Blog
Wagasa | Cantiknya payung tradisional Jepang
- October 25, 2021
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang
Setiap negara memiliki sesuatu yang diproduksi secara tradisional. Keunikan suatu benda dapat dilihat dari proses pembuatannya. Sesuatu yang dibuat secara tradisional memiliki keunikan tersendiri. Begitu pula dengan wagasa atau payung tradisional Jepang. Meskipun memiliki fungsi yang sama dengan payung lainnya, yaitu melindungi dari teriknya matahari dan guyuran hujan, payung wagasa memiliki keistimewaan dikalangan masyarakat Jepang. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai wagasa atau payung tradisional Jepang. Apa saja keistimewaan wagasa? silakan simak pemaparan berikut.
Apa itu wagasa?
Dilihat dari kanjinya, wagasa [和傘] terdiri dari dua huruf yaitu和 (wa) yang artinya Jepang dan傘 (kasa / gasa) yang artinya payung. Secara etimologi wagasa berarti payung Jepang. Dilihat dari bentuknya wagasa memiliki bentuk sama seperti payung pada umumnya. Selain itu fungsinya juga sama dengan payung secara umum, hanya saja yang istimewa yaitu bahan yang digunakan untuk membuat wagasa. Wagasa terbuat dari bambu, kain sutra dan kertas Jepang yang disebut dengan washi. Mengapa dibuat dari washi bukan kertas biasa? karena washi berbeda dengan kertas pada umumnya yang dibuat di pabrik.
Washi merupakan kertas Jepang yang dibuat secara tradisional sehingga harganya lebih mahal dari kertas buatan pabrik. Serat yang terdapat pada washi lebih panjang sehingga ukurannya lebih tipis dari kertas biasa tetapi tidak mudah robek dan lusuh. Selain itu, wagasa juga diyakini memiliki roh oleh masyarakat Jepang. Roh wagasa yang diyakini oleh masyarakat Jepang disebut dengan karakasa obake (hantu payung). Karakasa obake digambarkan seperti monster yang berbentuk payung yang dilipat dan mata serta kakinya memakai geta.
Sejarah Wagasa
Sebelum kemunculan wagasa di Jepang, masyarakat Jepang menggunakan jubah, topi maupun jerami untuk melindungi diri dari guyuran hujan maupun salju. Tetapi sejak tahun 1550 muncul payung dikalangan masyarakat Jepang. Ketika pertama kali muncul wagasa tergolong barang mewah yang hanya digunakan oleh kalangan-kalangan tertentu. Selanjutnya pada zaman Edo wagasa mulai digunakan oleh semua kalangan masyarakat Jepang.
Pada zaman Meiji keberadaan wagasa digeser oleh payung buatan negara barat yang mulai masuk ke Jepang. Di samping harganya murah, kualitas payung dari negara barat lebih bagus tetapi tetap saja keunikan dari wagasa tidak tergantikan. Sampai sekarang dalam kesehariannya masyarakat Jepang lebih memilih menggunakan payung dari negara barat. Walaupun begitu wagasa masih digunakan untuk situasi tertentu saja.
Langkah-Langkah Pembuatan Wagasa
Untuk membuat wagasa ini, ternyata ada 12 langkah yang harus diikuti sesuai dengan urutannya. Artikel ini mungkin tidak bisa menjelaskan secara detail tentang langkah2 tersebut. Namun semoga menjadi bahan awal untuk Anda mencari tahu lebih jauh.
1. Shitago
Langkah awal pembuat wasage disebut dengan shitago. Shitago adalah proses pembuatan tulang-tulang / kerangka payung, dimana bambu satu dihubungkan dengan bambu yang lain dengan cara menjahitnya satu persatu. Alat utama yang digunakan pada tahapan ini adalah jarum dan benang.
2. Makuwari
Tahapan berikutnya yaitu mengatur jarak kerangka pada bagian atas payung (tempat membuka payung). Tahapan ini disebut dengan makuwari. Tulang-tulang payung yang sudah dirakit mulai diatur jaraknya dan disebarkan supaya merata. Tahapan ini terbilng rumit karena memerlukan ketelitian saat mengatur jarak tulang satu dengan yang lain sehingga ketika membuka payung tingkat kekencangan kerangka dan jaraknya menjadi sempurna.
3. Nokigami
Tahapan berikutnya disebut dengan nokigami. Pada tahapan ini, para pengrajin wagasa memeriksa kembali jarak kerangka yang sudah diatur pada tahapan sebelumnya. Jarak yang tidak teratur dan bagian kerangka yang tidak merata akan dirapikan pada tahapan ini, sehingga memudahkan pengrajin dalam bekerja ditahapan berikutnya.
4. Nakaoki Bari
Tahapan berikutnya disebut dengan nakaoki bari. Pada tahapan ini mulai dipasang kertas (washi) sebagai tahap awal dari pemasangan dekorasi wagasa. Kertas (washi) di pasang pada bagian dalam (pusat) payung. Pemasangan kertas pada bagian dalam ini nantinya akan berfungsi sebagai pelindung bagian dalam payung dari gesekan tulang-tulang payung.
5. Doubari
Tahapan berikutnya disebut dengan doubari, yaitu proses penempelan kertas (washi) pada bagian utama payung. Jumlah kertas yang ditempel pada bagian utama wagasa berbeda-beda tergantung ukuran wagasa yang ingin dibuat. Untuk wagasa ukuran besar bisa menghabiskan kertas antara 60 sampai 70 kertas.
6. Mino
Tahapan mino merupakan tahapan yang paling rumit dalam pembuatan wagasa. Pada tahapan ini para pengrajin memerlukan konsentrasi penuh karena membuat ujung payung. Pemasangan kertas pada ujung payung memerlukan keahlian dan kesabaran yang luar biasa. Kertas akan dilipat dan dibentuk dengan hati-hati sehingga tidak menjadi masalah ketika payung dibuka dan ditutup.
7. Temoto
Tahapan berikutnya disebut dengan temoto. Pada tahapan ini pengrajin menempelkan kertas (washi) pada bagian dalam payung. Kertas akan ditempel sesuai dengan bentuk kerangka payung sehingga ketika payung dibuka atau ditutup mampu mengikuti kerangka wagasa.
8. Sugata Tzuke
Pada tahapan ini para pengrajin melakukan lipatan-lipatan pada kertas yang sudah ditempel pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini disebut dengan Sugata tzuke. Kertas-kertas yang sudah ditempel akan dilipat sesuai dengan kerangka / tulang payung sehingga bentuk washi sesuai dengan kerangka / tulang wagasa. Penyesuaian lipatan kertas dengan kerangka payung akan membuat tampilan wagasa menjadi indah.
9. Atama Zutsumi
Pada tahapan ini disebut dengan atama zutsumi, dimana kertas ditempelkan pada bagian atas yang bertujuan untuk membentuk kepala payung.
10. Hone Uenuri
Proses yang kesepuluh disebut dengan hone uenuri yaitu proses pemberian pernis pada tulang atau kerangka payung. Pemberian pernis pada tulang payung bertujuan untuk melindungi tulang payung.
11. Abura Hiki
Setelah melalui proses pemberian pernis, berikutnya payung akan diolesi minyak sehingga payung menjadi tahan air. Tahapan ini disebut dengan abura hiki. Setelah diberi minyak payung akan dijemur sampai benar-benar kering.
12. Shiage
Tahapan terakhir pembuatan wagasa disebut dengan shiage, pada tahapan ini pengrajin memasang pengait payung dengan benang nilon. Setelah pemasangan kait selesai maka payung siap digunakan.
Demikian tahapan demi tahapan pembuatan wagasa, terlihat sederhana tetapi sangat rumit karena memerlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi. Kerumitan proses pembuatan wagasa menyebabkan wagasa memiliki nilai keunikan tersendiri di Jepang.
Peranan Wagasa Dalam Kehidupan Sehari-Hari di Jepang
Meskipun sekarang ini, masyarakat Jepang lebih memilih menggunakan payung bergaya modern, tetapi wagasa masih digunakan pada hari-hari tertentu. Masyarakat Jepang menggunakan wagasa ketika menghadiri upacara-upacara tradisional seperti upacara minum teh, pernikahan, pemakaman dan upacara tradisional lainnya. Selain itu wagasa juga digunakan sebagai pelengkap ketika memakai pakaian tradisional Jepang seperti kimono, yukata dan lainnya. Pakaian tradisional yang digunakan biasanya senada dengan warna wagasa.
Belakangan ini banyak toko-toko yang menggunakan wagasa sebagai pajangan di depan toko mereka untuk menarik pembeli. Yang paling menarik, karena keunikannya wagasa banyak dicari para wisatawan sebagai oleh-oleh. Selain bentuknya yang tidak begitu besar, wagasa merupakan payung yang sangat istimewa karena hanya bisa dijumpai di Jepang.
Demikian pembahasan mengenai apa itu wagasa, sejarahnya, proses pembuatannya dan peranan wagasa dalam kehidupan masyarakat Jepang. Semoga tulisan saya bermanfaat dalam menambah pengetahuan mina san mengenai wagasa.