Blog
Dewa Susanoo dalam Sejarah dan Kebudayaan Jepang
- March 8, 2023
- Posted by: Appkey 001
- Category: Budaya Jepang Sejarah jepang
Dewa Susanoo dalam ajaran Shintoisme Jepang memiliki makna sebagai Tuhan atau Dewa yang disembah, merupakan penggambaran makhluk spiritual dari dunia lain. Kisah ini berawal dari Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto yang merupakan dua dewa ciptaan atau dalam Bahasa Jepang dikenal dengan istilah Kami, kedua dewa ini merupakan pencipta pulau-pulau di Jepang.
Dewa Susanoo no Mikoto
Setelah penciptaan pulau-pulau tersebut, Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto melanjutkan untuk menciptakan dewa-dewa baru yang menghuni Jepang hingga saat ini. Mitos ini dikenal sebagai sejarah atau kisah awal dari penciptaan Shinto di Jepang, cerita ini kerap kali dibagikan dari leluhur masyarakat Jepang hingga kepada keturunannya sekarang.
Susanoo no Mikoto merupakan salah satu anak dari Izanagi dan Izanami, dirinya memiliki ciri khas penipu, pembuat kekacauan, dan selalu memberikan masalah bagi manusia serta para dewa Shinto lainnya. Dewa Susanoo dikenal sebagai penguasa badai, karena itu dirinya kerap kali diasosiasikan sebagai angin, ladang, dan panen karena berkaitan dengan alam.
Dalam mitologi Jepang, Susanoo dibuang ke laut karena perilakunya yang tidak bisa ditoleransi lagi. Karena hal itu pula, dirinya dijadikan sebagai dewa penguasa laut. Di zaman modern, Susanoo dipuja sebagai dewa cinta kasih sayang dan pernikahan. Izanagi dan Izanami menghasilkan banyak anak dan keturunan, tetap di antara banyak dewa yang dihasilkan.
Terdapat tiga anak saja yang menjadi dewa terkuat atau dikenal dengan ‘Tiga Anak Berharga’ bagi mereka, yaitu Amaterasu, Tsukuyomi, dan Susanoo. Ketiga dewa yang menjadi anak berharga ini memiliki statusnya masing-masing, Amaterasu adalah dewi matahari Jepang dan Tsukuyomi adalah dewa bulan di Jepang. Kedudukan ini diberikan untuk memberikan keseimbangan di dunia.
Pemberian nama Susanoo memiliki arti ‘sembrono atau ceroboh’, hal ini sering dikatakan sebagai penggambaran tepat untuk sifat dewa badai yang dapat diprediksi. Sedangkan gelar ‘No Mikoto’ merupakan sebuah tanda kehormatan yang menunjukkan tuan atau ‘yang mulia’. Dewa ini memiliki beragam penyebutan, Susanoo, Suanowo, Susano-o.
Bahkan namanya disebutkan dalam karya sastra Jepang. Yaitu Takehaya Susanoo dan Kamu Susanoo. Bila diterjemahkan, kata ‘Takehaya’ memiliki makna untuk seseorang yang heroik dan cepat dalam melakukan banyak hal, sedangkan untuk kata ‘Kamu’ memiliki arti sebagai seseorang yang dihormati atau diberikan berkat ilahi.
Karakteristik Dewa Susanoo
Dalam perkembangannya, terdapat banyak kisah yang menceritakan Susanoo dalam mitologi Jepang. Sebagian besar cerita mitologi Shinto ini berasal dari teks kuno yang ditulis pada abad ke delapan, yaitu Nihon Shoki yang dikenal juga dengan Chronicles of Japan dan Kojiki atau Record of Ancient Matters. Petualangan Susanoo dikisahkan sedikit berbeda di Kojiki dan Nihon Shoki.
Dalam kisah Kojiki, Susanoo lahir ketika ayahnya. Yaitu Izanagi membasuh hidungnya selama ritual pemurnian Shinto, ketika melarikan diri dari istrinya yang marah (Izanami) saat berada di tanah kematian. Begitu pula dengan kedua kakaknya, yaitu Amaterasu dan Tsukuyomi juga lahir secara berurutan selama ritual pemurnian ini berlangsung.
Sedangkan dalam kisah Nihon Shoki, Susanoo merupakan anak dari Izanagi dan Izanami. Susanoo juga yang termuda, lahir setelah saudaranya Amaterasu dan Tsukuyomi. Terdapat banyak ragam cerita yang ada tentang kelahiran Tiga Anak Berharga ini, begitu juga dengan dewa Susanoo yang ada di banyak teks kuno lainnya.
Karena Susanoo dikatakan sebagai dewa yang gemar pembuat onar, dirinya dibuang dari surga. Hal ini dikatakan dalam kisah Kojiki maupun Nihon Shoki, sebelum dirinya pergi. Susanoo mencoba untuk meyakinkan Amaterasu bahwa dirinya tidak bersalah, ketika Amaterasu tetap tidak yakin. Susanoo menantangnya untuk membuktikan diri siapa yang lebih baik.
Selama tantangan ini berlangsung, Susanoo mengonsumsi kalung Amaterasu dan menghasilkan lima orang sebagai tenaga tambahan. Amaterasu kembali melawan dengan memakan pedang Susanoo dan menghasilkan tiga wanita, setelah pertarungan ini selesai. Susanoo bangga karena berhasil menghasilkan lebih banyak orang, dirinya merayakan kemenangan tersebut dengan menyebabkan kehancuran dan kematian bagi tanah surgawi
Meskipun sebagai dewa matahari, namun Amaterasu pun bertanggung jawab untuk mengawasi bidadari yang bertugas untuk menenun pakaian bagi para dewa. Namun karena tingkah kekacauan dewa Susanoo, menyebabkan kematian gadis penenun surgawi. Membuat Amaterasu sangat malu, dirinya bersembunyi di gua batu Ama no Iwato.
Akibatnya bumi menjadi gelap, tanpa matahari, dan banyak dewa memohon kepada Amaterasu untuk keluar dari gua demi menyeimbangkan dunia. Ketika Amaterasu berhasil dibujuk dan muncul kembali, Susanoo kembali sehingga memicu badai di laut, dalam versi cerita lain. Susanoo mundur ke tanah kematian, tempat tinggal ibunya tercinta (Izanami).
Dewa Susanoo dan Yamata no Orochi
Kendatipun dikenal sebagai dewa yang banyak tingkah, namun Susanoo merupakan bentuk yang kompleks dalam hal perbuatan baik dan jahat. Setelah pengusiran dari surga, Susanoo menemukan sebuah desa di Izumo. Melakukan pertarungan hebat dengan ular naga berkepala delapan, yaitu Yamata no Orochi. Ketika dia bertemu dengan seorang wanita muda dan menangis.
Seketika itu dirinya mengetahui bahwa naga tersebut memakan salah satu putri mereka setiap tahun dan kejadian tersebut akan kembali datang kepada putri terakhir mereka, yaitu Kushinadahime. Susanoo bersumpah untuk membunuh Yamata no Orochi dengan imbalan izin menikahi Kushinadahime, dirinya bermaksud untuk menyembunyikan sang wanita dan membunuh naga tersebut dengan tipuannya.
Dengan bantuan dari orang tua Kushinadahime, Susanoo menyiapkan delapan ember sake terkuat sebagai bagian dari jebakan cerdik untuk sang naga tersebut. Ketika naga itu melihat sake, dirinya memasukan kepalanya ke dalam ember dan dengan rakus meminumnya. Saat sang naga sedang minum sake tersebut, Susanoo memotong masing-masing dari delapan kepala naga.
Pedang yang digunakan adalah senjata suci bernama Kusanagi. Setelah berhasil membunuh sang naga, Susanoo akhirnya menikah dengan Kushinadahime dan menjadi nenek moyang pertama dari orang yang tinggal di daerah desa Izumo. Dirinya juga menghadiahkan Kusanagi kepada Amaterasu untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Pedang Kusanagi sangat penting dalam mitologi Jepang karena menjadi salah satu dari Realita Kekaisaran Keluarga Kekaisaran Jepang.
Dikatakan bahwa pedang Kusanagi berada di Kuil Amaterasu di Ise, dan menjadi harta karun yang dijaga oleh Jepang selama beberapa generasi. Susanoo yang dikenal sebagai dewa dengan kepribadian liar dan kacau, orang Jepang tidak pernah tahu kapan dirinya akan menjadi jahat atau baik. Tapi setidaknya dalam kisah terkenalnya dirinya dikenal dengan kepribadian baik.
Dengan bukti tersebut, dirinya bisa kembali berbaikan dengan keluarga dan menjadi lebih bijaksana di hari tuanya. Kisah ini bisa dibilang mirip dengan cerita Lucifer dalam Alkitab, meskipun begitu dalam diri seseorang pasti akan ada jiwa jahat dan baik. Bagaimana cara diri kita sendiri mengendalikannya, penasaran dengan kisah dewa Jepang lainnya? Kunjugi www.jepang-indonesia.co.id guna pembahasan lengkapnya.