Blog
Nikujaga Hidangan Tradisional Jepang yang Melegenda
- October 10, 2022
- Posted by: Appkey 001
- Category: Makanan Jepang
Nikujaga に肉じゃがmerupakan makanan tradisional Jepang yang memiliki isi antara lain daging, kentang, dan bawang bombai. Bahan-bahan tersebut direbus dengan kecap asin dan mirin, penduduk Jepang membuat hidangan ini dengan menggoreng daging, kentang, dan bawang bombai secara bersamaan.
Nikujaga di Jepang
Merebusnya bersama dengan kecap, gula, dan mirin dengan takaran yang sesuai akan menambah rasa nikmat pada lidah, untuk daging biasanya menggunakan sapi, ayam, dan babi (untuk di Jepang). Disantap bersama nasi hangat akan membuat rasanya semakin nikmat, sama halnya dengan nasi kari yang diperkenalkan secara nasional sebagai makanan militer saat perang.
Hidangan ini merupakan ciri khas dari Prefektur Kyoto dan Hiroshima bersama dengan tiga lainnya seperti, Obanzai, Hiroshima Kaki, dan Okonomiyaki ala Hiroshima. Pada pembahasan kali ini, teman-teman akan mengetahui bagaimana nama nikujaga berasal. Selain itu, sejarah yang panjang dari hidangan tradisional ini pun akan dijelaskan.
Nama makanan ini sendiri terbentuk dari dua kata dalam bahasa Jepang, yaitu niku 肉yang memiliki arti daging dan jagaimoじゃがいもyang memiliki arti kentang. Gabungan kedua nama makanan ini menjadikan nikujaga merupakan makanan yang terbuat dari daging dan kentang, hanya saja kata jagaimo dibuat lebih sederhana menjadi jaga.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa makanan ini begitu terkenal di Prefektur Kyoto dan Hiroshima, dengan menggoreng daging, kentang, bawang bombai, mi shirataki, dan lain-lain. Setelah itu, penduduk setempat akan merebunya dengan kecap, gula, dan mirin. Selain sebagai makanan rumahan, hidangan ini merupakan salah satu yang dihidangkan di izakaya dan restoran.
Menu satu ini terbilang cukup murah dan mudah untuk dibuat bagi teman-teman yang pemula dalam dunia masakan, dalam hal bumbu dan bahan pun mudah didapatkan di mana saja. Seperti toko serba ada atau di warung, daging babi yang digunakan bisa diganti menjadi daging ayam atau sapi. Tambahan bahan seperti jamur pun bisa digunakan, kembali lagi kepada selera masing-masing.
Sejarah
Tidak ada teori pasti mengenai asal usul makanan ini karena melibatkan dua Prefektur dalam sejarah kemunculannya, kedua Prefektur tersebut adalah Kyoto dan Hiroshima. Penduduk daerah setempat mengklaim bahwa Prefektur Kyoto dan Hiroshima merupakan tempat ditemukannya hidangan sederhana ini, pada Oktober 1995 kota Maizuru menyatakan bahwa makanan ini berasal dari sana.
Selanjutnya, pada bulan Maret 1998 kota Kure di Prefektur Hiroshima juga menyatakan bahwa mereka sebagai tempat lahirnya makanan ini. Namun kisah yang populer beredar adalah dimulai oleh seorang sarjana bernama Satsuma Heihachiro, dirinya berasal dari zaman Edo hingga periode Meiji saat sedang belajar di luar negeri Portsmouth, Inggris.
Ketika masih muda, dirinya memiliki kesan yang baik kepada makanan sup daging sapi. Makanan ini merupakan kesukaannya saat akan pergi ke Inggris, maka dari itu ketika dirinya datang ke kota Maizuru. Dia meminta sang juru masak militer untuk menambahkan sup daging sapi ke menu makanan kapal, namun saat itu sulit untuk mendapatkan bahan-bahan pelengkapnya.
Bahan-bahan rebusan itu adalah mirin, kecap, gula, dan garam seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf pembuka. Di Jepang saat itu, daging kukus dan variannya (nasi hayashi) merupakan menu yang umum di banyak restoran barat. Ada juga yang berpendapat bahwa merebus daging sapi dengan kecap dan gula hanya mitos belaka, karena cara membuatnya mirip dengan sukiyaki.
Hal serupa terjadi di kota Kure, Prefektur Hiroshima tempat Heihachiro Togo ditempatkan. Kota Maizuru mengklaim bahwa merekalah yang menjadi tempat pertama ditemukannya nikujaga, hal ini karena resep daging dan kentang pada waktu itu tetap ada di Maizuru. Dan Portsmouth di Inggris mengakuinya sebagai tempat lahir makanan ini juga.
Hal ini karena kota di Inggris ini pun menjual makanan serupa dengan nama ‘kroket nikujaga’, kemudian mengalami pengembangan oleh kelompok masyarakat setempat dan produsen makanan. Di sisi lain, kota Kure menyatakan bahwa Togo Heihachiro dikirim ke kota Kure sebelum Maizuru. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa akar resep hidangan ini berada di kota Kure.
Perdebatan ini berlangsung selama 20 tahun, hingga saat ini masih ada beberapa oknum yang kerap kali mendebat hal ini. Meskipun demikian, mayoritas penikmat hidangan ini tidak terlalu memusingkan dari mana asalnya. Karena yang terpenting adalah rasa dari masakan ini saat disantap, hingga saat ini terdapat banyak modifikasi dari hidangan tradisional khas Jepang ini.
Resep Nikujaga
Setelah mengetahui sejarah perdebatan yang panjang, kali ini teman-teman akan mengetahui apa saja resep untuk membuat masakan ini. Daftar pertama yang harus disediakan adalah bahan-bahan utama seperti kentang, daging, bawang merah, bawang bombai, wortel, kecap, gula, dan mirin. Setelah siap, mari kita lanjutkan ke tahapan selanjutnya.
Pertama potonglah kentang menjadi dadu atau kecil dan masukkan ke dalam air untuk mengeringkannya, setelah itu potong bawang bombai dan wortel menjadi potongan kecil. Dan lanjutkan dengan daging, potong sesuai dengan selera kalian agar mudah digigit. Jangan terlalu besar atau terlalu kecil.
Setelah selesai panaskan minyak sayur dalam wajan, tumis bawang bombai dan masukkan daging. Lanjutkan dengan proses menggoreng, setelah itu tambahkan wortel dan kentang. Tuangkan kaldu sup, angkat bila dirasa sudah mendidih. Tambahkan kecap dan mirin, dan biarkan masak dengan menutupnya. Biarkan selama kurang lebih 15 menit hingga matang, dan siap disantap.
Perbedaan Nikujaga Kanto dan Kansai
Penduduk setempat menyatakan bahwa daging babi adalah unsur utama yang digunakan untuk hidangan asal wilayah Kanto, terdapat juga teori tentang hal ini tetapi teori yang dominan adalah mengenai insiden pada peternakan babi setlah gempa besar kanto. Akibatnya harga daging babi menjadi murah, dan banyak orang yang menggunakannya sebagai bahan makanan.
Sementara itu, di wilayah Kansai penduduk setempat sering menggunakan daging sapi untuk nikujaga mereka. Teori yang beredar untuk wilayah ini pun berbeda, namun di wilayah ini telah menjadi umum untuk memelihara ternak sebagai siklus untuk pertanian. Karena tidak ada kebiasaan daging sebelum era Meiji di wilayah ini.
Selain perbedaan dalam menggunakan jenis daging, tampaknya tidak ada perubahan khusus pada bahan khas seperti kentang, wortel, atau kacang hijau. Jikalau ada perbedaan pun tergantung kepada cara masak dan selera masing-masing, seperti menambahkan mi shirataki jenis jamur yang bisa dikonsumsi.
Kandungan Nutrisi
Penggunaan daging, wortel, kentang, dan bawang dalam hidangan ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Daging memiliki kandungan vitamin, asam amino esensial, dan protein. Selain itu, mendukung pemulihan pada kelelahan tubuh. Sedangkan wortel memiliki manfaat berupa nutrisi, zat besi, kalium, dan serat makanan.
Dengan mengonsumsi wortel, teman-teman dapat menekan oksidasi dalam tubuh. Sehingga membuat kulit terlihat lebih awet muda, untuk kentang memiliki manfaat nutrisi seperti vitamin c dan asam folat. Nutrisi yang ada di dalamnya membantu untuk mencegah kanker dan penyakit lainnya, terakhir adalah bawang dapat memberikan manfaat untuk tekanan darah tinggi.
Selain sebagai makanan tradisional yang kaya akan cita rasa, hidangan ini pun ternyata memiliki banyak manfaat karena dilengkapi dengan sayuran sehat. Maka dari itu, stigma mengenai sayuran memiliki rasa yang tidak enak bisa terbantahkan saat teman-teman menyantap makanan ini. Penasaran dengan pembahasan selanjutnya, tetap tunggu artikel terbaru dari www.jepang-indonesia.co.id.