Blog
Takachiho Kagura : Kisah Artistik Mitologi Jepang
- October 6, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Mempelajari sebuah cerita mitologi Jepang merupakan salah satu cara mencari hal menarik dalam belajar bahasa Jepang. Misalnya cerita mitologi Jepang yang akan kita bahas kali ini, mengenai Takachiho Kagura sebuah mitologi yang menjadi cerita rakyat di Jepang. Cerita mitologi satu ini memiliki latar belakang dari asal usul adanya ajaran Shinto di Jepang hingga masa sekarang.
Latar Takachiho Kagura
Sebelum melanjutkan pembahasan lebih dalam mengenai cerita mitologi Takachiho Kagura, mari kita pelajari terlebih dahulu apa itu Takachiho. Takachiho adalah sebuah kota kecil yang berada di Kyushu Jepang, berlatar di prefektur Miyazaki. Pada konteks pembahasan kali ini yang dimaksud dengan Takachiho adalah sebuah kuil bertempat tidak jauh dari pusat kota Takachiho serta kuil tersebut sudah dibangun tahun 1900.
Di sekitar kuil tersebut terdapat pohon cedar Jepang yang tinggi besar tumbuh, tumbuhan satu ini merupakan pohon asli Himalaya. Pohon besar ini berpasangan layaknya sebuah pasangan, sehingga terdapat mitos yang dipercayai bahwa bila ada sepasang kekasih berjalan mengitari pohon sebanyak tiga kali maka akan berujung pada pernikahan. Sebuah mitos yang di wariskan sejak zaman dahulu kala.
Apa itu Takachiho Kagura
Kemudian diceritakan bahwa kuil Takachiho merupakan tempat asal dari diadakannya tradisi Takachiho Kagura ini. Lalu apakah Takachiho Kagura itu? Takachiho Kagura merupakan sebuah ritual yang di wariskan oleh leluhur mengenai cara bersyukur sebagai manusia kepada dewa, konteks disini adalah bersyukur kepada Dewi Kagura yang berada di kuil Shinto atas berkah panen dan meminta hasil yang lebih baik pada tahun selanjutnya.
Tradisi satu ini telah dilakukan berabad-abad lamanya sejak abad ke 12, bentuk ritual yang dilakukan adalah dengan cara menari dan memainkan alat musik. Terdapat orang-orang yang menggunakan pakaian tradisional Jepang serta topeng, kemudian alat musik pukul serta alat musik tiup. Semua peralatan dan pemeran yang ditampilkan merupakan produk asli dari desa. Maka dari itu Takachiho merupakan tempat terbaik untuk merayakan tradisi satu ini.
Cerita mitologi yang mengikutinya
Mengusung konsep teater yang memainkan peran serta diiringi musik, penampilan dari ritual satu ini bisa disaksikan secara 33 babak. Namun yang istimewa adalah 4 babak utama yang kerap kali dipertunjukkan pada pukul 8 hingga pukul 9 malam tiap tahun. Maka dari itu perayaan satu ini biasanya disebut denhan Takachiho Evening Kagura, karena dilakukan pada malam hari.
Cerita yang dibawakan berdasarkan legenda yang ada pada zaman dahulu, diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala Dewi Amaterasu memiliki seorang saudara laki-laki yang begitu usil serta kerap kali melakukan kekerasan kepada dirinya. Saudara laki-laki tersebut dikenal dengan Dewa badai. Maka dari itu pada suatu hari sang Dewi Amaterasu merasa sedih dan berniat untuk mengasingkan diri di sebuah gua untuk waktu yang tidak diketahui.
Hal ini membuat para Dewa khawatir karena menyebabkan kegaduhan yang cukup mengganggu, maka dari itu para Dewa berkumpul untuk berdiskusi mencari cara bagaimana agar hal tersebut bisa diselesaikan. Hingga akhirnya Dewi Ameno Uzume memiliki inisiatif untuk melakukan tarian guna menarik perhatian sang Dewi Amaterasu agar mau keluar dari gua, Dewi Ameno Uzume memiliki beberapa julukan diantaranya adalah Dewi surga, Dewi yang handal merayu, dan penjaga surga.
Karena tertarik dengan tarian sang Dewi, akhirnya Dewi Amaterasu keluar dari gua untuk menyaksikan penampilan tersebut dan gua tersebut berada di kota Takachiho. Maka dari itu ritual perayaan Takachiho Kagura kerap kali dilaksanakan di kota Takachiho di Kyushu Jepang. Mulai dari situ hingga sekarang merupakan awal dari perayaan satu ini sehingga menjadikan sebagai tradisi untuk menyampaikan rasa syukur kepada sang Dewi.
Ritual Takachiho Kagura
Babak utama dari perayaan satu ini dibagi menjadi empat bagian, setiap bagian menampilkan cerita berbeda yang berkesinambungan. Berikut merupakan cerita empat babak dari ritual Takachiho Kagura.
- Babak pertama diawali dengan tarian dari Tajikarao, tarian saru ini melambangkan saat sang Dewi Amaterasu mendengar langkah diluar gua, lalu mencoba untuk mendengar sedang ada yang menari yaitu Dewi Ameno Uzume.
- Kemudian pada babak kedua merupakan tarian lucu dari Dewi Ameno Uzume yang mencoba menarik perhatian Dewi Amaterasu dari dalam gua, tarian ini dulu dilakukan diluar gua untuk memancing sang Dewi Amaterasu
- Pada babak ketiga adalah tarian Totori, tarian satu ini dilakukan kembali oleh Tajikarao yang menggunakan topeng wajah merah serta rambut panjang. Rambut panjang tersebut memiliki fungsi untuk menghacurkan pintu gua yang begitu besar.
- Terakhir adalah babak keempat, yaitu tarian Tarian satu ini merupakan gerakan yang begitu intens dan interaktif, pasangan menyiapkan butiran beras untuk dijadikan sake yang nantinya dipersembahkan kepada Dewa. Kemudian berdoa untuk pernikahan yang bahagia, kemakmuran, dan kesuburan bagi anak-anak di masa depan. Selain itu tarian satu ini pun tidak lupa sebagai lambang syukur atas panen yang telah diberikan. Tarian satu ini melibatkan penonton dengan cara pasangan bergerak ke kerumunan serta memeluk penonton. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan dari Dewa.
Studio Takachiho Kagura
Rangkaian ritual perayaan tersebut tentu tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari properti terbaik, maka dari itu Takachiho Kagura memiliki studio yang bernama Amano Iwato Kibori. Studio inilah yang merupakan tempat pembuatan pakaian serta topeng untuk digunakan saat ritual perayaan ini dilakukan.
Memiliki total tiga ruangan untuk mengukur, mengecat, dan memoles hiasan topeng membuat studio satu ini merupakan salah satu tempat bersejarah bagi rakyat Jepang. Dalam studio ini pun memiliki dua ruangan tradisional Jepang dengan alas tatami. Topeng Tajikarao yang berwarna merah berasal dari studio ini, kemudian terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan untuk pembuatan topeng ini.
Pertama adalah mengukir kayu menjadi topeng dengan detail ekspresi wajah, hal ini harus dilakukan secara rinci agar memberikan kesan yang nyata. Waktu pengerjaan topeng diperkirakan selama dua hari, selanjutnya adalah mengecat dan melapisi topeng selama lima hari. Total dari keseluruhan pengerjaan dilakukan selama seminggu penuh. Pekerja yang berada di studio ini memiliki lisensi resmi sebagai pengukir kayu dari pemerintah Jepang.
Pada masa kini jarang sekali menemukan pengukir kayu yang ahli serta memiliki sertifikat resmi untuk mengerjakan hal ini, maka dari itu studio Amano Iwato Kibori kerap kali menerima permintaan dari seluruh Jepang untuk perayaan berupa festival. Hingga tahun ini studio Amano Iwato Kibori telah menjalakan produksi topeng selama lima tahun lebih lamanya. Maka dari itu tidak heran bila seluruh penjuru Jepang meminta pesanan topeng pada studio satu ini.
Fakta menarik
Gua yang dulu dijadikan tempat bersembunyi oleh Dewi Amaterasu, kini dikenal dengan nama kuil Amano Iwato. Tempat yang dulu digunakan oleh sang Dewi bersembunyi karena merasa selalu diejek oleh sang saudara laki-laki. Kemudian kuil lainnya yang menjadi tempat berkumpul para dewa-dewa adalah kuil Amano Yasukawara, tempat dimana menjadi kuil bagi ajaran Shinto bernaung di Jepang.
Demikian pembahasan singkat dan sederhana dari Takachiho Kagura semoga bisa membantu mina san dalam mempelajari hal baru mengenai cerita mitologi Jepang, pada dasarnya cerita mitologi ini merupakan legenda yang menjadi cerita masyarakat serta memiliki tempat di kuil Shinto. Sebuah cerita yang menarik untuk diikuti kan? Maka dari itu semangat selalu dalam mempelajari hal tentang Jepang, untuk kebudayaan atau bahasa Jepang. Mina san Ganbarimashou!!