Blog
Dewa Tsukuyomi Pembawa Cahaya di Malam Hari
- March 11, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang Sejarah jepang
Dewa Tsukuyomi atau dikenal dengan Tsukuyomi no Mikoto merupakan dewa bulan dalam mitologi Jepang dan dalam kepercayaan ajaran Shinto di Jepang. Nama “Tsukuyomi” merupakan gabungan dari kata Jepang kuno ‘tsuku’ dengan arti ‘bulan’ dan kata ‘yomi’ yang memiliki arti ‘membaca’, maka dari itu dari penamaan ini bisa dikatakan bahwa Tsukuyomi merupakan pemberi cahaya di malam hari.
Dewa Tsukuyomi
Dalam teks kuno Jepang, yaitu Nihon Shoki disebutkan bahwa Tsukuyomi dikenal juga dengan istilah moon bow. Tetapi dikatakan juga bahwa penyebutannya beragam seperti Tsukuyumi, namun penyebutan yumi merupakan variasi lain dari nama sebenarnya yomi. Alternatif lain penyebutan namanya adalah perpaduan tsukiyo yang berarti ‘malam terang’ dan mi dengan arti ‘melihat’ dalam Bahasa Jepang.
Tidak banyak yang diketahui tentang Tsukuyomi bahkan untuk jenis kelaminnya pun masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini, dikatakan bahwa dewa ini merupakan perempuan. Namun dalam tulisan kuno lainnya dikatakan juga dewa ini berjenis kelamin laki-laki, meskipun begitu dalam tulisan Man’youshuu disebutkan bahwa Tsukuyomi diterjemahkan menjadi Tsukuyomi Otoko.
Atau bisa diterjemahkan ‘manusia pembaca bulan’, kata otoko di atas memiliki interpretasi tertutup yang berarti laki-laki. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa untuk beberapa tulisan kuno populer. Dewa Tsukuyomi memiliki jenis kelamin laki-laki, namun kisah yang pasti adalah Tsukuyomi merupakan anak kedua dari “tiga anak berharga” atau Mihashira no Uzu no Miko yang lahir dari dewa Izanagi dan dewa Izanami.
Kelahiran dari Tsukuyomi dikisahkan terjadi saat dewa Izanagi sedang menciptakan tanah pertama Onogoroshima, kala itu Izanagi sedang membersihkan dirinya dari dosa-dosanya saat mandi setelah melarikan diri dari dunia bawah tanah. Hal ini terjadi karena insiden yang terjadi bersama sang saudara perempuannya, yaitu Izanami no Mikoto.
Berbeda dengan dewa Susanoo yang dikatakan lahir saat Izanagi sedang membersihkan hidung, Tsukuyomi terlahir saat Izanagi sedang membersihkan mata kanannya. Namun dalam cerita alternatif, dewa Tsukuyomi lahir dari cermin yang terbuat dari tembaga putih di tangan kanan Izanagi. Perbedaan cerita memang lazim dalam kisah mitologi Jepang atau dari negara manapun.
Karakteristik Dewa Tsukuyomi
Karena dewa ini dikatakan sebagai perlambangan bulan di Jepang, dewa ketertiban dan keindahan yang dibanggakan oleh semua orang. Dikatakan juga dalam kisah lain bahwa dewa ini merupakan suami terasing dari dewi matahari Amaterasu, Tsukuyomi menghabiskan hidupnya yang abadi untuk mengitari langit luas demi menjaga kedamaian dunia.
Tsukuyomi dikatakan begitu cocok dengan Amaterasu, cantik dan memiliki kepribadian tenang. Dirinya percaya pada ketertiban dan begitu menaati peraturan, penegakannya terhadap cita-cita serta harapan seperti ini meluas ke titik di mana dirinya rela membunuh untuk menjaga kedamaian. Meskipun membunuh dirinya sendiri merupakan pelanggaran di istana surgawi.
Dikisahkan bahwa terdapat sebuah kejadian dalam kepatuhan Tsukuyomi terhadap etika, untuk menegakkannya dirinya rela untuk melanggar hal tersebut. Meskipun bulan sering dianggap sebagai keindahan dan begitu didambakan untuk dinikmati. Namun Tsukuyomi kerap dianggap sebagai sosok negatif dalam cerita rakyat Shinto di Jepang, kendatipun demikian dewa ini memiliki kuil di Kyoto yang bernama Matsunoo Taisha.
Tsukuyomi membuat marah Amaterasu saat dirinya membunuh Ukemochi, sang dewi makanan. Amaterasu pernah mengirim dewi bulan ini untuk mewakilinya di pesta yang dipersembahkan oleh Ukemochi. Pesta ini memiliki kesan begitu mewah karena didatangi oleh dewa-dewa dari seantero langit surgawi.
Sang dewi menciptakan makanan dengan memutar laut dan akhirnya berhasil memuntahkan ikan. Kemudian menghadap ke hutan dan memuntahkan binatang buruan untuk dijadikan hidangan, semua makanan yang disajikan berasal dari anggota tubuh antara mulut dan hidungnya. Sebuah cara yang tidak sopan meskipun dikategorikan sebagai dewi makanan tentunya.
Dan akhirnya beralih ke sawah kemudian menghasilkan beras untuk dijadikan nasi, Tsukuyomi benar-benar kesal dengan kenyataan bahwa meskipun terlihat nikmat. Namun makanan tersebut dibuat dengan cara menjijikkan, pasalnya semua hidangan berasal dari anggota tubuhnya. Maka dari itu, tindakan selanjutnya adalah Ukemochi dibunuh.
Amaterasu mengetahui apa yang terjadi dan dia sangat marah terhadap Tsukuyomi, sehingga dia menolak untuk melihat Tsukuyomi lagi karena kandung kesal. Selamanya dia dipindahkan ke bagian lain dari langit, inilah alasan mengapa siang dan malam tidak pernah terjadi secara bersamaan. Teori ini hadir berdasarkan tulisan teks kuno di Nihon Shoki.
Sedangkan di tulisan kuno Kojiki kisah dari dewa Tsukuyomi tidak begitu banyak dikisahkan, karena pada dasarnya kisah Susanoo no Mikoto lah yang banyak dikisahkan. Begitu juga dewa badai Susanoo pula yang berbuat onar serta membunuh dewi makanan bernama Ougetsuhime, dewi makanan ini dikatakan karakter yang sama seperti Ukemochi pada tulisan Nihon Shoki.
Hubungan dewa Amaterasu dan dewa Tsukuyomi yang menikah pada akhirnya tidak berjalan baik, perceraian antara kedua dewa penjaga surgawi ini merupakan penjelasan Shinto mengapa matahari dan bulan ‘selalu mengejar’ di langit. Tsukuyomi mencoba untuk kembali kepada istrinya di Surga tetapi dia tidak akan mendapatkannya kembali, bahkan gerhana matahari di mana matahari dan bulan tampaknya bergabung masih dipandang sebagai nyaris.
Tsukuyomi hampir berhasil mengejar istrinya tetapi dia menyelinap pergi dan lari darinya lagi, semua pengertian tentang dewa ini merujuk pada praktik membaca bulan. Di istana aristokrat Jepang, para bangsawan sering berkumpul di malam hari dan membaca puisi sambil menatap bulan. Karena etiket yang baik selalu dianggap sangat penting pada pertemuan ini, Tsukuyomi merupakan dewa yang sangat dihormati bagi kalangan bangsawan maupun seluruh masyarakat Jepang.
Simbol Dewa Tsukuyomi
Tsukuyomi melambangkan bulan dalam banyak hal, salah satunya dirinya digambarkan cantik dan indah. Sama seperti kebanyakan dewi bulan dalam ajaran kepercayaan lain, Tsukuyomi juga dingin dan tegas. Namun sangat cocok dengan cahaya bulan yang pucat kebiruan, bagaimanapun Tsukuyomi merupakan perlambangan etiket kerajaan istana bangsawan Jepang.
Seperti kebanyakan dewa Shinto, Tsukuyomi dipandang sebagai karakter yang ambigu secara moral. Banyak yang memandangnya sebagai dewa ‘jahat’ yang juga dijuluki oleh mantan istrinya Amaterasu, namun pada saat yang sama. Banyak yang masih memuja dan menghormatinya, Tsukuyomi memiliki banyak wihara dan kuil tempat suci di seluruh Jepang hingga saat ini.
Dewa Tsukuyomi sebagai dewa bulan laki-laki merupakan sosok yang menarik, dia adalah dewa kaku dan khusus. Perilakunya sering bertentangan menunjukkan ketenangan, keganasan, ketidakteraturan, dan keteraturan untuk beberapa tokoh. Cintanya yang abadi untuk istrinya dan pengejarannya yang terus-menerus untuk memenangkan cinta abadi dengan cahaya kelembutannya.
Meskipun posisinya dalam mitologi Jepang agak negatif, namun hingga saat ini pro dan kontra memang akan selalu ada dalam banyak hal. Dan memang hal tersebut banyak adanya, tidak hanya di Jepang. Hal ini kembali lagi kepada pemahaman masing-masing, untuk pembahasan konten budaya Jepang lainnya. Silakan kunjungi www.Jepang-Indonesia.co.id.