Blog
Shukatsu yang Merupakan Budaya Mencari Kerja di Jepang
- March 17, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Shukatsu merupakan singkatan dari しゅうしょくかつどうshuushoku katsudou, dalam Bahasa Indonesia istilah ini memiliki terjemahan “Aktivitas mencari pekerjaan”. Hal ini menggambarkan fase yang biasa dilalui oleh para pelajar dalam mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah, para pelajar akan mendapatkan pekerjaan di tahun terakhir mereka dan mulai bekerja biasanya pada bulan April tahun berikutnya.
Istilah Shukatsu
Dalam sistem ini memungkinkan transisi yang lancar dan pola pasti dari universitas ke dalam dunia pekerjaan, dengan menggunakan metode ini dikatakan bahwa lebih dari 80 persen pencari kerja mampu untuk mendapatkan tawaran pekerjaan sekitar delapan bulan sebelum mereka lulus dari universitas. Sebuah tahapan yang penting dalam mengembangkan pendidikan dari sebuah negara.
Berbeda dengan negara di Eropa atau Amerika Serikat, jadwal perekrutan di Jepang begitu monoton dan seragam. Aliran musim Shukatsu di Jepang berada pada bulan Maret dan berakhir pada bulan September hingga bulan Oktober, terdapat juga aplikasi data gelombang kedua yang lebih kecil jumlahnya pada musim gugur hingga musim dingin.
Kesempatan ini biasanya diambil bagi mereka yang tidak berhasil mendapatkan pekerjaan pada musim semi atau saat bulan Maret, meskipun pencalonan untuk posisi pekerjaan dimulai pada tanggal 1 Maret. Pelajar di Jepang mulai mempersiapkan diri lebih dahulu, paling cepat satu tahun sebelum dimulainya pada musim berburu pekerjaan.
Bagi orang asing, siklus perekrutan di Jepang tidak hanya berarti kurang fleksibelnya tanggal mulai. Tetapi juga alur perekrutan yang lebih ketat harus dipertimbangkan, sehingga para pelajar asing bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan saat membutuhkannya. Pembahasan selanjutnya akan mengulas lebih detail mengenai alur apa saja yang dilewati untuk Shukatsu di Jepang.
Alur Shukatsu di Jepang
Turis asing kini menjadi pemandangan sehari-hari di jalanan kota besar di Jepang, seperti Tokyo, Hokkaido, Kyoto, dan Osaka. Ciri khas Shukatsu di Jepang atau aktivitas mencari pekerjaan ini adalah jadwal perekrutan di perusahaan besar ditetapkan di muka setiap tahun berdasarkan persetujuan antara pemerintah, bisnis, dan akademisi.
Proses ini dimulai untuk sebagian besar siswa di tahun pertama mereka, yaitu ketika mereka mulai menghadiri seminar karir di sekolah dan di tempat lainnya. Kemudian saat memasuki tahun senior, mereka akan mengajukan lamaran guna mengisi lowongan pekerjaan yang diumumkan oleh perusahaan dan melalui proses seleksi dengan tujuan memenangkan naitei atau janji pekerjaan pasca kelulusan.
Setelah lulus wawancara perusahaan pada bulan Maret, mereka akan memulai pekerjaan pada bulan April. Bulan ini merupakan gelombang pertama tahun fiskal dan akademik di Jepang, universitas memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan kepada mahasiswanya, mengadakan seminar karir, dan mengoperasikan pusat karir di mana mahasiswa dapat menerima bimbingan individu tentang mencari pekerjaan.
Melalui aktivitas ini, universitas berusaha untuk mencapai transformasi cepat mahasiswa mereka dari ‘anak-anak’ yang tidak memiliki pengetahuan sosial esensial menjadi ‘orang dewasa’ dengan tanggung jawab fungsional. Maksud dalam hal ini adalah dalam bentuk pendidikan, karena pegawai universitas termasuk orang-orang yang menjabat sebagai kepala departemen universitas umumnya tidak memiliki pengalaman nyata di dunia bisnis.
Oleh karena itu, sekolah mendatangkan pakar dari luar untuk memberikan bimbingan. Karena angka kelahiran yang rendah di Jepang, banyak universitas bersaing ketat untuk memperebutkan jumlah calon mahasiswa yang menyusut. Hasil penempatan kerja untuk siswa yang lulus dari setiap universitas dilaporkan oleh media, dan hasil yang baik adalah titik penjualan utama bagi sekolah.
Sehingga mereka memberikan dukungan yang cukup besar kepada siswa mereka dalam pencarian pekerjaan, sampai pada titik di mana beberapa orang mengeluh bahwa hal tersebut menguras tenaga inisiatif siswa sendiri. Pendidikan di negara maju seperti Jepang memang tidak main-main, terlebih lagi Jepang ingin membuktikan kepada dunia bahwa negara asal Benua Asia mampu bersaing di dunia.
Ketika mereka memulai pencarian pekerjaan mereka, siswa yang sebelumnya pasif dan ceroboh tiba-tiba atau bahkan diharuskan menggunakan bahasa yang sopan. Tidak lupa untuk hormat dan menunjukkan jiwa kepemimpinan sebagai kualitas diri, perubahan ini tentu memberikan dampak positif setiap tahunnya bagi para pelajar. Membenahi diri menjadi ‘layak’ dan menata kepribadian menjadi lebih ‘dewasa’.
Setiap tahun, Keidanren (Federasi Bisnis Jepang) menetapkan jadwal perekrutan lulusan oleh anggotanya yang sebagian besar terdiri dari perusahaan-perusahaan besar. Sebelumnya, perusahaan dapat melakukan publisitas rekrutmen termasuk mengadakan pertemuan dan penjelasan untuk siswa tahun pertama. Selain itu, bisa juga meminta lamaran kerja dari mereka mulai bulan Desember.
Mereka dapat mewawancarai siswa sejak awal tahun ajaran baru di bulan April, hal ini berarti bahwa siswa di tahun senior mereka sedang mencari pekerjaan saat sekolah sedang berlangsung. Dan terdapat pula kekhawatiran bahwa hal ini mengganggu pembelajaran akademis mereka, menanggapi keluhan dari universitas. Pemerintah mengusulkan untuk menunda proses tersebut, dan setelah berkonsultasi dengan kalangan bisnis.
Keidanren mengadopsi perangkat pedoman baru berdasarkan usulan pemerintah, di bawah aturan baru untuk musim Shukatsu pada tahun 2016 (perekrutan siswa yang lulus pada Maret 2016). Musim publisitas rekrutmen dimulai pada Maret 2015, tiga bulan lebih lambat dari sebelumnya, serta wawancara mulai pada bulan Agustus selama musim panas Sekolah.
Kendala Shukatsu di Jepang
Namun sayangnya, dalam praktiknya hal ini menimbulkan beberapa kendala. Perusahaan besar milik Keidanren terikat oleh pedoman yang direvisi, tetapi rekanan asing yang tidak termasuk anggota tidak. Dan mereka mengambil siswa yang menjanjikan sebelum perusahaan besar mulai merekrut, perusahaan-perusahaan kecil yang bukan milik Keidanren pun bisa bebas untuk melakukan perekrutan pada tahap awal.
Tetapi mereka tidak dapat menandingi daya tarik rekanan asing yang menawarkan prospek gaji tinggi berdasarkan prestasi, selain itu siswa cenderung lebih menyukai stabilitas bekerja untuk perusahaan besar. Maka dari itu, perusahaan-perusahaan kecil ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan rekrutan karena persaingan yang dianggap tidak adil.
Kesimpulan
Salah satu istilah baru yang populer di Jepang hadir pada beberapa tahun terakhir, yaitu owahara yang merupakan kependekan dari oware harasumento atau diterjemahkan sebagai ‘pelecehan untuk diakhiri’. Konteksnya adalah mengacu pada tekanan besar yang diberikan beberapa perusahaan kepada siswa untuk menghentikan pencarian kerja mereka setelah perusahaan mengajukan tawaran kepada mereka.
Tekanan serupa pernah hadir selama tahun ekonomi gelembung atau pada fase restorasi Meiji di akhir tahun 1980an, tetapi cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan keadaan sekarang. Misalnya jika seorang siswa mengunjungi perusahaan untuk menolak tawaran pekerjaan yang diterima sebelumnya, hal ini merupakan tindakan yang begitu menyakitkan atau tidak sopan.
Pada tingkat lebih intens, beberapa perusahaan meminta penerima naitei mereka untuk menghadiri sesi ‘pelatihan’ yang berkepanjangan di tempat mereka secara efektif agar terputus dari kontak luar. Saat ini perusahaan tidak mampu menggunakan lagi taktik semacam itu, dan jika mereka bertindak terlalu jauh dalam memberikan tekanan. Siswa akan dengan cepat menyebarkan berita di media sosial.
Hal ini akan memberikan dampak buruk kepada perusahaan dalam waktu yang singkat tentunya, beginilah rata-rata orang Jepang menemukan pekerjaan penuh waktu pertamanya. Alasan utama siklus perekrutan terpadu adalah karena banyak perusahaan melatih karyawan baru mereka di tempat kerja, mengorganisir proses pelatihan melibatkan seminar, mentor, dan lainnya.
Hal ini meminimalisir kedatangan pekerja baru dengan pengalaman nol dan kesulitan dalam menangani pekerjaan di awal, jika memungkinkan bagi pelamar asing dapat memberikan lamar pada musim apapun. Kendala yang mungkin ada berupa pembuatan visa serta hal rinci lainnya, dapatkan pengetahuan tentang budaya Jepang lainnya di www.jepang-indonesia.co.id.