boneka dan ukiran kayu hasil para seniman di kota yang diundang oleh pedagang kaya di Edo.
Pedagang lokal akan bersaing satu sama lain untuk melihat siapa saja yang dapat membuat boneka terbesar di atas kendaraan atau pelampung mereka, boneka yang paling tinggi memiliki ukuran 4 meter atau setinggi 13 kaki. Bentuk festival saat ini didirikan dan disempurnakan selama periode Edo akhir hingga periode Meiji.
Selama festival, orang-orang melakukan ritual keberangkatan, menampilkan berbagai tarian, dan dengan gagah mengarahkan kendaraan hias mengikuti nyanyian melodi bayashi. Salah satu dari tiga pertunjukkan musik festival terbesar di Jepang, yang dibawakan oleh sekitar 15 orang dengan memainkan alat musik tradisional di atas kendaraan hias.
Hal lain yang menarik dari parade ini adalah kendaraan hias terkadang berputar, seolah-olah menulis karakter dari huruf hiragana Jepang “tidak”. Dalam gerakan unik yang disebut dengan istilah no-no-ji-mawashi, kendaraan hias yang diterangi lentera berbaris di sepanjang sungai Ono dengan keindahan pemandangannya pada zaman Edo dulu.
-
Hina Doll
Hina Matsuri juga dikenal sebagai Hari Anak Perempuan di jepang, festival ini memiliki tujuan untuk mendoakan kesehatan dan keselamatan bagi anak-anak perempuan. Dengan menampilkan boneka Hina selama festival Persik atau disebut dengan Momo no Sekku, salah satu dari lima festival musiman yang diadakan pada tanggal keberuntungan di kalender lunar.
Festival Persik berlangsung pada hari ketiga bulan ketiga kalender lunar, saat musim berganti. Dikatakan bahwa di Jepang orang lebih rentan terhadap penyakit ketika musim berganti. Maka dari itu, kebaktian secara tradisional diadakan selama ini untuk melindungi orang-orang dari wabah penyakit. Pada zaman dulu, orang akan membersihkan diri dari kotoran dengan menggosok seluruh bagian tubuh dengan boneka.
Boneka ini terbuat dari kayu, tumbuhan, dan kertas. Kemudian melepaskan boneka tersebut ke laut lepas. Seiring berjalannya waktu, anak perempuan mulai bermain boneka yang konon membawa doa serta harapan para orang tua untuk keselamatan putrinya. Demikian pula, boneka-boneka ini dianggap sebagai bagian penting dari mas kawin bagi seorang wanita muda.
Saat pengrajin menciptakan boneka yang semakin anggun semakin cantik, orang-orang mulai memajang boneka ini saat festival Hina. Boneka ini memiliki ciri khas mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian seorang punggawa berpangkat tinggi, yang bekerja di Istana Kekaisaran selama periode Heian. Jumlah tingkatan pada boneka yang dipajang di sebuah rumah tangga akan bervariasi tergantung harta kekayaan keluarga tersebut.
Banyak pedagang kaya tinggal di kota ini selama periode Edo, ketika itu berkembang pesat bahkan pernah disebut sebagai “Edo Masari” atau kedudukan lebih tinggi dari Edo. Maka dari itu, banyak toko yang memiliki boneka mewah dengan mewariskan dari generasi ke generasi. Dan sekarang dipajang untuk dilihat oleh para wisatawan.
Selama festival ini berlangsung, sebuah acara yang disebut dengan Sawara Hinabune di mana orang-orang yang mengenakan pakaian periode Heian ditampilkan. Membawakan nuansa musim istana tradisional di atas perahu datar Jepang, atau dikenal dengan sappa bune. Menciptakan suasana masa lampau yang elegan di sepanjang sungai Ono.
-
Lentera Bambu Distrik Bersejarah
Acara lampion juga kerap kali dilakukan di kota ini, setiap pertengahan bulan Agustus selama musim Obon. Orang Jepang akan menyalakan api di malam hari demi menyambut arwah orang yang mereka cintai, kemudian mengantar mereka pergi ke alam kekal. Pada malam di hari terakhir festival, orang-orang akan berpartisipasi dalam acara yang disebut dengan tourou nagashi.
Di mana orang-orang akan membawa lentera ke sungai untuk memandu jiwa ke dunia roh, selama acara ini berlangsung. Orang-orang akan menulis berbagai macam keinginan yang nantinya akan disimpan di dalam lentera tersebut, setelah ini lentera yang begitu banyak akan dilepaskan ke sungai Ono sebagai simbol terkabulnya doa tersebut mengiringi ke dunia roh.
-
Festival Kembang Api Sugio Omigawa
Salah satu acara kembang api terbesar di Kanto, Festival kembang api ini menerangi gelapnya lama di wilayah tepi sungai selama lebih dari satu abad. Festival tahunan ini diadakan pada tanggal 1 Agustus di tepi sungai Tone dekat dengan jembatan Omigawa-Ohashi, hal menariknya lebih dari 150.000 penonton setiap tahunnya datang ke acara ini.
Dari 8.000 kembang api yang dinyalakan selama festival, pemandangan spektakuler dari kembang api tambang bintang bawah air dan kembang api air terjun Niagara telah mendapatkan banyak pujian dari wisatawan lokal dan asing. Tempat festival terbaik berjarak 20 menit dengan berjalan kaki dari stasiun JR omigawa, atau 20 menit dengan mobil dari persimpangan Sawara-Katori di jalan Tol Higashi-Kanto.
Lokasi acara pun juga dapat diakses dengan perahu dari dekat jembatan Kami-Ohashi yang melintasi sungai Kurobe, tarif yang dikenakan seharga 1.000 Yen pulang pergi. Teman-teman bisa berjalan kaki ke jembatan Kami-Ohashi dengan 10 menit saja dari stasiun JR Omigawa. Pembahasan menarik lainnya mengenai festival Jepang bisa ditemui di www.jepang-indonesia.co.id.