Curriculum
Course: Materi Tata Bahasa JLPT N5 | Lengkap
Login

Curriculum

Materi Tata Bahasa JLPT N5 | Lengkap

List Materi

0/45
Text lesson

Penggunaan Partikel は、も+です、ではありません、ですか、

Hallo pecinta Bahasa Jepang? Apa kabar? Saya harap semuanya sehat dan tetap semangat dalam belajar Bahasa Jepang. Nah, pada kesempatan ini kita akan belajar mengenai partikel yang sering digunakan dalam Bahasa Jepang.

Dalam Bahasa Jepang partikel disebut sebagai “Joshi”.  Sebelum mulai membahas tentang partikel saya akan memaparkan sedikit apa itu partikel. Partikel tidak memiliki makna dasar dan tidak bisa berdiri sendiri, partikel digunakan sebagai kata bantu dalam suatu kalimat. Jadi arti sebuah partikel bervariasi tergantung konteks kalimat yang menyertainya.

Dalam Bahasa Jepang terdapat berbagai macam partikel yang sering digunakan dalam sebuah kalimat. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan tentang makna dan cara penggunaan partikel wa (は)  , partikel mo + desu (もです), de wa arimasen (ではありません) dan desuka (ですか). Sudah siap mengenal partikel yang saya tulis di atas ? ayo kita mulai !

Partikel wa (は)

Partikel wa merupakan kata bantu yang menunjukkan subyek atau topik. Dalam Bahasa Jepang partikel wa ditulis dengan huruf “ha”(は) tetapi dibaca wa. Jangan bingung ya, cuma perlu diingat. Partikel wa memang hanya sebuah kata bantu, tetapi karena digunakan sebagai kata bantu yang menunjukkan  subyek atau topik, partikel wa bisa diartikan sebagai “adalah”.

Pola kalimat partikel “wa” sebagai berikut :

Subyek + wa + predikat/penjelasan + desu.

Penjelasannya bisa nama seseorang, profesi, kata sifat dan lainnya.

 Contoh :

  1. Watashi wa Ani desu. ( Saya adalah)
  2. Adi san wa gakusei desu. ( Adi (adalah) seorang murid.)
  3. Ano kaban wa takai desu. (Tas itu mahal)

Sekarang kita bahas contoh kalimat di atas satu persatu ya !

  1. Watashi wa Ani desu. (Saya adalah Ani)

Pada kalimat “Watashi wa Ani desu” subyeknya adalah “watashi / saya” sehingga dibelakang “watashi” diikuti partikel wa. Jadi sudah jelas fungsi partikel wa adalah kata bantu yang menunjukkan subyek.

  1. Adi san wa gakusei desu. (Adi (adalah) seorang murid)

Pada kalimat “Adi san wa gakusei desu” subyeknya adalah “Adi” sehingga dibelakang “Adi” diikuti partikel wa. Pada kalimat ini diterangkan bahwa subyek “Adi” seorang murid. Kata “adalah” saya tulis di dalam kurung karena “adalah” bisa disebutkan atau tidak. Dalam menulis terjemahan bebas ya, yang penting tidak melenceng dari makna yang sebenarnya. Bisa saja dibaca Adi seorang murid, tetapi partikel “wa” nya jangan dilupakan, karena partikel wa sangat penting dalam menunjukkan subyek suatu kalimat.

  1. Ano kaban wa takai desu. (Tas itu mahal)

Pada kalimat “Ano kaban wa takai desu.”   Topik dari kalimat ini adalah “ano kaban” sehingga dibelakang ano kaban ditulis partikel “wa”.  Pada kalimat ini diterangkan bahwa tas itu mahal.

Kesimpulannya partikel “wa” digunakan untuk menunjukkan subyek atau topik suatu kalimat. Mudah bukan?

Partikel (も+です) mo + desu

Untuk partikel yang kedua, kita akan membahas mengenai partikel “mo + desu”. Partikel “mo”  dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “juga”. Penggunaan partikel “mo” tidak terlalu sulit karena hanya menegaskan kalimat pertama, bahwa “B juga A”. Sedangkan “desu” digunakan untuk menyatakan kalimat positif yang diletakkan pada akhir kalimat. Kata “Desu” hanya bisa Anda gunakan untuk mengakhiri kata benda dan kata sifat. Coba perhatikan pola kalimat berikut ini:

KB  + mo + predikat/penjelasan + desu.

Saya tulis “predikat /penjelasan” bukan “KB 2” karena dalam pola kalimat ini yang berperan sebagai predikat kalimat tidak selalu kata benda, tetapi tergantung konteksnya,  dapat juga diisi dengan kata sifat.

Contoh :

  1. Watashi wa gakusei desu. Ani san mo gakusei desu.

Saya seorang murid. Nona Ani juga seorang murid.

  1. Kono kaban wa takai desu. Sono kaban mo takai desu.

Tas ini mahal. Tas itu juga mahal.

Dari contoh kalimat 1 dan 2 kita bisa melihat kalau fungsi partikel “mo” menegaskan bahwa “B juga A” dan artinya adalah juga.

Penggunaan “Dewa arimasen” (ではありません)

Selanjutnya yang akan kita bahas yaitu penggunaan “dewa arimasen”. “Dewa arimasen” digunakan untuk meyatakan kalimat penyangkalan atau kalimat negatif yang berarti “tidak/bukan” dan diletakkan pada akhir kalimat. Pada kali ini saya hanya menjelaskan penggunaan dewa arimasen pada kata benda , sedangkan untuk penggunaannya pada kata sifat akan saya uraikan di artikel selanjutnya. Berikut contoh penggunaan kalimat “dewa arimasen”.

Subyek + wa + KB + dewa arimasen.

Contoh :

  1. Watashi wa gakusei dewa arimasen. (Saya buka murid)
  2. Are wa ringgo dewa arimasen. (Itu bukan apel)

Pada contoh kalimat pertama menunjukkan bahwa “saya bukan murid”, saya sebagai subyek, sesuai peraturan dibelakang subyek ada partikel wa ditambah kata benda yaitu murid lalu ditambah dengan dewa arimasen. Begitu juga pada kalimat kedua terdapat penyangkalan dalam kalimat tersebut bahwa “itu bukan apel”. Untuk pola kalimatnya sudah mengerti bukan? penggunaan dewa arimasen sangatlah mudah. Jadi saat ingin membuat kalimat negatif atau penyangkalan gunakan “dewa arimasen” atau biasanya digunakan juga “ja arimasen”.

“Ja arimasen”   dan “dewa arimasen” memiliki arti dan cara penggunaan yang sama jadi buat pemula bisa dipilih mau pakai dewa arimasen atau ja arimasen.

Contoh :

  1. Watashi wa gakusei ja arimasen. (saya bukan murid)
  2. Are wa ringgo ja arimasen. (itu bukan apel)

Jadi sudah sangat jelas penggunaan antara dewa arimasen dan ja arimasen.

“Desu ka”(ですか)

Terakhir saya akan menjelaskan mengenai penggunaan “desuka”. Sebelumnya pada partikel “mo + desu” saya menulis sedikit mengenai penggunaan desu yaitu menyatakan kalimat positif dan diletakkan di akhir kalimat. Penggunaan desuka juga sama diletakkan diakhir kalimat, hanya saja memiliki fungsi yang berbeda. “Desu ka” berfungsi untuk menyatakan kalimat tanya dalam Bahasa Jepang. “Desu ka” bisa diartikan sebagai “adalah”.Jika sudah menulis desuka tidak perlu lagi menulis tanda tanya seperti yang terdapat pada kalimat tanya bahasa Indonesia. Pola kalimat menggunakan “desuka” yaitu :

Subyek + wa + predikat/penjelasan + desuka.

Contoh :

  1. Adi san wa gakusei desuka. (Apakah saudara Adi seorang murid ?)
  2. Are wa ichigo desuka. (Apakah itu strawberry ? )
  3. Mira san wa kirei desuka. (Apakah nona Mira cantik ?)

Pada contoh kalimat pertama ditanyakan “apakah Adi seorang murid ?” untuk jawabannya bisa “iya” bisa “tidak”. Untuk menjawabnya bisa menggunakan bentuk desu maupun dewa arimasen seperti yang sudah saya jelaskan diatas.

Kita bisa menjawabnya dengan pola :

+ Hai, adi san wa gakusei desu. (Iya, adi seorang murid)

  • Iie, Adi san wa gakusei dewa arimasen. (Bukan, Adi bukan seorang murid)

Nah bagaimana? Apakah bisa dipahami? saya pikir sangat mudah ya! Sampai ketemu pada artikel selanjutnya ya.